Diterima Bekerja

Esok paginya, Danisa sudah bersiap mendatangi toko sepatu itu lagi. Ia berjalan kaki menyusuri tepian jalan raya. Bahkan saat langit belum bersinar terang, tetapi gadis itu sudah menenteng map berisi berkas lamaran kerja.

Danisa dengan dress terbaiknya dan sepatu pantofel sekolahnya, pegal rasanya berjalan sejauh itu menggunakan sepatu ber-hak lumayan tinggi. Biasanya tak begitu masalah ketika dia berjalan jauh menjajakan jualannya karena menggunakan sandal jepit lepek sehingga tidak menyiksa betisnya.

Terlalu pagi atau dia yang terlalu rajin sebab toko itu belum buka, Danisa menjadi orang pertama yang ada di sana. Barulah sejam kemudian datang salah seorang karyawan, Danisa dipersilakan menunggu di dalam.

Rupanya, baru lima menit sejak toko itu dibuka. Kemudian, berdatangan pelamar kerja yang lainnya. Mereka berdatangan hingga kursi di dalam ruangan itu tidak cukup menampung semua calon pelamar. Sisanya berceceran di luar toko.

Bersyukurlah Danisa yang datang sejam lebih awal sebelum pintu dibuka karena dia bisa duduk di kursi empuk dan di dalam ruangan yang sejuk di toko itu.

Selagi menunggu tim Human Resources datang untuk mengecek berkas dan melakukan wawancara, para pelamar harus sabar menunggu.

Sejam, dua jam, mereka menunggu kedatangan tim HR yang memang dijadwalkan akan dimulai pukul 10 pagi.

"Nona Danisa Safira," panggil seseorang.

"Iya, saya, Bu!" ucap Danisa segera beranjak dari duduknya.

"Silakan masuk dan langsung interview, Nona."

Di dalam ruangan yang tersedia. Danisa memberikan berkas yang menjadi persyaratan. Seorang pria berpenampilan nyentrik dengan kemeja motif floral dan tatanan rambut klimis yang banjir pomade.

Dia menelaah berkas milik Danisa, tampaknya ia sesekali membandingkan wajah Danisa di lampiran foto dengan rupa asli gadis di depannya, ia pun mengangguk-angguk.

Gadis itu duduk berhadapan, menunggu instruksi selanjutnya dari pria di depannya.

Tiba-tiba pria di depannya itu menyodorkan satu tangannya.

Danisa membalas dan menjabat tangan itu.

"Danisa Safira, ya?" tanya pria itu.

"Iya, benar, Pak."

"Saya Anjas, selamat kamu diterima bekerja," ucap pria itu.

Danisa membeliak, bahkan dirinya belum sempat diwawancara apa pun.

"Kenapa? Tidak siap bekerja?" tanya pria itu.

"Saya hanya bingung, Pak. Bahkan saya belum ditanya apa pun sama Bapak, tapi kenapa saya sudah langsung diterima?" ujar Danisa. Bukan tidak bersyukur, hanya saja dia takut jika pekerjaan ini ternyata penipuan belaka yang ujung-ujungnya tindak pemerasan.

"Sudah, tidak perlu bingung. Saya yang bingung kenapa ada gadis secantik dirimu muncul di depan mata saya begini, tentu akan saya terima bekerja. Dan lihatlah, semua wajah pelamar di depan sana pun juga bingung kira-kira pertanyaan apa saja saat interview nanti, padahal tidak ada interview pada sesi ini. Saya cuma mencari siapa yang menurut saya cocok," ujar pak Anjas.

Dinding kaca berbalut stiker buram itu masih dapat melihat dengan jelas apa saja interaksi yang ada di luar sana. Mereka, pelamar kerja yang kepanasan dan mengantre untuk berkesempatan duduk di kursi yang sama dengan dirinya.

"Adil-kah begini?" tanya Danisa dalam hatinya.

"Ya, Danisa. Kita semua bingung, nanti gak bingung kalau udah di surga katanya," ucap pak Anjas si pria klimis berkumis tipis.

Berulang kali pria bernama Anjas itu mengatakan jika Danisa telah resmi diterima bekerja dan bisa bekerja saat itu jua, tetapi Danisa belum percaya dengan omongan Anjas yang sulit diterima begitu saja.

"Ini bukan scam, kan, Pak? Saya nanti tidak dimintakan uang untuk alasan administrasi dan lain-lain setelah ini, kan, Pak Anjay?" tanya Danisa.

"Bukan scam, asli ini lho, Nona. Coba cari saja di internet tentang perusahaan ini."

Danisa menyempatkan diri berselancar di internet mencari 'Toko Sepatu Herxion' sebagai kata kunci. Terdapat laman resmi dan alamat perusahaan yang berpusan di ibukota. Tidak banyak informasi terbaru, selain kabar berita diresmikannya toko cabang baru di daerah tersebut.

"Sudah percaya, kan? Kami bukan scammer," kata pak Anjas.

"Tapi, bapak belum tahu jika saya pun masih sekolah dan ada hal yang ingin saya tanyakan," kata Danisa.

"Apa? Tanyakan saja," kata Anjas yang bahkan telah melempar berkas Danisa ke boks belakang yang berisi surat lamaran pekerjaan dari pelamar-pelamar sebelumnya.

"Saya masih sekolah. Apa pekerjaan ini bisa saya lakukan paruh waktu setelah pulang sekolah, Pak?"

Sama sekali tidak ekspresi keberatan di wajah Anjas, dia malah menyesap kopi di cangkirnya.

"Iya, datanglah sebisamu. Tengah malam pun sah-sah saja, toko kami buka non-stop kalau kamu mau," ujar Anjas.

"Hah, benarkah, Pak?"

"Iya, selain SPG kami juga butuh orang untuk berjaga malam. Jika bisanya malam, kamu boleh merangkap jadi security juga. Toko kami ini terbuka pada karyawannya, mereka bekerja sesuka hatinya," jelas Anjas dengan mudahnya.

Hah? Yang benar saja?

"Intinya, selamat bergabung. Kinerja karyawan di sini dinilai oleh pak bos secara langsung, jadi sesuka hatimu saja. Asalkan calon karyawan menarik, saya terima, lalu kuberi upah seminggu sekali. Hanya itu tugasku, aku tak berhak menilai atau memecat," ujar Pak Anjas.

Siang itu juga, semua calon pelamar dibubarkan. Kouta karyawan baru sebagai SPG sudah terpenuhi, security pun membubarkan massa alias puluhan wanita yang berjajar di depan sana diperintahkan untuk pulang.

Terdengar suara protes oleh beberapa pelamar kerja dan mengatakan ini tidak fair, sedangkan mereka menunggu sejak lama hingga rela berkorban di bawah panas terik matahari.

"Kasihan," ujar Danisa yang melihat ekspresi para calon pelamar kerja yang diusir oleh dua petugas keamanan.

Melihat kondisi luar toko yang kacau, pak Anjas turun tangan dan melerai konflik antara massa dengan dua penjaga. Dilihatnya, pria itu dengan mudahnya menyodorkan beberapa lembar uang dan diberikan kepada mereka yang batal menjadi calon pelamar kerja.

Berangsur, mereka pun meninggalkan halaman toko. Namun, mata Danisa tidak lekas beralih. Dia masih memperhatikan sosok Anjas yang berhasil mengatasi masalah dengan mudah dengan menggunakan uang.

"Suts. Danisa, kemarilah," pak Anjas memanggil.

Danisa terkesiap. "Iya, Pak Anjay. Ada apa, Pak?"

Pria itu memutar bola matanya. "Anjas ya, Danisa. Bukan Anjay, tolong jangan salah," kata pria itu seraya memberikan paper bag.

"Seragam karyawan di sini, pakailah," lanjut Anjas.

Saat itu, Danisa resmi menjadi karyawan toko itu. Namun, baru selesai mengganti baju, Danisa langsung ditarik oleh karyawan lain untuk masuk ke dalam ruang karyawan. Ternyata pembagian kotak makan.

"Danisa, ini jatah makan siangmu. Sudah tengah hari, saatnya makan," kata pak Anjas.

Danisa tersenyum dan mengangguk ragu saat menerima kotak makan itu, bahkan dirinya belum sempat melakukan apa-apa atau menyelesaikan secuil pekerjaan, tapi sudah mendapat jatah makan siang.

Dilihatnya ke sekitar, karyawan lainnya menikmati makan siang dengan khidmat di kursinya masing-masing saling berhadapan dengan rekan kerja yang lainnya.

"Pekerjaan apa ini? Aneh sekali. Kenapa tidak ada yang beres saat aku menemukan pekerjaan," ucap Danisa di dalam hatinya.

Dia belum merasa begitu lapar. Alhasil, saat netranya melihat ke luar jendela ada seseorang duduk di pelataran toko. Danisa mendekat.

Sesosok pria muda berambut acak-acakan yang disemir blonde. Di bagian kanan dan kiri telinganya bertindik hingga menggantung saling terhubung dari daun telinga bagian atas sampai ke bawah.

Dia memang menggunakan sandal jepit dan pakaian yang digunakan tampak koyak di beberapa bagian karena berlubang sana-sini. Di mata Danisa, penampilan pria itu seperti anggota punk jalanan, walau pun wajahnya tidak menunjukkan demikian.

“Ini makanlah,” kata Danisa memberikan kotak makan siangnya pada pria itu.

“Hah?” respons pria itu seraya melirik ke samping. Mendongak dan menatap Danisa yang lantas ikut duduk di sebelahnya di tepian trotoar.

“Kadang hidup itu memang tidak adil, tapi bukankah kita harus tetap bersyukur masih di beri kesempatan hidup?”

Pria itu semakin dibuat kebingungan.  Dahinya berkerut-kerut. “Apa?”

“Ya, jika kamu sedang ada masalah. Misal tidak punya uang atau keadaan di rumah seperti neraka, menjadi gelandangan bukanlah jalan yang benar apalagi memutuskan untuk anggota punk rock,” kata Danisa.

Perkataan gadis itu membuat seseorang yang berada di sebelahnya mengangat sebelah bibirnya bingung.

“Punk rock? Siapa? Aku?” tanya laki-laki itu menunjuk dirinya sendiri.

“Siapa dia? Tiba-tiba datang dan bertausiah padaku?” tanya lelaki itu di dalam hatinya.

Danisa mengendikkan bahunya. "Iyalah, siapa lagi? Duduk di pinggir jalan dengan pakaian compang-camping, menanti truk atau bak terbuka yang lewat untukmu tumpangi. Iya, kan?" tanya Danisa.

"Pasti tertinggal oleh teman-temanmu, ya? Ini, makanlah dulu. Hidup di dunia itu jangan dibuat depresi tahu, gak? Ini hanya sementara," kata Danisa yang merasa menemukan orang yang terlihat lebih buruk nasibnya darinya.

Jika dirinya sedang pusing membiayai kehidupan keluarganya bahkan terancam putus sekolahnya, setidaknya dia masih semangat mencari kerja dan tetap waras dengan tidak bergabung ke pergaulan bebas.

"Saranku, pulanglah dan minta maaf pada ibumu, dia pasti sedang menunggumu di rumah," ujar Danisa seraya memberikan sendok pada pemuda itu.

"Seberat apapun masalahmu, jangan kabur atau masalah itu tidak akan pernah selesai," lanjut Danisa.

Terpopuler

Comments

Liswati Angelina

Liswati Angelina

danisa salah paham nih, cowok itu pasti orang kaya....

2024-03-11

1

Alif 33

Alif 33

pak anjayyyyy ya khaaaannn 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-03-11

1

lihat semua
Episodes
1 Tagihan Sekolah
2 Gaji 800 Ribu
3 Risiko Pekerjaan
4 Kesempatan Lain
5 Diterima Bekerja
6 Perempuan Gila
7 Cerita Nadira
8 Terhalang Restu
9 Pria Lain di Apartemen
10 Akan Tetap Menikahimu
11 Kurang Staf Pria
12 Pak Anjas, Tolong Beri Dia Pekerjaan!
13 Staf Baru
14 Cosplay Jadi Kuli
15 Alergi Debu
16 Harus Pulang
17 Biaya Perawatan Ibu
18 Hadiah Persahabatan
19 Chatting Pertama Kali
20 Unexpected Moments
21 Sosok My Baby
22 Semesta Sedang Menunjukkan
23 Malam Di Grand Park
24 Putus
25 Tawa Di Atas Duka
26 Drop Out
27 Krisis Identitas
28 Just Friends
29 Out Of Plan
30 Ada Rindu
31 Something Different
32 Tujuan Hidup
33 Kembali Bekerja
34 Concert Festival
35 Pulang Confes
36 Just Remember Me
37 Jadi Pacar
38 Pengumuman Hiatus
39 Mempertimbangkan
40 Pamit
41 Jangan Ganggu, Sedang Sibuk
42 Dia Presdir Kita
43 Masih Orang Yang Sama
44 Minta Restu
45 Tragedi Pulang Kampung
46 Gosip
47 Jangan Kaku Padaku
48 Trauma
49 Impian Terpendam
50 Terhalang Restu
51 Alasan Tidak Cocok
52 Ancaman
53 Go Public
54 Bertaruh
55 Peraturan Baru
56 Pilihan Hati
57 Obrolan Mantan dan Pacar
58 Baku Hantam
59 Bertemu Kawan Lama
60 Perlahan Melepas
61 Posisi Ternyaman
62 Jejak Kriminal
63 Diambang Keputusan
64 Parfum Darurat
65 Scene Favorit
66 Sadar Posisi
67 Cedera
68 Resign
69 Putus
70 Janji Lama
71 Peluang Usaha
72 Kedai Baru
73 Bakul Bakso
74 Cara Membuatmu Percaya
75 Saling Mengenal
76 Satu Syarat
77 Gatot
78 Tahu Sesuatu
79 Selagi Ia Masih Hidup
80 Meluap
81 Selangkah Lagi
82 Memaafkan
83 Bersatu
84 Membahagiakanmu (End)
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Tagihan Sekolah
2
Gaji 800 Ribu
3
Risiko Pekerjaan
4
Kesempatan Lain
5
Diterima Bekerja
6
Perempuan Gila
7
Cerita Nadira
8
Terhalang Restu
9
Pria Lain di Apartemen
10
Akan Tetap Menikahimu
11
Kurang Staf Pria
12
Pak Anjas, Tolong Beri Dia Pekerjaan!
13
Staf Baru
14
Cosplay Jadi Kuli
15
Alergi Debu
16
Harus Pulang
17
Biaya Perawatan Ibu
18
Hadiah Persahabatan
19
Chatting Pertama Kali
20
Unexpected Moments
21
Sosok My Baby
22
Semesta Sedang Menunjukkan
23
Malam Di Grand Park
24
Putus
25
Tawa Di Atas Duka
26
Drop Out
27
Krisis Identitas
28
Just Friends
29
Out Of Plan
30
Ada Rindu
31
Something Different
32
Tujuan Hidup
33
Kembali Bekerja
34
Concert Festival
35
Pulang Confes
36
Just Remember Me
37
Jadi Pacar
38
Pengumuman Hiatus
39
Mempertimbangkan
40
Pamit
41
Jangan Ganggu, Sedang Sibuk
42
Dia Presdir Kita
43
Masih Orang Yang Sama
44
Minta Restu
45
Tragedi Pulang Kampung
46
Gosip
47
Jangan Kaku Padaku
48
Trauma
49
Impian Terpendam
50
Terhalang Restu
51
Alasan Tidak Cocok
52
Ancaman
53
Go Public
54
Bertaruh
55
Peraturan Baru
56
Pilihan Hati
57
Obrolan Mantan dan Pacar
58
Baku Hantam
59
Bertemu Kawan Lama
60
Perlahan Melepas
61
Posisi Ternyaman
62
Jejak Kriminal
63
Diambang Keputusan
64
Parfum Darurat
65
Scene Favorit
66
Sadar Posisi
67
Cedera
68
Resign
69
Putus
70
Janji Lama
71
Peluang Usaha
72
Kedai Baru
73
Bakul Bakso
74
Cara Membuatmu Percaya
75
Saling Mengenal
76
Satu Syarat
77
Gatot
78
Tahu Sesuatu
79
Selagi Ia Masih Hidup
80
Meluap
81
Selangkah Lagi
82
Memaafkan
83
Bersatu
84
Membahagiakanmu (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!