Kini mereka di perjalanan, setelah tadi mendapatkan bubur. Kini Anisa meminta Nur untuk memakannya, namun baru saja satu suap. Ternyata lambung Nur tidak bisa menerima makanan tersebut, ia kembali memuntahkan makanan tersebut. Padahal Nur sudah bisa melihat makanan dengan benar, namun ternyata n*fsu untuk makannya seperti tidak ada.
"Maafkan aku, mengotori mobil kalian." ucap Nur lemah
"Tidak apa-apa, jangan si pikirkan." jawab Kalila
Mereka ke rumah Nur menggunakan 2 mobil, berkelompok menurut jenis kelamin. Kiwww
"Perutnya terlalu kosong, sehingga tubuh Nur tidak bisa menerima asupan." ucap Anin
"Nur, apa kamu baik-baik saja?" Nur menggelengkan kepalanya pelan
"Tubuhku benar-benar terasa sangat lemas" jawab Nur menyandarkan tubuhnya
Kalila menyalurkan kekuatannya, Nur sedikit terlihat lebih baik.
"Apa di rumah, kamu tinggal sendiri?" tanya Adikirana, yang sedang menyetir
"Tidak, aku tinggal dengan kedua orang tuaku." jawabnya
"Lalu, apa orang tuamu tidak melihat kondisimu seperti ini? Apa kamu pernah menceritakan apa yang kamu alami, pada mereka?" tanya Amira
"Sudah, namun kedua orang tuaku tak percaya. Karena di mata mereka, aku baik-baik saja. Tak ada yang berubah, mereka tidak bisa melihat kondisiku yang seperti ini. Mereka bilang, aku hanya halusinasi."jawab Nur
"Berarti sahabatmu, sengaja menutupnya." gumam Anin
"Bagaimana kalian bisa berteman?" tanya Amira, Nur terdiam. Ia mengingat kembali pertemuan pertama mereka, saat awal masuk SMP.
"Saat penerimaan murid baru di SMP, ternyata aku satu kelas dengannya. Dia merupakan murid pendiam, saking diamnya. Ia hanya duduk di bangkunya, tanpa mau berkenalan dengan teman yang lain. Aku yang memang pembawaannya tidak bisa diam, mendekatinya dan mengajak dia berkenalan." Nur menghembuskan nafasnya pelan
"Dia mau menerimaku menjadi teman, sejak saat itu. Kami pun selalu bersama, lambat laun... aku tau sifatnya yang keras kepala, ingin menang sendiri, keras, bertemperamen buruk dan selalu memonopoli aku. Dia tidak suka bila aku berteman dengan yang lain, hanya boleh dengannya. Aku mencoba mengerti, selama aku berteman dengannya. Aku selalu mengalah, selalu menjaga ucapanku agar tidak menyinggung perasaannya. Karena bila ia sudah tersinggung, maka ia akan mengamuk seperti bukan dirinya. Dia baik, sangat baik. Tapi... seperti itu, aku tidak boleh bermain dengan yang lain. Lambat laun, aku pun bisa menerimanya dan terbiasa dengan sifat juga sikapnya."
"Sejak menginjak di bangku SMA, dia jadi lebih pendiam. Aku tidak tau apa yang membuatnya seperti itu, sampai sekarang. Saat aku tanya kenapa? Dia hanya menjawab, aku ingin berubah. Karena pria yang dia sukai, menyukai wanita yang pendiam dan anggun. Aku tersenyum mendengarnya, aku pikir baguslah. Kalo ia sibuk dengan pria, aku bisa terbebas darinya. Tapi, ia tak pernah mengatakan siapa pria itu. Setiap kali aku tanya, ia hanya menjawab. Aku tidak akan memberitahukan nya padamu, nanti kamu merebutnya. Sampai Rama mendekatiku dan mengajakku berkencan, dia terlihat sangat senang saat itu dan mendukung hubungan kami. Makanya, aku tidak menyangka bila ternyata ia menyukai Rama selama ini. Sampai kita menginjak kelas 3 ini pun, ia tak pernah membahas pria yang di sukainya." jawab Nur
"Seandainya aku tau, bila pria yang ia sukai adalah Rama. Aku tidak akan menerimanya, aku tak ingin hanya karena pria persahabatan kita hancur. Meski ia banyak sifat buruknya, tetapi ia sangat baik padaku. Aku tak pernah berpikiran buruk tentangnya, jadi aku sangat terkejut. Saat kalian memberitahukan,bila dia yang sudah membuatku seperti ini. " lanjut Nur, yang akhirnya meneteskan air mata.
"Kita sudah sampai, apa kamu kuat untuk berjalan?" tanya Adikirana
"Ya" jawab Nur lemah
Mereka berenam pun keluar mobil, Anin dan Anisa kembali memapah Nur.
tok tok
"Assalamu'alaikum" salam Amira, mereka menatap ke sekitar rumah. Rumah yang sederhana, namun terlihat asri.
ceklek
"Wa'alaikum salam... Astgahfirullah, ada apa dengan putri ibu? Masuk nak, masuk." Siska, ibu Nur mempersilahkan mereka semua masuk. Termasuk para lelaki, yang ada di belakang mereka.
"Tolong dudukkan saja di sofa, kenapa Nur di papah. Tubuhnya segar, kok kalian repot membopongnya?" tanya Siska
"Tunggu ya, ibu buatkan dulu minuman." saat Siska hendak pergi, Anin menahannya.
"Nanti saja bu, kondisi Nur semakin melemah. Kita harus segera menolongnya" ucap Anin, Siska semakin merasa bingung. Pasalnya ia melihat putrinya baik-baik saja, tak ada yang aneh.
Kalila mendekati bu Siska, ia mengangkat tangan kanannya.
"Maaf bu, mungkin ini tidak sopan." meski tidak mengerti, Siska hanya diam. Kalila menutup mata bu Siska, dengan telapak tangannya dan menarik ilmu sihir yang ada padanya.
Bu Siska merasa, seperti ada yang tercabut dari matanya. Namun saat membuka mata, ia normal... semua baik-baik saja, begitu melihat sang putri.
Siska histeris, ia terkejut dengan kondisi putrinya yang benar-benar kurus. Dengan lingkar mata yang begitu jelas terlihat, kondisi Nur semakin melemah.
"ASTAGHFIRULLAH, NUUUUURRR." teriaknya, ia pun segera berlari mendekati sang putri. Memeluk tubuh Nur, yang benar-benar sudah tak bertenaga.
"Kenapa kamu bisa seperti ini nak, apa yang terjadi padamu. Selama ini kondisimu baik-baik saja, tapi... tapi ini... hiks" Siska menangis, ia benar-benar tak sanggup melihat anak semata wayangnya hanya sisa tulang berbalut kulit. Benar-benar kurus, tubuh Siska bergetar.
"Bu, kita tidak bisa menjelaskannya sekarang. Nur benar-benar dalam bahaya, kami harus melepaskan ilmu sihir yang dikirim padanya." ucap Yas
DEG
"I-ilmu sihir? S-santet maksudmu?" tanya Siska tergagap
"Ya, sebaiknya kita segera membawa Nur ke kamarnya. Karena benda yang menjadi media, ada di dalam lemarinya." jawab Anin, kedua mata Siska membulat. Siapa yang tega berbuat seperti ini pada putrinya
"Apa kita bisa membawanya bu?" tanya Amira
"Y-ya..." meski Siska bingung, siapa sebenarnya kesepuluh remaja ini.
Saat mereka akan mengangkat tubuh Nur, terdengar suara orang berbincang di luar.
"Assalamu'alaikum" salam mereka yang baru saja masuk
"Bu, kenapa ibu menangis?" tanya Budi yang baru pulang kerja, di belakangnya ada Rama dan... DIA
Kesepuluh orang itu saling tatap, karena mereka bisa melihat ada kabut hitam mengelilingi DIA. Sahabat Nur terkejut, karena di rumah ini banyak orang. Bahkan ia mengenalnya, saat DIA akan pergi keluar kembali. Tubuhnya tiba-tiba kaku, ia tak bisa menggerakkan tubuhnya.
"Kamu...." ucap Amira pada Rama
Rama pun terdiam dan menatap Amira bingung
"Pegang perempuan yang ada di sampingmu, pak ikat dia." ucap Amira, tentu saja hal itu mengejutkan semua orang.
"Apa maksudmu? Dia sahabat Nur, kenapa aku harus mengikatnya?" tanya Budi
"Bapak akan tau jawabannya sebentar lagi, kita tak memiliki banyak waktu." Siska pun langsung paham, ia berlari ke dapur mencari tambang. Setelah menemukannya, ia kembali keluar menghampiri orang-orang tersebut.
Dengan menatap penuh kebencian, Siska meminta Rama segera mengikatnya.
...****************...
Jangan lupa like, komen, gift, vote, dan masukin ke dalam favorit.... 🥰🥰🥰
...Happy Reading all ❤❤❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Land19
kasian banget nur² .
ketulusan mu malah di balas yg amat sangat tak terduga
astaghfirullah
2025-01-01
1
💐Lusi81
ohhh...kembar 10 dah SMA toh 🤗
2024-09-24
1
Pisces97
semoga nur selamat dan moga saja deh nur jadi jodoh antara si kembar 🤭
2024-05-22
4