MB - CEO

Semenjak kejadian hari itu, Biru tampak murung dan hanya berdiam diri di rumah. Ia terlihat beberapa kali melamun karena tak bisa menerima kenyataan itu. Beberapa teman Biru mampir ke rumah untuk menjenguknya.

"Biru, kangen deh sama loe" celetuk Sakti kegirangan.

"Hm..." dehem Biru yang tak bersemangat.

"Hadeh nih anak y, kita kesini mau kasih loe kabar baik. Radio Maple Blue lagi cari pembawa radio tuh, kita mau nawarin loe. Kalau gak mau ya kita pergi nih" sahut Nadin.

"Serius? Maple Blue yang itu? Itu kan saluran radio favorit gue tauuu. Oke gue kesana, kapan ya?" Cerocos Biru antusias.

Semua orang yang ada disana hanya tersenyum setipis, mereka berharap ini bisa membuat Biru melupakan Langit sepenuhnya. Sakti dan Nadin meminta Biru mengirimkan CV ke alamat email yang tertera di poster loker tersebut. Mereka berdua bekerja disana cukup lama karena memang mendapatkan surat undangan secara langsung dari CEO. Bahkan Sakti maupun Nadin tidak pernah melihat siapa owner ataupun CEO radio tersebut. Sedangkan Biru, ia sudah mengikuti radio itu sejak pertama kali radio tersebut didirikan beberapa tahun lalu.

Biru aktif sekali mengirim surat kesana, ia senang ketika tulisannya dibaca oleh kedua sahabatnya saat mendengarkan radio. Singkat cerita, Biru akhirnya mendapatkan panggilan dari HRD Maple Blue. Gadis itu berangkat ke perusahaan diantar oleh Kenzo yang memang sedang tidak bekerja hari itu.

"Kak, nanti kalau mau pulang telepon gue ya" ucap Kenzo.

"Gak perlu, gue bisa naik bus. Lagipula gue kan gak bisa ngerepotin loe terus. Mendingan loe jagain Jingga dan anak kalian, loe kan udah janji sama Papa"

"Janji gue ke Papa juga kan jagain Kak Biru. Kalau Kak Biru kenapa-napa bisa di amuk gue sama Jingga. Semoga berhasil Kak, semangat"

"Iya, hati-hati pulangnya" jawab Biru lalu masuk kedalam perusahaan tersebut. Ia bisa merasakan detak jantungnya berdebar sangat kencang.

Gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke ruangan yang ditunjukkan oleh security. Tak sedikit para pria yang menatap Biru dengan terpesona. Penampilan Biru memang berubah drastis, ia bukan lagi gadis lugu yang polos. Namun gadis modern yang sangat fashionable, meski begitu Biru tak pernah memposting fotonya di sosmed selama ini. Bisa dibilang itu semua karena Langit, ia yang membuat Biru berubah menjadi Cinderella dan menutup diri agar hanya Langit yang boleh menatapnya.

Biru mengetuk pintu kemudian masuk kedalam ruangan. Seorang pemuda duduk di meja sambil memandangi berkas CV yang Biru bawa. Gadis itu tersenyum senang dan menjawab setiap pertanyaan dengan lancar.

"Boleh saya tau, kenapa kamu sempat putus sekolah?" Tanya pemuda tersebut.

"Iya Pak, itu karena saya mengalami kecelakaan kecil dan harus dirawat karena penyakit saya" jawab Biru.

Pemuda tersebut mengangguk dan mengulurkan tangannya, beliau menerima Biru untuk bekerja di perusahaan radio tersebut.

"Yesss, terimakasih banyak Pak" ucap Biru dengan senyuman lebar.

HRD tersebut mengatakan jika Biru sudah bisa bekerja hari ini dan ia akan berada di tim yang sama dengan Sakti serta Nadin. Biru semakin kegirangan, rasanya seperti kembali lagi ke masa SMA mereka.

"Senang banget, jadi ingat masa SMA. Sekarang kalian harus ajarin gue" cerocos Biru bersemangat.

"Gitu dong move on, cewek cantik kok gamon" goda Nadin.

Biru berdehem dengan wajah murungnya, ia duduk di mejanya dan mengambil buku catatan untuk mencatat semua tugasnya. Ponsel Biru tiba-tiba berdering, ia menerima panggilan video dari Jingga.

"Bundaaa" teriak seorang bocah kecil.

"Halo anak Bunda, kenapa nangis? Jelek loh kalau nangis, nanti kalau Bunda pulang kerja, Bunda belikan es krim ya sayang" ucap Biru.

"Aku kangen Bundaa, cepat pulangg"

"Iya sayang, nanti Bunda pulang. Jangan nakal ya di rumah"

Bocah kecil itu mengangguk, Jingga mengambil alih ponselnya dan mengatakan pada Biru agar menelepon Kenzo sebelum pulang nanti. Biru tertawa kecil kemudian mematikan teleponnya. Ia kembali mencatat semua yang Sakti katakan padanya.

"Perhatian semuanya, saya akan mengenalkan CEO Maple Blue. Tolong perhatiannya!!" ucap HRD sekaligus wakil CEO.

Semua orang berdiri dan berbaris mendekati HRD tersebut. Seorang pemuda tampan tampak begitu berwibawa berjalan mendekati kerumunan. Biru menatap pemuda itu dengan terkejut, ia sampai menjatuhkan ponselnya. Sakti dan Nadin saling bersenggolan, CEO itu berjalan mendekati mereka bertiga lalu mengambil kan ponsel Biru yang jatuh.

"Apa kabar Biru?" Tanya sang CEO.

"La...Langit" gumam Biru.

Tubuh gadis itu mulai gemetar, ia melangkah mundur dengan mata yang berkaca-kaca. Biru menggelengkan kepalanya tak percaya, ia mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan pengelihatannya.

"Nama saya Langit Adichandra, kalian bisa memanggil saya Langit. CEO sekaligus owner Maple Blue" ucap Langit seraya menahan tangan Biru agar tak semakin melangkah mundur.

"Maaf Pak, saya ijin ke kamar mandi" ujar Biru lalu berlari menjauh. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding kamar mandi dan mencoba mengatur napasnya.

Setelah beberapa saat berada di kamar mandi, Biru keluar dan berusaha baik-baik saja. Ia kembali terkejut saat melihat Langit berada di depan kamar mandi.

"Kaget banget lihat aku, kamu banyak berubah ya Biru. Ah tidak, kamu tidak berubah sama sekali" pungkas Langit seraya menyodorkan ponsel Biru.

"Langit, kamu apa kabar? Kamu juga tidak berubah, ah tidak, kamu semakin tampan dan hebat. Maksudku bukan begitu, Pak Langit benar-benar hebat. Maaf dan terimakasih Pak" ucap Biru menerima kembali ponsel miliknya.

Langit berdehem kemudian pergi meninggalkan Biru. Gadis itu berusaha mengikhlaskan semuanya, tapi takdir kembali mempertemukannya dengan Langit. Kini apa yang harus Biru lakukan, ia baru saja bekerja di perusahaan impiannya namun Langit adalah bagian dari impian itu. Biru kembali ke tempat duduknya dan melanjutkan tugasnya.

Nadin dan Sakti tak mengatakan apapun pada Biru, mereka bisa mengerti jika Biru akan sangat canggung dengan keadaan ini. Bahkan beberapa karyawan juga terus menatap Biru dengan sinis.

Ketika jam istirahat tiba, Biru tak ikut pergi ke kantin sebab ia harus pergi menemui putra nya yang sudah menunggu di lobby. Ketika turun ke lantai bawah, Biru kebetulan satu lift dengan Langit yang juga hendak turun.

"Mau ke Kantin?" Tanya Langit.

"Tidak Pak, saya mau ke lobby menemui seseorang"

"Hm..." dehem Langit.

Sampai di lantai lobby, Langit juga keluar dari lift mengikuti Biru. Namun gadis itu tak menyadarinya, Biru terlalu fokus mencari seseorang.

"Papa, itu Bunda. Bundaaa" teriak seorang bocah kecil.

"Sayaang, anaak Bunda" sahut Biru berlari menghampiri Kenzo dan bocah kecil itu. Ia memeluk putranya dan menciumi pipinya.

Langit terdiam tak jauh dari mereka, ia menatap Kenzo dengan dahi berkerut.

"Kak Langit? Kapan kembali kesini Kak? Waaahh, apa kabar?" Cecar Kenzo.

"Baik, satu Minggu yang lalu" jawab Langit singkat.

"Papa, ayo kita makan siang dengan Bunda" ajak bocah kecil itu.

Biru mendekati kedua pria yang menatapnya dengan senyuman. Ia memperkenalkan putranya Felix pada Langit. Pemuda itu menatap cincin yang ada ditangan Biru dan cincin yang ada di tangan Kenzo. Ia mulai berpikir jika keduanya memiliki hubungan, tapi kemarin Langit jelas mendengar jika Biru masih mencintainya.

Kenzo mengajak mereka semua untuk pergi makan siang bersama seperti permintaan Felix. Langit tak menolak, ia ikut bersama dengan Kenzo dan Biru untuk makan siang bersama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!