Menyukai kamu

Karena kejadian semalam, Aluna sedikit merasa tak nyaman berada di kediaman Sagara. Dia pikir, rumor itu memang benar adanya. Jika suaminya tak menyukai wanita. Seperti apa yang dia lihat tadi malam, jika Arvian tak tertarik padanya. Padahal menurut Aluna, dia termasuk ideal wanita.

"Onty, Lega mau loti." Ujar Arega menyadarkan Aluna dari lamunannya.

"Oh iya sayang, ini rotinya." Aluna menemani Arega sarapan, bocah menggemaskan itu akan berangkat ke sekolah.

"Telimakacih cayangna akuuu!!" Seru Arega dengan tersenyum lebar.

"Sama-sama pangeranku." Balas Aluna sembari mengusap kelala Arega. DI perlakukan seperti itu, Arega tersenyum senang. Raut wajahnya terlihat bahagia, tanpa kesepian seperti biasanya.

"Ekhem!" Tatapan Arega mengarah pada nya yang baru saja memasuki ruang makan. Sedangkan Aluna, dia tak ingin berkontak mata dengan Arvian. Mengingat kejadian semalam, membuatnya merinding.

Arvian belum menyadari keanehan Aluna, dia pun menarik kursinya dan mendudukkan dirinya di tempat biasanya. Matanya menatap Arega yang sedang memeluk sebuah boneka kereta yang belum pernah Arvian lihat sebelumnya.

"Kamu membeli boneka baru?" Tanya Arvian dengan kening mengerut.

"Nda lah, ini kan hadiah dali cayangkuuu!!" Seru Arega dengan memeluk erat boneka miliknya.

Mendengar itu Arvian melotot tak terima, dia beralih menatap Aluna yang sepertinya tak menghiraukan keberadaannya. Memang setelah dari mall kemarin, Aluna membeli hadiah untuk Arega. Tak di sangka, bocah itu senang dengan hadiah yang Aluna berikan.

"Kamu tidak memberiku hadiah?" Tanya Arvian yang mana membuat Aluna menghentikan makannya.

"Hadiah? Bukannya semalam aku sudah memberikannya?" Cetus Aluna dengan tatapan cueknya.

"Semalam?" Gumam Arvian dengan keningnya yang mengerut dalam.

"Ya, semalam. Biasanya seorang suami akan bahagia melihat istrinya berdandan untuknya. Tapi sepertinya, suamiku lebih tertarik seorang pria yang memakai baju tarzan itu." Ujar Aluna sembari menyatukan jari-jemarinya satu sama lain dan menatap raut wajah terkejut Arvian.

"Aku masih normal Aluna!" Tekan Arvian dengan tatapan tajam.

Aluna menghela nafas pelan, dia beranjak berdiri dan membereskan piringnya dan juga piring Arega. Lalu, matanya melirik ke arah Arvian yang masih menatapnya dengan tajam. "Jika kamu normal, responmu tidak mungkin seperti malam tadi. Astaga Arvian, seharusnya dari awal kamu jujur saja. Kita bisa mengobatimu agar kamu bisa kembali suka wanita." Ujar Aluna panjang lebar yang mana membuat Arvian tak terima.

"Aku menyukai wanita!" Sentak Arvian.

"Siapa huh? Siapa wanita yang kamu suka? Di sentuh saja kamu gak ma ...,"

"Kamu." Sela Arvian dengan nada tinggi. Tubuh Aluna mematung sejenak, dia beralih menatap Arvian yang menatapnya dengan tatapan lekat.

"Kamu siapa? Kamu Doni? Kamu Asep? Kamu Budi? Atau, kamu Reza juga bisa kan?" Ketus Aluna dan beranjak lirih dari sana. Meninggalkan Arvian yang melongo di buatnya.

Bisa-bisanya ada seorang wanita yang berani menyindirnya, memarahinya, bahkan membenarkannya? Jika pun ada, Arvian akan balik memarahinya. Tapi, kenapa seorang dia seakan tak bisa apapun?

"Pada hali minggu ku tulut om pian di buang! naik becak ictimewa ku lempal ke cungai! ku duduk camping pak polici yang cedang bekelja, akhilna Ku bawa cayangku pulang ke lumah hei!"

"Heh! Lama-lama om jual juga kamu ini!" Ancam Arvian dengan kesal.

"CAYANGKUUU!! PANGELANMUUU INI MAU DI JUAL KATANAAA!!" Teriak Arega yang mana membuat Arvian panik bukan main.

"Kauu!!"

 .

.

.

Setelah Arvian dan Arega berangkat, Aluna menyibukkan dirinya dengan membereskan kamarnya dan juga lemari pakaiannya. Dia harus menata beberapa pakaian baru yang dirinya beli kemarin. Sebenarnya pakaiannya sudah rapih, tetapi Aluna hanya mencari kerjaan saja agar tak bosan.

"Huft ... gak tau lah mau di bawa kemana pernikahan ini." Gumam Aluna saat melihat beberapa lingerie yang sudah dia beli kemarin.

Dertt!!

Dertt!!

Ponsel Aluna berdering, dia beranjak sebentar untuk mengambil ponselnya yang ada di atas ranjang. Melihat Mega yang menelponnya, Aluna pun bergegas mengangkatnya. "Halo, Aluna! Gimana? Normal dia?" Seru Mega dengan semangat.

Aluna menghela nafas pelan, "Gagal, dia gak tertarik." Ujar Aluna dengan lirih sembari mendudukkan dirinya di tepi ranjang.

"Gak tertarik? Matanya sakit kali yah? Bisa-bisanya kamu udah pakai baju tarzan itu dia masih enggak tertarik." Pekik Meha dengan tak percaya.

"Entahlah, berarti rumor itu benar. Astaga, aku bersaing dengan seorang laki-laki demi mendapatkan hati suamiku. Merana sekali hidupku ini." Gumam Aluna dengan wajah meringis lirih.

Aluna beranjak dari duduknya, dia berjalan keluar kamarnya sembari mendengarkan ocehan Mega. "Coba lagi malam ini Na, mungkin kemarin dia capek. Kan bisa jadi!" Seru Mega memberi saran.

Langkah Aluna terhenti, "Enggak lah! Masa aku yang rayu dia! Semalam aja aku ngerasa malu banget!" Rengek Aluna.

Aluna tak sengaja menatap ke arah pintu yang terbuka, ternyata Arvian lupa menutup pintu kamarnya. Penasaran, Aluna melangkah masuk ke kamar pria itu. Baru saja di depan pintu, Aluna sudah menc1um parfum yang Arvian kenakan. Sangat menenangkan dan Aluna sangat menyukainya.

"Na! Kamu denger aku bicara enggak?!" Seru Mega dengan kesal.

"Dengar, nanti aku telpon lagi yah." Ujar Aluna dan memutuskan sambungan telpon itu sepihak.

Aluna menghentikan langkahnya di depan nakas, keningnya mengerut dalam ketika dia melihat dompet milik seseorang yang tak asing baginya. Perlahan, dia mengambilnya dan melihat desain dompet itu. "Ini, bukannya dompet milik Arvian yah? Kok bisa ketinggalan?" Gumam Aluna dengan raut wajah bingungnya.

"Lupa pasti dia. Ck, aku antar ke kantor saja deh. Pasti dia membutuhkan dompetnya." Putus Aluna.

Aluna pun bersiap pergi ke kantor Arvian. Lalu, dia meminta supir pribadi Arvian untuk mengantarnya ke kantor. Pastinya, dengan sigap supir itu mengantar istri dari tuannya itu. Aluna tak memiliki nomor ponsel Arvian, hal itu yang membuatnya merasa kesulitan. Tanpa Aluna sadari, sejak tadi supir itu melihat ke arah Aluna lewat pantulan spion tengah.

"Non itu istrinya Tuan Arvian yah?" Tanya Supir itu secara tiba-tiba.

"Eh iya pak, memangnya Arvian enggak bilang kalau saya istrinya?" Tanya Aluna dengan tatapan bingung.

"Enggak Non, tapi yang saya lihat ... Tuan Arvian cuma bisa dekat sama Nona. Lima tahun saya bekerja sebagai supir pribadi Tuan Arvian, baru kali ini saya lihat dia mau duduk berduaan sama seorang wanita." Terang supir Arvian itu.

"Memangnya sebelumnya enggak pernah pak?" Heran Aluna.

Supir itu menggeleng, sejenak dia tersenyum tipis dan kembali melirik Aluna dari spion tengah mobil yang mereka tumpangi. "Enggak Non, baru dekat wanita saja Tuan sudah merasa gatal-gatal. Bahkan, dia sampai mual dan sesak nafas. Gak tega saya lihatnya." Celetuk supir itu.

Aluna menganggukkan kepalanya, cerita supir itu sama halnya dengan yang pernah Mega ceritakan. Namun, selama beberapa hari ini menjadi istrinya, Aluna belum pernah melihat sikap aneh dari Arvian ketika keduanya bersentuhan.

Tak terasa, mobil pun terhenti di depan sebuah gedung pencakar langit. Bergegas, Aluna turun dari mobil dan berjalan memasuki gedung itu. Pertama kali yang ia tuju adalah resepsionis, karena dia tidak tahu dimana letak ruangan Arvian.

"Mbak maaf, kalau ruangannya Tuan Arvian dimana yah?" Tanya Aluna dengan sopan.

"Nona siapa yah? Ada perlu apa mencari CEO kami?" Balas resepsionis itu.

"Saya ...,"

"TUAN ARVIAN!!" Aluna menolehkan kepalanya saat mendengar teriakan Reza. Di depan lift, dia melihat Arvian terduduk sembari memegangi d4danya yang terasa sakit. Wajah pria itu memerah, bahkan lehernya pun sampai ikut memerah. Panik dengan apa yang terjadi, tanpa pikir panjang Aluna langsung berlari menghampiri Arvian dan juga Reza.

"Ada apa ini?!" Seru Aluna sembari berlutut di hadapan Arvian dan memegang tangan pria itu.

"Menyingkir Aluna!! Jangan menyentuhnya!" Sentak Reza, dia menarik tangan Aluna yang menyentuh Arvian. Gynophobia pria itu kambuh, maka dari itu Reza melarang Aluna menyentuh Arvian.

Namun, secara mengejutkan. Arvian mencengkram kuat lengan Aluna, dia bahkan menyandarkan kepalanya pada bahu wanita itu sembari mengatur nafasnya yang terdengar memburu. Aluna bisa melihat sendiri, tangan Arvian terdapat banyak sekali bekas goresan kuku yang sedikit berdarah. Sepertinya, pria itu sengaja mencakarnya untuk mengurangi rasa gatal yang terjadi pada tubuhnya.

"Aluna." Lirih Arvian sebelum kesadarannya hilang.

"Arvian!!"

___

Jangan lupa dukungannya🥰🥰

Terpopuler

Comments

Retno Anggiri Milagros Excellent

Retno Anggiri Milagros Excellent

koq bisa kaya gitu yah . 😂🤭

2024-04-11

4

Leng Loy

Leng Loy

Dunia halu ya begitu tapi lucu 😅😅

2024-04-28

0

Rifa Endro

Rifa Endro

nah loe, yg barusan dogosipin kejadian

2024-04-23

0

lihat semua
Episodes
1 Duka Aluna
2 Gynophobia
3 Terpaksa harus menikah
4 Ke rumah suami
5 Cayangna aaakuuu
6 Keputusan sidang hak asuh Arega
7 Belanja diskon ala Nyonya Sagara
8 Kebahagiaan Arega
9 Tak ada reaksi?
10 Baju Tarzan
11 Menyukai kamu
12 Kekhawatiran Aluna
13 Berani mendekat
14 Pertemuan Suami dan mantan suami
15 Menggali cerita pahit Aluna
16 Kucing nakal malam itu
17 Perubahan sikap Arvian
18 Si bocah pengganggu
19 Ngambek
20 Berusaha membujuk
21 Ada apa dengan Arvian?
22 Penjelasan Vion
23 Asal mula trauma Arvian
24 Berjuang bersama
25 Tertekannya Erlin
26 Keluar tanduknya
27 Datang bulan
28 Pembalut untuk istri
29 Di suapin suami
30 Ketakutan Arega
31 Ada yang aneh
32 Malam indah
33 Ruam di tubuh Arvian
34 Lontong
35 Pasar malam
36 Kejailan Vion
37 Jail sendiri, kesal sendiri
38 Hari ibu yang sungguh mengharukan
39 Jadi istri, harus pandai
40 Aku mencintaimu
41 Nalendra sadar
42 Sudah siap hamil?
43 Gynophobia Arvian
44 Kesedihan Nalendra
45 Mode cemburu Arvian
46 Jurus ampuh membujuk suami
47 Kamu sempurna bagiku
48 Ada yang aneh
49 Respon Efendi
50 Mama tili?
51 Mantu ganteng Mama Maya
52 Antara kakak beradik
53 Hamil
54 Papa sayang kamu
55 Menantu!
56 Minta hatiku juga boleh
57 Jangan berharap lebih padaku
58 Arega butuh sosok ibu
59 Arvian yang jail dan Arega yang emosian
60 Ada apa dengan Mega?
61 Lega mimpi Mama
62 Kalung dari suami
63 Konser Arega
64 Mengidam?
65 Janan ili janan ili, janan ili dengki
66 Onty Mega
67 Periksa kandungan
68 Isi hati calon ayah
69 Kekesalan Mega
70 Sindiran tajam Aluna
71 Ketegasan Arvian
72 Kemarahan Arvian
73 Jawaban Mega
74 Suasana yang berbeda
75 Luluhnya Arvian
76 Siapa dia?
77 Lega punya Mama!
78 Tak selamanya bahagia
79 Pertemuan tanpa rencana
80 Kontraksi?
81 Lahirnya sang putri
82 Azura Elaina Sagara
83 jadi anak pak cupil aja lah
84 Sayangnya Arvian
85 Gosip ala Mega
86 Nacib ... nacib
87 Keributan di perusahaan Kalingga
88 Penyesalan Efendi
89 Cakiiiitt!!
90 Penyesalan Efendi
91 Perkara asi
92 Ayam Legaaa
93 Happy Wedding
94 3 Tahun Kemudian
95 Jelomeee!!
96 Eh, calah olang?!
97 Jula nda calah kok!
98 Keinginan yang beda
99 cinta catu atau dua
100 Ci Jelomee
101 Pacal lenjun
102 Tidak bisa di selamatkan
103 Siapa?
104 Bakat ALuna yang terpendam
105 Cekolaaah
106 Pok ame ame belalang kupu-kupu
107 Ngambek nya Azura
108 Jajan
109 Keributan di pagi hari
110 Pertemuan yang tak di janjikan
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Duka Aluna
2
Gynophobia
3
Terpaksa harus menikah
4
Ke rumah suami
5
Cayangna aaakuuu
6
Keputusan sidang hak asuh Arega
7
Belanja diskon ala Nyonya Sagara
8
Kebahagiaan Arega
9
Tak ada reaksi?
10
Baju Tarzan
11
Menyukai kamu
12
Kekhawatiran Aluna
13
Berani mendekat
14
Pertemuan Suami dan mantan suami
15
Menggali cerita pahit Aluna
16
Kucing nakal malam itu
17
Perubahan sikap Arvian
18
Si bocah pengganggu
19
Ngambek
20
Berusaha membujuk
21
Ada apa dengan Arvian?
22
Penjelasan Vion
23
Asal mula trauma Arvian
24
Berjuang bersama
25
Tertekannya Erlin
26
Keluar tanduknya
27
Datang bulan
28
Pembalut untuk istri
29
Di suapin suami
30
Ketakutan Arega
31
Ada yang aneh
32
Malam indah
33
Ruam di tubuh Arvian
34
Lontong
35
Pasar malam
36
Kejailan Vion
37
Jail sendiri, kesal sendiri
38
Hari ibu yang sungguh mengharukan
39
Jadi istri, harus pandai
40
Aku mencintaimu
41
Nalendra sadar
42
Sudah siap hamil?
43
Gynophobia Arvian
44
Kesedihan Nalendra
45
Mode cemburu Arvian
46
Jurus ampuh membujuk suami
47
Kamu sempurna bagiku
48
Ada yang aneh
49
Respon Efendi
50
Mama tili?
51
Mantu ganteng Mama Maya
52
Antara kakak beradik
53
Hamil
54
Papa sayang kamu
55
Menantu!
56
Minta hatiku juga boleh
57
Jangan berharap lebih padaku
58
Arega butuh sosok ibu
59
Arvian yang jail dan Arega yang emosian
60
Ada apa dengan Mega?
61
Lega mimpi Mama
62
Kalung dari suami
63
Konser Arega
64
Mengidam?
65
Janan ili janan ili, janan ili dengki
66
Onty Mega
67
Periksa kandungan
68
Isi hati calon ayah
69
Kekesalan Mega
70
Sindiran tajam Aluna
71
Ketegasan Arvian
72
Kemarahan Arvian
73
Jawaban Mega
74
Suasana yang berbeda
75
Luluhnya Arvian
76
Siapa dia?
77
Lega punya Mama!
78
Tak selamanya bahagia
79
Pertemuan tanpa rencana
80
Kontraksi?
81
Lahirnya sang putri
82
Azura Elaina Sagara
83
jadi anak pak cupil aja lah
84
Sayangnya Arvian
85
Gosip ala Mega
86
Nacib ... nacib
87
Keributan di perusahaan Kalingga
88
Penyesalan Efendi
89
Cakiiiitt!!
90
Penyesalan Efendi
91
Perkara asi
92
Ayam Legaaa
93
Happy Wedding
94
3 Tahun Kemudian
95
Jelomeee!!
96
Eh, calah olang?!
97
Jula nda calah kok!
98
Keinginan yang beda
99
cinta catu atau dua
100
Ci Jelomee
101
Pacal lenjun
102
Tidak bisa di selamatkan
103
Siapa?
104
Bakat ALuna yang terpendam
105
Cekolaaah
106
Pok ame ame belalang kupu-kupu
107
Ngambek nya Azura
108
Jajan
109
Keributan di pagi hari
110
Pertemuan yang tak di janjikan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!