Calon Suami Zora?

Keputusan tertinggi berada di tangan tuan rumah. Setelah Rasimoon memutuskan secara sepihak ternyata Rasuna tidak setuju jika Zora dipasangkan dengan Zidan.

"Dadd, bukankah di awal sudah diputuskan jika Zora akan menikah dengan Joshua, lalu kenapa mendadak Daddy malah menjodohkan Zora dengan pria asing itu? Kita saja tidak mengenal silsilah keluarganya, bagaimana bisa Daddy mempercayakan Zora padanya?"

Dahi tuan Rasimoon berkerut. "Zidan sangat pandai bermain catur. Aku tertarik dengan kepandaiannya."

"Itu tidak bisa menjadi dasar, Daddy, pasti kelebihan Joshua yang lain jauh lebih baik ketimbang pria aneh itu."

"Zidan, Mi. Panggil namanya, jangan sebut dia dengan pria aneh. Kita harus menghargai orang lain jika ingin dihargai!" Rasimoon meninggikan suaranya hingga membuat Rasuna menunduk sepertinya berdebat tidak akan memecahkan masalah. Terlebih keputusan Rasimoon sulit untuk dibantah.

Rasuna menemui Zora yang tengah memotong kuku Zidan yang terlihat panjang.

"Apa ini akan sakit?" tanya Zidan cemas.

"Tidak. Manusia selalu menjaga kebersihannya. Kukumu akan tumbuh lagi beberapa hari ke depan. Jadi, jangan khawatir!"

"Zora !" panggil Rasuna yang membuat kedua orang itu menoleh bersamaan.

Zora menyudahi kegiatannya dan meminta Zidan mencoba melakukannya sendiri di tempat lain. Rasuna mengajak bicara serius tentang keputusan Rasimoon.

"Kamu setuju jika menikah dengan Zidan ? Lalu bagaimana dengan perasaan Joshua, Zora?"

"Aku tidak menyukai Joshua, Mi, dia itu playboy. Pacarnya ada banyak. Jika pun aku jadi menikah dengan Joshua belum tentu juga ia akan bisa tetap setia padaku. Kalau dengan Zidan," Zora bergumam menggantung kalimatnya membuat Rasuna tidak sabar menunggu.

"Zidan lebih tampan dan perduli. Ia bisa dalam segala hal dan mudah diandalkan. Sepertinya aku merasa nyaman bila terus berada di dekatnya."

"Jadi kamu mencintai pria aneh itu?"

"Mi, panggil namanya, Zidan !" Zora menegaskan.

Rasuna berubah kecut. "Iya - iya, kamu belum jawab pertanyaan mami barusan. Kamu mencintai Zidan ?"

"Mungkin. Sedikit."

Rasuna tercengang dengan penuturan putrinya. Merasa tidak mendapat dukungan yang kuat, Rasuna terpaksa menerima Zidan sebagai calon menantu. Ia pun menghampiri Zidan dan sedikit memberikan perintah.

Zidan mendengar ucapan mereka begitu jelas meski ia sudah berada di luar rumah, pendengarannya sangat bagus.

"Zidan !" panggil Rasuna yang seketika membuat Zidan datang menghadap.

"Apa yang bisa kamu berikan untuk putriku setelah menikahinya? Aku tidak ingin putriku terlantar apa lagi hidup susah denganmu." tanya Rasuna meminta tuntutan.

"Apa yang ingin Nyonya minta, ketulusan hatiku kah?" dengan cepat Zidan merogoh dadanya dan memperlihatkan hatinya.

Rasuna langsung memekik ketakutan lalu pingsan. Zidan dengan sigap menopang tubuh Rasuna agar tidak sampai mengangsur ke tanah.

Tadi Zidan bercanda dan menunjukkan sihir tipu muslihatnya.

Zora dan Rasimoon langsung berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.

"Zidan, apa yang terjadi?" tanya Rasimoon menggantikan posisi Zidan.

"Sepertinya Nyonya terlalu capek. Dia baru saja menginterogasiku tentang keseriusan menikahi Nona Zora."

"Dia terlalu khawatir. Tolong bantu aku membawanya ke kamar." pinta Rasimoon pada Zidan.

Zidan mengangguk dan mengangkat tubuh Rasuna ke kamarnya.

Setelah melihat Zidan mengikutinya keluar kamar, Zora menanyainya. "Apa perlu dipanggilkan dokter?"

"Dokter, siapa itu?"

"Orang yang ahli dalam pengobatan orang sakit."

"Tidak perlu. Nyonya hanya butuh waktu untuk tidur saja."

Zora mengangguk mengerti. Sepertinya bukan hanya maminya yang capek, ia juga. Hari sudah malam dan membuat Zora menguap lebar. Zidan meminta Zora untuk tidur lebih dulu. Sementara dirinya akan berjaga di luar.

Zidan akan berjaga di malam hari dan akan tidur setelah matahari terbit. Istirahat 1 atau 2 jam sudah cukup baginya.

Keesokan paginya.

Rasuna tidak mengingat kejadian terakhir bersama Zidan. Sepertinya Zidan sudah menghapus ingatannya.

Rasuna dan bibi May menyiapkan sarapan dan menata hidangan di atas meja.

Rasimoon terlihat sangat sibuk dengan ponselnya. Sepertinya ada masalah di perusahaan. Rasimoon sudah tidak muda seperti dulu, sudah waktunya untuk istirahat. Tapi semenjak putra sulungnya sakit, ia lah yang meneruskan hidup perusahaan Adidas. Tidak tahu sampai kapan karena Adam belum menunjukkan perubahan setelah berobat ke luar negeri dan belum pulang sampai sekarang.

"Apa ada masalah Dadd?" tanya Zora ikut cemas.

"Perusahaan Adidas dalam ambang kehancuran. Banyak publik yang meminta tuntutan kenaikan gaji dan mogok kerja. Alasannya karena dua bulan gaji mereka tidak dibayar." jelas Rasimoon.

"Kok bisa? Kan ada Joshua juga yang menghendel perusahaan." Zora mengerut sepertinya telah terjadi kecurangan.

Rasimoon mengangkat bahu tak tahu. Joshua yang barusan mengabari.

Rasimoon menolak untuk sarapan bersama ia ingin melihat sendiri laporan keuangan perusahaan.

Zora melirik Zidan yang sepertinya tidak merespon. Zora yakin Zidan bisa berbuat sesuatu. Makanya Zora mengusulkan agar Zidan ikut serta.

"Dadd, mungkin Kak Zidan bisa membantu." tawar Zora yang membuat Rasimoon termangu. Yang punya nama pun langsung menoleh.

Zidan saja bisa mengalahkan permainan caturnya pasti dalam hal bisnis otaknya juga encer.

"Baiklah. Zidan, kamu ikut aku ke perusahaan." ajak Rasimoon.

"Saya akan ikut jika nona Zora ikut." Zidan menawar.

"Baiklah. Ayo!"

"Dadd, sarapan dulu! Susah payah mami memasak masa mau dianggurin."

Rasimoon tak bisa menolak dan akhirnya mereka sarapan terlebih dahulu.

Tiga puluh menit kemudian mereka bertiga tiba di perusahaan Adidas. Di depan gerbang saja pendemo sudah tampak sarat memenuhi jalan hingga mobil yang dikendarai Rasimoon memasuki jalan rahasia untuk menghindari amukan masa.

Rasimoon, Zora dan Zidan turun dan langsung menuju ruangan pimpinan perusahaan yang sementara di tempati Joshua.

Joshua terbelalak kedua matanya melihat kedatangan Zidan. 'Untuk apa pria aneh itu ikut.'

Rasimoon langsung mengambil berkas yang disodorkan Joshua. Selesai membaca ia memberikan pada Zidan.

Pengetahuan Zidan mulai berkembang hanya sekali baca saja. Lalu dengan cepat ia mengutarakan pemikirannya.

"Dokumen ini palsu dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan."

Mendengar itu bola mata Joshua melebar seolah mau lepas dari tempatnya. "Kamu hanya orang luar, mana ngerti urusan perusahaan!" Joshua takut jika ia tertangkap basah telah berbuat kecurangan.

Mendengar ucapan Zidan barusan Rasimoon menjadi geram, "Siapa orang yang telah berani melakukan kecurangan di perusahanku! Aku bersumpah tidak akan memberinya ampun!" pekik Rasimoon tak pandang bulu.

Joshua menghasut Rasimoon agar tidak percaya dengan ucapan Zidan yang sebagai orang lain.

"Ketahuilah Joshua! Zidan bukanlah orang lain. Dia adalah calon suami Zora."

Lagi, Joshua membola kedua matanya. "Zora, kamu mau nikah sama dia?"

"Kalau iya kenapa, dari awal aku sudah pernah mengatakan padamu kalau aku tidak menyukaimu. Kamu itu playboy."

"Itu dulu, Zora! Sekarang udah enggak kok." Joshua berkilah.

Rasimoon meminta pendapat Zidan. "Lalu, bagaimana mengatasi masalah ini?" ia berharap Zidan bisa mengentaskan masalah ini agar tidak sampai membawa nama polisi. Jika itu terjadi, nama perusahaan akan tercoreng.

"Itu mudah." ucap Zidan singkat yang membuat Rasimoon bisa bernafas lega.

Zidan mempelajari beberapa dokumen lain dan mengaitkan satu dengan yang lainnya. Ia melihat benda pipih di sampingnya yang disebut komputer.

Dan benar saja, kini Zidan telah menembus beberapa jaringan untuk melacak sistem yang terkait dengan dana perusahaan yang sebenarnya. Melacak juga siapa seseorang yang telah menggelapkan dana perusahaan. Tertera jelas nomor ponsel dan rekening pelaku.

Zora bergerak cepat lalu menghubungi nomor tersebut.

Terdengar deringan ponsel dari saku celana Joshua. Semua mata mengarah padanya curiga.

Joshua menjadi berkeringat dan panik.

Rasimoon mengadahkan tangan meminta ponsel Joshua berdering. "Berikan ponselmu, cepat!"

"Tu-tuan Rasimoon," Joshua merogoh ponselnya lalu Rasimoon dengan cepat mengambilnya kasar. Dan jelas dialah pelaku penggelapan dana perusahaan.

Rasimoon sangat marah. Berteriak meminta sekuriti untuk membawa Joshua keluar dari ruangannya. Ia akan memberikan pelajaran padanya nanti.

"Zidan, kamu sangat hebat. Tidak salah jika kamu meminta putriku untuk kamu nikahi. Aku akan menikahkan kalian berdua besok."

"Apa, besok!" pekik Zora tak percaya, ia masih ingin menjalani kehidupan sebagai gadis mahasiswa bukan sebagai seorang istri. Ia pikir pernikahan itu terjadi setelah ia menyandang gelar S1 nyatanya besok sudah harus menikah.

Beda dengan reaksi Zidan, Zidan tersenyum simpul sangat tampan sekali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!