Sekelompok orang biasa

"Ayo pergi." kelompok itu menjauh dari mereka berdua.

Sudut bibir sheila sedikit melengkung. Seperti itu saja.

Setelah sekelompok orang itu pergi, sheila mendorong kursi roda brayan menuju halte bus.

"Ke mana kita akan pergi selanjutnya?" Sheila bertanya.

"Japan di sini masi agak jauh. Orang-orang ku hanya bisa tiba pada malam hari. Kartu ini memiliki uang. kamu bisa mengaturnya." Brayan mengeluarkan kartu itu lagi.

Sheila mengangkat alisnya sedikit, tapi dia masih mengambil kartu brayan.

Jika dia tidak menginginkan uang, dia mungkin bodoh!

Kedua barang bawaan mereka hilang di pesawat. Tanpa kartu identitas, mereka takut tidak bisa menginap di hotel. Pergi ke rumah orang lain juga dapat menimbulkan kecurigaan.

Sheila mengambil sejumlah uang dari bank terdekat, naik taksi, dan pergi ke rumah sakit.

Dia mengambil koran dan beberapa majalah dari kios koran terdekat.

Ketika mereka tiba di rumah sakit, Sheila mendorong brayan untuk berjalan ke ruang tunggu rumah sakit.

Ada banyak orang di kursi roda, Sheila dan brayan termasuk di antara mereka.

Keduanya berada di bawah pohon besar. Sheila sedang membaca majalah dan brayan membaca koran. Mereka sepenuhnya menyatu dengan lingkungan.

Dari ke waktu-waktu seseorang pasti akan mencari disekitar area tersebut. Tatapan mereka menyatu orang-orang di kursi roda satu persatu.

Hanya karena sheila dan brayan sangat berbeda mereka tidak dapat di kenali ketika sekelompok orang itu melirik ke arah mereka.

Namun, di lingkungan yang sunyi ini, suara gemuruh yang aneh tiba-tiba terdengar.

Brayan menyipitkan matanya dan bertanya," Apa kamu tidak makan?"

Sheila mengangguk, "Aku memberimu sarapan ku."

"Ayo pergi." Brayan meletakkan koran di tangannya dan mengendalikan kursi roda untuk keluar.

"Itu akan terungkap." Sheila tanpa sadar berkata.

Di rumah sakit ada banyak orang yang menggunakan kursi roda, tetapi begitu mereka meninggalkan rumah sakit dan pergi ke jalan, lebih banyak orang yang akan memperhatikan kursi roda tersebut.

Sheila melihatnya mengendalikan kursi roda itu dan pergi, jadi dia segera berlari kearahnya.

Di bawah desakan brayan, mereka berdua pergi ke sebuah restoran jepang.

Hanya saja tidak ada private room di restoran itu. Keduanya duduk di aula untuk makan dan memikat dua atau tiga kelompok orang untuk menyelidikinya.

Sheila menghadapi lagi sekelompok orang-orang bersenjata dengan tidak memiliki rasa takut. Dia bahkan secara sadar dapat menurunkan kehadiran brayan dan menangani beberapa masalah sulit satu persatu.

Setelah makan di restoran, sheila memperhatikan semakin banyak orang yang datang untuk berpatroli. Dia tidak membawa brayan kembali ke rumah sakit. Sebaliknya, dia berkeliaran di sekitar mal untuk waktu yang lama dan terus tinggal di taman.

Ketika hari sudah malam, sheila melihat sekelompok orang berpakaian normal berjalan mendekat.

"Tuan muda, mengapa anda bisa menjadi seperti ini?" Salah satu pria terkejut saat melihat brayan.

"Hentikan omong kosong itu." Brayan meletakkan koran di tangannya.

Sheila memperhatikan sekelompok orang itu. mereka semua sangat menghormati brayan. Mereka berbicara bahasa inggris dengan fasih. Mereka seharusnya penduduk lokal kota M.

Namun, jika mengingatnya dengan benar, keluarga barbara tidak memiliki cabang di kota M.

Mereka menyebut brayan tuan muda? Bukan kah kelompok orang ini bawahan brayan?

Itu hanya pertemuan sekilas, tetapi sheila sudah memiliki ribuan pemikiran di dalam hatinya.

"Ini." Semua orang memperhatikan ada seorang gadis yang masih membaca koran dengan tenang di samping brayan. Dia sepertinya tidak terganggu sama sekali oleh kehadiran mereka.

"Saya istrinya." Sheila meletakkan koran di tangannya.

Ketika semua orang memperhatikan riasannya yang jelek, beberapa dari mereka tampak jijik. Seseorang dengan tampilan seperti ini tidak layak untuk brayan.

Brayan kemudian menunjuk orang di depannya dan berkata, " Ini Jackson, tim ini di pimpin olehnya."

Sheila benar-benar terkejut karena brayan benar-benar memperkenalkan seseorang padanya.

Setelah sarapan sederhana akhirnya mereka saling mengenal.

Tetapi ini tetap lah mal. Itu bukan lah tempat untuk berbasa-basi.

Setelah mereka pergi, mereka berhenti di sebuah klinik yang tidak mencolok.

Sheila mengikuti mereka turun dari mobil. Baru setelah memasuki lantai dua klinik dia menyadari bahwa tempat ini berbeda. Namun, dia masih berdiri di samping brayan, mendorong kursi rodanya. Itu setenang orang yang transparan.

Brayan tidak menghindarnya untuk memberi tahu orang-orang di bawahnya beberapa hal. Dia kemudian membawa sheila ke lantai tiga.

Orang-orang di bawah tidak mengikuti. Ketika mereka sampai di lantai tiga, hanya brayan dan sheila yang tersisa.

Sheila melihat dekorasi yang sangat mewah di sekelilingnya. Mereka tidak lebih buruk dari vila di tengah danau.

"Kamu melakukannya dengan baik hari ini." Brayan meninggalkan kalimat itu dan pergi ke kamar mandi.

Sheila membuka mulutnya dan menelan kata-katanya. Dia berjalan mengitari lantai tiga, namun yang membuat sheila ngeri adalah sepertinya hanya ada satu kamar tidur di lantai tiga.

Apakah dia akan tidur di lantai lagi hari ini?

Atau apakah dia akan tidur di sofa?

Sheila duduk di sofa dan menunggu beberapa saat. Saat itu lah dia melihat brayan membersihkan riasannya dan memperlihatkan wajahnya yang halus dan tanpa cacat.

"Aku tidur di mana malam ini? Aku tidur di lantai tadi malam, Jangan bilang kamu tega membiarkan ku tidur di lantai lagi?"Sheila bertanya.

"Tidur bersama ku." Brayan mengucapkan kata-kata itu dengan ringan.

Sheila membelalakkan matanya dengan lebar, matanya di penuhi kewaspadaan.

"Jika kamu tidak ingin mati, tinggal bersama mu malam ini." Kata-kata brayan masih dingin saat dia melanjutkan, "Kota M sangat kacau. Berbahaya di malam hari."

Tatapan sheila menyapu brayan. Dia samar-samar ingat bahwa keluarga braham pernah menyebutkan bahwa tubuh bagian bawah brayan lumpuh? Dia seharusnya tidak bisa berbuat apa-apa, kan?

"Apa yang kamu pikirkan?" Brayan merasa tatapan sheila aneh.

Sheila kembali sadar dan memutar matanya dan dengan cepat berkata, "Saya..saya baru saja berpikir tentang kehilangan kartu identitas saya dan yang lainnya. Bagaimana saya bisa berpartisipasi dalam kompetisi dalam beberapa hari?"

"Jackson dan yang lainnya akan menanganinya." brayan mengatakan itu, dia mengendalikan kursi rodanya untuk pergi ketempat tidur.

Sheila pergi ke kamar mandi dan membersihkan riasannya, dan memperlihatkan wajahnya yang cantik dan cerah.

Makan malam di bawakan oleh orang-orang di bawah, tapi lantai tiga sepertinya memiliki beberapa hal yang tabu terhadap orang-orang di bawah. Karena tidak ada yang berani masuk kedalam.

Setelah makan malam, Sheila menggunakan komputer yang dia pinjam dari bawah untuk menyinkronkan pekerjaan desainnya.

Tanpa kuas dan cat, Sheila tidak menyangka bisa berinspirasi lagi malam ini. Setelah data di sinkronkan, dia keluar dari ruangan samping.

Tapi siapa sangka saat dia keluar, tiba-tiba lampunya padam dengan bunyi “Bang” semuanya padam.

Dia merasakan hawa dingin di lehernya, itu adalah pisau.

"Turunkan itu sekarang jika kamu masih ingin hidup." Nada acuh tak acuh brayan membuat orang merasa sedikit tidak senang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!