Penyusup

"Sorry ya nunggu lama."

Terdengar suara seorang pria, Vira pun menyuapkan makanan seperti biasa agar tidak ada yang mencurigainya.

"Gimana bayi kemarin? Apa sudah diamankan?" tanya pria asing itu.

"Tentu saja, sudah." jawab Sinta.

"Lain kali bawa barang yang bagus dong, jangan yang penyakitan," sahut lelaki asing itu.

Apa maksud ucapan lelaki asing itu? Barang apa yang penyakitan? Aneh!

"Iya, kamu tenang saja. Sebentar lagi aku akan membawakanmu barang baru lagi," ucap Sinta, entah barang apa yang mereka maksud.

"Bagus. Lalu bagaimana dengan Anisa? Apa dia sudah hamil lagi?" tanya pria itu lagi.

Jantung Vira berdetak sangat kencang, Bagaimana bisa pria asing itu mengenal Anisa?

"Kabar baik, dia juga sudah isi," jawab Sinta.

Meski samar tetapi Vira masih bisa mendengar perbincangan mereka dengan jelas karena posisi mereka yang saling berdekatan.

"Bagus, aku suka benih darinya. Kualitasnya sangat bagus dan pastinya akan dihargai dengan harga tinggi."

Benih? Harga tinggi? Apakah yang dimaksud pria asing itu adalah keturunan Anisa? Mengingat jika wanita itu sudah pernah melahirkan sebelumnya.

Bisa dikatakan jika Anisa memiliki paras yang begitu cantik, jika ia melahirkan pasti ia akan melahirkan bayi yang tak kalah cantik darinya.

Tubuhnya tinggi kurus, memiliki kulit putih, wajah yang bersih dan rambutnya pun panjang dengan bentuk wajah yang sempurna, hanya saja ia tidak telaten merawat dirinya, sehingga membiarkan kecantikan itu pudar dengan penampilannya yang sederhana.

Tetapi yang menjadi pertanyaan Vira saat ini, siapa yang sudah menghamili Anisa? Bukankah ia hanya ada didalam rumah setiap harinya?

Dan pria asing itu mengatakan jika benih dari Anisa akan dihargai dengan harga tinggi. Apakah mungkin bayi yang dilahirkan Anisa sebelumnya sudah dijual dan diuangkan?

Vira berniat akan menyelidiki siapa laki-laki itu.

"Aku tidak akan memberikanmu barang jelek kali ini. Sekarang kamu berikan barang itu padaku," sahut Sinta.

"Aku sudah membawanya, berikan kunci mobilmu pada orangku, biar dia yang mengurusnya ke mobilmu," ucap pria asing itu.

"Hei.. kemari. Masukan barang itu kedalam mobil itu!" teriak pria asing itu pada pekerjanya.

Entah barang apa yang mereka maksud, karena Vira tak berani menoleh kearah belakang untuk melihat. Takut saja jika suami atau ibu mertuanya itu mengenali wajah Vira.

"Baiklah. Kalau gitu saya duluan ya Bu Sinta. Oh iya jangan lupa dengan permintaan saya, ya." ucap pria asing itu berlalu.

"Sudah tenang saja. Saya tidak akan lupa."

Tak salah lagi pasti mereka sedang memperjual belikan seorang bayi yang baru lahir, tapi bagaimana cara Vira menguak kasus ini ke masyarakat? Terlebih, sekarang ia belum memiliki bukti yang kuat untuk melaporkan kejahatan mereka.

Tanpa menghabiskan makanannya, Vira pun pergi secara diam-diam lalu mengikuti pria asing itu.

"Ini makanan buat, Mas. Sekarang, ayo ikuti mobil itu!" ucap Vira pada tukang ojek tadi.

"Wahh.. makasih Neng. Saya kira habis ini kita pulang, tapi ya sudah ayolah tak masalah tapi nanti isiin bensinnya ya."

Vira mengerlingkan mata.

"Baiklah, kita akan isi setelah kita berhasil mengikuti mobil itu."

"Ya sudah tapi kalau nanti kehabisan bensin, jangan nyalahin saya," ucapnya.

Mobil pria asing itu ternyata masuk kedalam sebuah hotel, sepertinya ia bukan warga asli kota ini.

"Emm..kita kemana lagi, Neng? Apa kita akan ikut masuk kesana?"

"Tidak usah, Mas. Kita pulang saja," jawab Vira.

Kecewa itu pasti karena tak bisa mendapatkan informasi dari pria asing itu. Sekarang Vira sedang ada dalam perjalanan pulang dengan hati yang gelisah, takut saja jika Sinta dan Panji sudah lebih dulu sampai di rumah.

"Mau turun dimana, Neng?" tanya tukang ojek itu.

"Di pangkalan saja, tidak apa-apa."

"Emang rumahnya dimana, Neng?" tanya laki-laki itu.

"Sudah jalan saja, jangan banyak tanya!" jawab Vira kesal.

"Ohh.. iya saya lupa," jawabnya terkekeh.

"Ini ongkosnya, Mas."

Vira menyerahkan uang tiga ratus ribu pada tukang ojek itu, lalu dengan segera ia berlari menuju jalan pintas yang ditumbuhi rerumputan liar.

Rasanya tubuh Vira mulai lelah, bagian bawah perutnya pun terasa keram tetapi sekarang ia harus terus berlari, jangan sampai suami dan mertuanya itu sampai duluan di rumah.

"Hei! Siapa itu? hei...kalian kemarilah, ada penyusup yang masuk lewat pintu belakang!" teriak salah seorang penjaga.

Dengan segera Vira masuk ke dapur dan bersembunyi di dalam kamar mandi belakang.

Dengan nafas yang tak beraturan Vira pun melucuti hoodie dan celana jeans itu lalu memakai handuk Anisa karena ia tak membawa pakaian ganti.

Diluar terdengar suara gaduh para penjaga yang sedang mencari penyusup itu. Vira pun tertawa kecil didalam kamar mandi.

"Silahkan saja kalian cari! Ke lubang sapitank pun kalian tak akan bisa menemukan dimana penyusup itu berada," gumamnya.

Vira meletakkan pakaian tadi kedalam tumpukan paling bawah, agar tidak dicurigai oleh para penjaga.

"Ada apa ini?" tanya Vira pada salah satu penjaga saat keluar dari kamar mandi.

"Sebaiknya, Nona masuk kedalam kamar. Ada penyusup yang masuk kedalam rumah ini," jawabnya.

"Benarkah? Kalau begitu cari sampai dapat, jangan sampai dia melakukan hal-hal buruk di rumah ini," titah Vira.

"Baik Nona."

Vira berbalik badan dengan tertawa geli, menutup pintu dan mengunci kamar dari dalam.

Tiba-tiba ponsel Vira berdering, ternyata suaminya yang menelepon.

"Halo, ada apa Mas?"

"Apa kamu baik-baik saja, Ra? Barusan Toni bilang, ada penyusup yang masuk ke dalam rumah," ucapnya seperti khawatir.

Vira berpikir apakah suaminya itu benar-benar mencintainya? Sehingga ia begitu khawatir dengan keadaannya. Tetapi jika ya, kenapa ia tega memisahkan Vira dengan anaknya?

"Iya Mas, aku sudah tahu kok. Aku baik-baik saja, kamu jangan khawatir, ya."

"Syukurlah, Mas sedang di perjalanan pulang kamu diam saja di kamar, jangan lupa kunci pintu dan jendelanya. Jangan keluar dulu sebelum keadaan aman ya!" titah Panji diujung telepon sana.

"Iya Mas."

Vira senyum-senyum sendiri dengan kejadian konyol yang terjadi saat ini.

Tak berselang lama suara mobil Panji tiba didepan rumah lalu menghampiri dan mengobrol dengan para penjaga. Tak lama kemudian ia masuk ke dalam kamar menghampiri Vira.

"Sayang buka pintunya, ini Mas."

"Iya Mas sebentar," ucap Vira berteriak sembari membuka kunci pintunya.

"Toni bilang penyusup itu memakai pakaian serba hitam, kepalanya tertutup hoodie dan memakai masker," ucap Panji masuk lalu duduk di tepi ranjang.

Vira menatapnya dengan wajah berpura-pura penasaran.

"Apa penyusupnya sudah ditemukan, Mas?"

"Belum," jawabnya sambil menggelengkan kepala.

"Lalu, apakah ada yang hilang dari rumah ini?" tanya Vira lagi.

Rasanya Vira muak harus bersandiwara seperti ini.

"Sejauh ini tidak ada, sayang. Tetapi Toni bilang penyusup itu memiliki postur tubuh seperti seorang wanita."

Vira membulatkan mata dan memasang ekspresi terkejut, jangan sampai ia mencurigainya.

--

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!