Sang Penjaga

Pagi ini di belakang hutan sekelompok mahasiswa tengah disibukkan dengan pencarian Zora yang mendadak hilang bak di telan bumi. Nadin sang sepupu pun menjadi ikut cemas meski terkadang ia tak menyukai sikap Zora yang begitu manja dan kekanak - kanakan. Nadin menghubungi nomor Zora tapi tetap tak terhubung. Nadin takut jika keluarga Rasimoon nantinya akan sangat marah mendengar kabar putri tercinta mereka telah hilang. Berbagai dugaan muncul jika Zora telah disantap binatang buas.

Nadin memberi perintah pada keempat temannya yang terdiri dari 2 wanita dan 2 pria untuk mencari jejak terakhir Zora berada.

Tidak ada yang boleh pulang kemping sebelum Zora ditemukan.

Nadin menyesal karena mengabaikan peringatan keluarga Rasimoon untuk tidak mengajak Zora pergi.

Nadin menghubungi Joshua tentang hilangnya Zora. Joshua adalah pria yang dijodohkan tuan Rasimoon untuk Zora.

Sementara itu di lain tempat.

Zidan terlihat sangat kecapekan ia menyandarkan kepalanya di bahu Zora hingga detik berikutnya ia pun terlelap.

Zora mencuri pandang. Ditatapnya pria aneh dengan jubah terbang dan rambut panjang itu. Meski terlihat begitu menawan pria ini, Zora tetap harus waspada. Pria berumur 30 tahun ini tampak seperti bayi tidurnya. Terbukti tidak bergerak saat Zora menggeser kepalanya agar berpindah.

Ini kesempatan bagus bagi Zora untuk kabur setelah mengamati Zidan yang terlelap.

Zora memindahkan kepala Zidan pada batang pohon yang tumbang. Ia berjinjit dan melangkah pelan meninggalkan Zidan. Ia tak perduli dengan siapa pria aneh ini. Baginya sekarang adalah kabur. Tapi, ia kan bukan seorang tawanan untuk apa juga kabur? Ia hanyalah korban ketidaksengajaan tindakan Zidan memecah kubah matahari.

Lalu apa itu kubah matahari? Terlintas dalam benak Zora seketika ia melangkah pergi tentang benda aneh yang sekarang tertanam dalam tubuhnya. Amat pentingkah, sampai - sampai menjadi rebutan ?

Sepertinya Zora mengurungkan niatnya untuk kabur setelah menimba ucapan Zidan sebelum tidur tadi. Ia kembali mendekati Zidan, entah padahal baru kali ini bertemu tapi Zora sedikit pun tak merasa takut atau pun terancam bahkan memindahkan kepala Zidan, menjadikan pahanya sebagai tumpuan kepala Zidan. Zora pun merasa jenuh dan ikut terlelap.

Hampir dua jam lamanya mereka berdua tertidur.

Zidan mengerjapkan kedua matanya ketika cahaya matahari menembus kulitnya. Ia segera bangun dan mendapati sosok yang asing. Gadis ini bahkan teramat patuh. Seharusnya ia bisa kabur tadi.

Merasa ada yang memperhatikan dirinya ketika tidur, Zora pun membuka mata. Kedua pandangan mereka terkunci.

Zidan segera menguasai keadaan, "Kamu sudah bangun?"

Zora dengan cepat mengangguk, "Iya," lalu meregangkan tangannya.

Zidan memperkenalkan dirinya dengan sopan hingga membuat Zora tersentuh. "Aku Zidan Tamis. Aku adalah siluman penjaga. Dan mulai sekarang aku akan tinggal di bumi untuk melindungimu." Zidan membungkukkan badan memberikan penghormatan.

Zora tersenyum lalu ia mengulurkan tangannya, "Aku Zora. Zoraida Rasimoon."

Zidan menatap lekat tangan itu. Sungguh ia tidak tahu apa maksud gadis itu mengulurkan tangannya.

Zora mengambil tangan kanan Zidan agar menjabat tangannya. " Kami manusia memperkenalkan diri dengan bersalaman. Kamu harus mempelajari itu."

Zidan terpukau, gadis ini sama sekali tidak takut tatkala ia sudah menyebutkan dirinya adalah siluman bahkan ia berani menyentuhnya.

"Kamu tidak takut denganku?" tanya Zidan, pertanyaan yang mengusik pikirannya sejak tadi.

"Kamu tak melukaiku. Untuk apa takut," ujar Zora santai. Zora berdiri membersihkan debu di celana panjangnya lalu menunggu pria di depannya ini bertindak.

"Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang." Zidan mempersiapkan diri.

"Kamu tahu rumahku?" Zora mengerlingkan mata mencari tahu kehebatan siluman penjaga ini.

"Tidak." sahut singkat Zidan.

Zora terkekeh, "Kamu saja tak tahu rumahku, bagaimana mau mengantarku pulang, aku sudah tersesat di hutan. Ponselku juga mati." Zora memperlihatkan ponselnya lalu memasukkan ke dalam saku celananya.

Zidan mengangkat tangannya lalu menyentuh dahi Zora dengan ujung jarinya. Seketika itu pengetahuan milik Zora masuk dalam pikiran Zidan.

Zora terbengong menatap aksi Zidan barusan. Hanya begitu saja apakah bisa?

Zidan mengangkat tubuh Zora dan meminta gadis yang banyak omong itu berpegangan. Sempat juga Zora memekik atas tindakan Zidan yang tidak sopan itu. Zidan membawa gadis berusia 23 tahun itu terbang ke awan.

Awalnya Zora takut dengan ketinggian. Perlahan dan dengan adanya Zidan di sampingnya ia mulai tidak takut ketinggian. Zora terkesima dengan pemandangan hutan ditambah cahaya pagi masih belum teramat panas jadi Zora bisa menikmati dari langit.

Zora menguatkan pegangannya seolah memeluk tubuh Zidan. Zidan merasakan pelukan Zora dan hanya tersenyum simpul.

Dan dalam waktu singkat, Zidan sudah berada di tengah kota. Zidan mencari rumah Zora. Tepat di teras rumah, Zora diturunkan dengan selamat.

"Kita sudah sampai." ujar Zidan memberi tahu.

"Iya, terima kasih sudah mengantarku." Zora hendak masuk tapi langkahnya diikuti Zidan.

Zora menghentikan langkahnya lalu berbalik. "Kamu boleh pergi sekarang. Aku mau mandi dan makan dulu."

Zidan tak bergeming dan tetap mengikuti langkah Zora hingga membuat Zora berbicara dengan kesal. "Aku sudah memintamu untuk pergi, apa kata orang - orang nanti jika melihat penampilanmu?"

"Kamu lupa, aku adalah siluman penjaga yang akan selalu berada di sisimu." sahut Zidan tegas.

Zora tercengang ia lupa padahal perkenalannya belum genap sampai 2 jam. Zora menggaruk tengkuknya.

Seketika itu pintu rumah terbuka lebar. Terlihat tuan dan nyonya Rasimoon berada di ambang pintu dan dengan wajah terkejut melihat kedatangan Zora. Di balik orang tua itu ada sosok yang terlihat sangat cemas dan berseru memanggil Zora.

"Zora!" panggil ketiga orang dari dalam rumah secara bersamaan.

"Mami, Deddy!" Seru Zora juga dan memeluk keduanya.

"Kamu baik - baik saja kan, Sayang?" tanya Rasuna cemas.

"Iya, aku nggak kenapa - kenapa kok!"

Joshua yang terabaikan mengambil suara. "Nadin bilang kamu menghilang saat kemping,"

Zora mengurai pelukan orang tuanya lalu teringat dengan teman - temannya. "Ah iya, ponselku mati. Tolong kamu kabari Nadin kalau aku sudah pulang duluan!" pintanya pada Joshua.

Joshua mengangguk dan segera menghubungi Nadin. Nadin lah yang mengabari hilangnya Zora di hutan lalu Joshua segera ke rumah keluarga Rasimoon. Sebagai pria yang dijodohkan, Joshua harus terlihat sigap dan perduli terhadap apa pun tentang Zora. Pria yang lahir 33 tahun lalu ini rela menunggu kabar Zora di rumah Rasimoon sejak pagi buta tadi. Ia mengabaikan rasa ngantuk dan lelahnya demi menunggu kabar Zora.

Tuan Rasimoon dan nyonya Rasuna menatap pria dengan penampilan asing itu. "Siapa pria ini?" tanya tuan Rasimoon.

Zora tersentak. Ia bingung harus menjelaskan siapa pria ini.

Zidan mengulurkan tangan kanannya. Ia mempelajari peradaban manusia hanya sekali lihat saja. "Tuan dan Nyonya Rasimoon, perkenalkan nama saya Zidan, Zidan Tamis. Saya adalah body guard nona Zora."

Semua orang yang mendengar ucapan Zidan terbelalak tak percaya bahkan Joshua sangat tidak menyukai pria itu begitu baru melihat saja.

Zora sampai mengusap wajahnya kasar, ia tidak habis pikir Zidan bisa begitu lancar mengarang cerita.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!