CEO Baru

Nadin menyapa nyonya Rasuna yang sedang berjalan ke arahnya.

"Tante, mengapa aku tidak dikabari tentang pernikahan Zora kemarin ?"

Rasuna menyengir, " Maafkan tante ya Nadin, pernikahannya mendadak lagi pula juga sederhana kok. Zidan nggak suka keramaian jadi ya mau bagaimana lagi. Eh kamu udah ketemu sama suaminya Zora?"

Nadin mengangguk, "Sudah Tante. Tapi kok bisa ya Zora nikah sama Zidan, bukannya Zora udah punya calon suami?"

Rasuna tidak ingin membahas lebih panjang, lagi pula ini sudah menjadi keputusan Rasimoon dimana ia sebagai hukum dirumah itu. Rasuna menawarkan Nadin untuk ikut bergabung makan pagi.

Nadin tidak bisa menolak karena Rasuna terus mendesak.

"Baiklah Tante."

'Jika aku sering bertemu dengan Zidan dan berteman itu akan sangat mudah untuk mendekati dia. Lagipula aku lebih cantik ketimbang Zora, pasti Zidan kepincut denganku.'

Sepertinya Zora bingung harus berbuat apa di dapur. Bibi May sudah melarangnya agar tidak ikut dalam urusan dapur. Tapi sebagai wanita yang bersuami Zora harus bisa memasak.

Zora hanya bergumam dan sedang memikirkan sesuatu dalam benaknya. Ia memandang lekat semua bahan - bahan yang ada di dapur.

Sementara bibi May kehabisan gula, ia harus pergi ke toko untuk membeli gula dan kebutuhan dapur yang lain.

Zora masih terus menatap dan dalam sekejap saja semua bahan di dapur berubah sesuai dengan yang ada dipikirkannya. Ia heran dengan keajaiban yang ia ciptakan sendiri.

Rasuna memasuki dapur hendak melanjutkan memasak yang sempat bibi May tinggal. Ia terperanjat saat melihat Zora memegang piring dengan penuh makanan yang lezat.

"Zora, kamu yang masak ini!"

"Ah, iya Mi! Aku akan membawanya ke ruang makan." Zora sempat gugup dan bergegas pergi.

Sementara Nadin yang sejak tadi mengajak Zidan mengobrol tiada bosan. Bahkan Nadin memperolok Zora tidak bisa masak. "Masak air saja sampai hangus, apa lagi masak yang lain." Nadin tertawa lebar. Zidan jadi tak suka meladeni Nadin.

Di sela tawanya Nadin, Zora melintas. "Makanan sudah siap!" serunya membuat Nadin membelalak tak percaya.

"Hemmm, baunya enak, aku jadi ingin cepat makan!" Zidan beranjak mengikuti langkah Zora.

Setahunnya Nadin, Zora tidak bisa masak dan takut saat pegang kompor, ini aneh menurut Nadin.

'Pasti bibi May yang membantunya.'

"Zora, kamu bisa masak! Sejak kapan?" Nadin masih tak percaya.

"Aku kan cewek dan sudah bersuami, tentu saja bisa masak." sahut Zora enteng.

Seketika itu bibi May baru datang membawa belanjaan.

"Loh, Bibi May kamu baru pulang? Terus yang masak tadi?"

"Bibi belum masak apa - apa tuh, ini baru beli gula dan garam," sahutnya dan bergegas ke dapur. Melihat ada nyonya Rasuna bibi bertanya tentang bahan yang sudah ia siapkan di meja.

"Kan udah di masak sama Zora."

"Hah, non Zora bisa masak, Nya!"

"Nyatanya begitu." Rasuna meninggalkan dapur menuju ruang makan. Tuan Rasimoon juga baru datang.

Semua orang makan masakan Zora. Banyak pujian yang Zora dapatkan, selain dari suami silumannya, orang tuanya juga kecuali Nadin. Nadin ngedumel dalam hati.

Selesai sarapan Nadin pulang. Minggu ini tidak ada kuliah jadi ia bebas sesuka hati mengunjungi Zora sewaktu - waktu.

Tuan Rasimoon sudah merencanakan secara matang bahwa CEO perusahaan Adidas akan dipegang oleh Zidan sampai Adam sembuh.

Dan setelah sarapan tuan Rasimoon dan Zidan akan pergi ke perusahaan.

"Kamu tidak ikut?" tanya Zidan pada istrinya.

"Untuk apa, aku akan berada di rumah saja. Tenanglah, tidak akan terjadi sesuatu padaku! Itu kan yang kamu khawatirkan?"

Zidan terdiam sejenak sampai tuan Rasimoon menepuk bahunya. "Ayo kita berangkat!"

"Baik Tuan!"

Rasimoon mengerutkan dahi.

"Tunggu, barusan kamu sebut aku apa?"

"Tuan,"

Rasimoon menepuk bahu Zidan lagi, "Aku ini ayahnya Zora jadi secara langsung aku juga ayahmu. Panggil aku, Daddy!"

Zidan merasa canggung. Sudah lama ia tidak memanggil nama orang tua kandungnya semenjak ia dan ketiga saudaranya menjadi yatim piatu di usia 6 tahun.

"Ba-baik, Daddy!"

...****************...

Tak hanya tampan tapi juga cerdas. Itulah yang berkesan di hati Rasimoon sekarang. Ia tak perlu khawatir lagi mengurus perusahaan sudah ada CEO yang baru.

Setelah memperkenalkan pada semua dewan direksi dan karyawan, Rasimoon mengajak Zidan untuk menuju ruangan CEO. Ada hal penting yang harus ia sampaikan.

Disaat memperkenalkan Zidan tadi, tidak sedikit terdengar kasak kusuk atas pergantian CEO yang awalnya dijabat oleh Joshua dan kini diganti oleh Zidan. Beberapa karyawan wanita juga terpesona dengan ketampanan Zidan. Sayangnya mereka harus kecewa setelah mendengar jika Zidan sudah menikah dengan putri direkrut utama.

Rasimoon mengutarakan permasalahannya. Ada perusahaan yang ingin ia akan ajak untuk kerjasama karena perusahaan tersebut memiliki peluang besar mendatangkan keuntungan di masa depan, tapi sayangnya perusahaan itu dipimpin oleh CEO wanita. Yang mana sangat sulit untuk diajak bicara.

"Bagaimana Zidan menurutmu?"

"Aku akan mencobanya."

Setelah mendengar Zidan setuju, Rasimoon memperlihatkan dokumen yang harus ia pelajari.

Bagi Zidan ini tidak sulit. Selagi ilmu sihirnya berfungsi di dunia, ia akan menggunakannya di saat getting saja.

...****************...

Rasimoon tengah menatap bidak papan caturnya. Ia sedang latihan untuk mempersiapkan lomba besok. Sedangkan yang menjadi lawannya adalah kang Jupri, si sopir. Dan tuan Rasimoon telah mempelajari semua teknik yang sudah Zidan ajarkan. Benar saja meski Jupri juga pandai bermain catur nyatanya ia kalah dalam waktu kurang seperempat jam saja. Tuan Rasimoon tertawa lebar, ia yakin bisa menang besok.

Hari sudah sore, Zora baru saja selesai mandi. Ia menghampiri Zidan yang tengah melamun di balkon kamarnya.

"Sepertinya ada yang sedang kamu pikirkan ?" Zora menangkap jelas jika sang suami sedang gelisah.

"Hem, aku kepikiran dengan ketiga saudaraku. Aku tidak bisa melihat mereka dengan kekuatan sihirku. Sepertinya Xelon menutup seluruh akses kekuatan sihir dengan batu piramida."

"Batu piramida? Apa itu?"

"Seperti penjara di bawah tanah kalau kita menyebutnya di bumi. Xelon pasti sudah memperkirakan jika aku akan melacaknya, jadi ia melangkah lebih maju sebelum bertindak."

Zora mengangguk pelan. Ia menghibur suaminya dan mengajaknya jalan - jalan ke luar rumah.

Udara di bumi jauh berbeda dengan tempat dimana Zidan dulu tinggal. Tak hanya tempat saja yang lebih baik, air di kehidupan bumi pun juga lebih segar. Zidan sampai sering memandikan tubuhnya kapan pun ia mau.

Zora menghentikan gerobak dorong penjual permen kapas. Ia membeli satu dengan ukuran jumbo.

"Kamu makan apa?" tanya Zidan tak mengerti melihat Zora begitu menikmati makanan berwarna pink itu.

"Ini permen kapas. Cobalah!" Zora meminta Zidan membuka lebar mulutnya. Lalu memasukkan potongan kecil permen kapas.

"Enakkan !"

"Ini buatku saja!" Zidan merebut permen kapas dari tangan Zora. Dan dalam hitungan detik saja ia sudah melahap habis permen kapas itu membuat Zora hanya mampu menelan kasar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!