“Gak ada cara lain selain ini?” tanya Maya dan Erga bersamaan.
“Ya itu cara satu-satunya, kalau kalian sudah menikah, Ehsan tidak akan berani ambil Maya dari suaminya,” ucap Wijaya.
“Aku belum memikirkan itu, Opa. Mana mungkin aku menikah dengan ayah tiriku. Ini gak bisa!” tegas Maya.
Bukan menemukan solusi yang baik, malah Wijaya menyarankan Maya untuk menikah dengan Erga. Merasa sepertinya diperebutkan oleh dua kubu, Maya memilih untuk pergi ke kamarnya, dan menenangkan dirinya.
Erga menatap papanya dengan tatapan sedikit kecewa, karena saran dari papanya malah membuat Maya kecewa seperti tadi.
“Pa, yang bener dong kalau kasih saran! Maya ngambek, kan?” ucap Erga kesal.
“Ya, gak salah dong papa kasih saran begitu? Kamu cinta kan sama Maya? Apa salahnya kalau kamu cinta kamu nikahi dia?” ujar Wijaya.
“Gak gitu dong, Pa? Papa kayak gak tahu bagaimana Maya? Sudah jangan nyuruh lagi aku nikah sama Maya. Itu akan aku pikirkan nanti!”
Wijaya hanya menggelengkan kepalanya. Padahal saran itu supaya Maya tidak dijadikan tumbal oleh Adinata yang berniat menjodohkan Maya dengan Erlangga, supaya bisnisnya berkembang pesat. Wijaya tahu siaa Erlangga, dia salah satu mafia yang cukup kejam di dalam dunia bisnis. Dia sudah memiliki dua istri, dan Maya akan dijadikan sebagai istri ketiganya.
“Hei anak bodoh! Kau tidak mau Maya dijadikan istri ketiga oleh Erlangga, kan? Segera nikahi dia, sebelum kamu terlambat!” pekik Wijaya dan berhasil menghentikan langkah Erga yang akan meninggalkan Papanya untuk ke kamar.
“Maksud Papa?” tanya Erga.
“Papa sudah tahu rencana busuk Adinata. Dia ingin untung besar, sebagai jaminannya, Maya harus menikah dengan Erlangga, yang sedang mencari istri ketiga!” tutur Wijaya.
“Kenapa papa tidak bicara dari tadi!”
“Makanya kamu jangan kebawa emosi dulu! Biar Maya ngambek, kamu jangan ikutan! Labil sekali kamu! Kamu sudah tua Er!”
“Lalu aku harus bagaimana, Pa?” tanya Erga.
“Bujuk Maya supaya mau menikah denganmu!”
Erga mengangkat bahunya, rasanya tidak mungkin dia membujuk Maya untuk menikah dengannya. Apa lagi Erga tahu sendiri bagaimana Maya. Setelah kejadian di Vila itu, Maya juga seperti menjaga jarak dengan Erga, supaya tidak akan ada lagi kejadian sepanas itu. Maya masih menghormati Erga sebagai ayah tirinya, meskipun sudah melakukan kesalahan semacam itu.
**
“Kalian harus segera mendapatkannya! Saya tidak mau tahu!” perintah seseorang kepada suruhannya.
Seorang yang baru memberikan pada suruhannya itu duduk di kursi kebesarannya dengan senyum pongah. Tekanan yang ia hadapi membuat kebaikan dalam dirinya luntur. Tidak peduli nantinya akan melukai putri yang ia sayangi, asal dirinya masih bisa memegang kekuasaan yang telah diberikan orang tuanya itu.
“Maafkan ayah, Meilan. Ayah melakukan ini karena terpaksa. Tidak peduli nama kamu sekarang Maya atau siapa, kamu tetap Meilan yang ayah sayangi,” ucap Ehsan.
Ehsan mengambil foto keluarga kecilnya dulu yang sangat bahagia setelah kelahiran putri kecil mereka. Ehsan menatap foto wanita yang berada di sisinya. Foto Nadine, dan dirinya yang sedang mengendong bayi masih Ehsan simpan dengan rapi. Bayi itu adalah Maya, yang baru berusia beberapa bulan saja.
“Nadine sayang, maafkan aku. Aku terpakas melakukan ini. Aku sudah menyakitimu karena orang tuaku, dan orang tuaku meminta Meilan putri kita. Maafkan aku, aku terpaksa melakukan ini. Ini caraku agar aku bisa mempertahankan apa yang aku miliki, supaya tidak jatuh di tangan mereka. Maafkan aku, sungguh maafkan aku,” ucap Ehsan dengan terisak.
Setelah meninggalkan Nadine, Ehsan seperti menjadi boneka kedua orang tuanya. Ia tunduk dan patuh dengan perintah kedua orang tuanya. Bahkan ia harus menikahi Marisa, perempuan yang sama sekali tidak Ehsan cintai. Anak dari seorang konglomerat. Namun, Marisa divonis mandul sejak remaja, dan itu dirahasiakan Marisa sendiri.
Marisa baru jujur saat kesuburannya selalu dipertanyakan oleh kedua orang tua Ehsan, Marisa akhirnya jujur dengan Ehsan, kalau dirinya divonis mandul setelah kecelakaan hebat menimpa dirinya di usia remajanya dulu. Tapi, itu tidak berpengaruh pada Ehsan. Ehsan tidak peduli dengan Marisa yang mandul, karena ia hanya butuh pelampiasan hasratnya saja, dan Marisa selama ini hanya dianggap budak nafsu dirinya saja.
**
Maya dan Erga duduk saling berhadapan. Erga ingin menyampaikan soal apa yang dibicarakan papanya tempo hari tentang Maya yang akan dijodohkan Ayahnya dengan laki-laki tua dan akan dijadikannya istri ketiga. Sungguh Erga tidak terima mendengar semua itu, ingin rasanya Erga menghabisi Ehsan dan keluarganya itu, tapi ia tidak mau berurusan dengan dunia hitamnya dulu. Bisa saja Erga menyuruh orang-orangnya untuk menghabisi Ehsan dan keluarganya, bahkan Erlangga pun ia bisa, akan tetapi dirinya sudah berjanji tidak akan kembali ke dunia hitamnya dulu setelah bertemu dengan Nadine.
“Ada apa Daddy ke kamarku?” tanya Maya dengan sungkan.
“Daddy mau bicara soal usul opa, kalau kita memang harus menikah, May,” ucap Erga tanpa basa-basi.
“Menikah dengan Daddy? Mikir gak sih Daddy bicara begitu?” ucap Maya.
“Mikir, Daddy memang jatuh cinta denganmu, Daddy sayang kamu, menikahlah denganku, Maya. Aku mencintaimu,” ungkap Erga dengan tegas.
“Gak, aku hanya anggap Daddy sebagai ayahku, aku gak bisa menikah dengan Daddy!” tegas Maya.
“Lalu yang kita lakukan saat di Vila itu apa, May? Jelas dengan sadar kau menikamatinya!”
“Aku khilaf! Tolong jangan bahas saat di Vila, Dad!”
“Tapi aku mencintaimu, May! Sungguh ...,” ucapnya tulus.
“Aku tidak bisa, Dad!”
“Kamu mencintaiku kan, May? Kamu punya perasaan yang sama denganku? Aku yakin itu, May!”
“Aku ada di sini, karena aku menghormati Daddy dan keluarga besar Daddy yang baik dengaku, aku tidak mencintaimu, Dad!”
“Kamu bohong, May!”
Maya mengalihkan pandangannya dari mata Erga yang benar-benar menyiratkan betapa tulus Erga mencintainya. Maya tahu Erga sangat tulus mengungkapkan perasaannya, dia pun sebetulnya jatuh hati dengan Erga sudah lama, namun ia masih menghormati mendiang Mommy nya, dan juga menghormati Erga sebagai ayah tirinya.
“Bisa Daddy keluar dari kamarku?” pinta Maya.
“Aku harap kamu bisa berubah pikiran, May. Karena Daddy sungguh inginkan kamu,” ucap Erga sebelum keluar dari kamar Maya.
Maya memijit keningnya, ia pusing dengan keadaan yang membingungkan seperti ini. Apalagi tiba-tiba Erga ingin menikahinya. Maya sebetulnya ingin sekali bertemu Ehsan lagi, akan tetapi hanya ingin bertemu Ehsan saja, bukan dengan kedua orang tua Ehsan. Maya tahu ayahnya meminta maaf dengan tulus, menyesali perbuatannya juga, namun seperti ada beban berat di raut wajahnya.
“Apa aku harus bertemu ayah lagi? Bicara berdua baik-baik?” batin Maya.
Maya bergegas mengambil ponselnya, lalu memasukkan ke dalam tasnya. Ia keluar dari kamarnya, dan berpamitan pada Erga untuk pergi dengan Nungki. Erga memberikan izin, namun tetap Erga menyuruh beberapa orang untuk mengawasi Maya.
**
Ehsan dan Marisa saling berpeluk, napasanya masih memburu setelah pertemuran panas mereka lakukan di siang hari, di dalam ruang kerja Ehsan. Ehsan merapikan baju Marisa, lalu ia mencumbu kembali leher jenjang istrinya itu.
“Kau selalu membuatku puas, Marisa,” bisik Ehsan.
“Karena memang tugasku memuaskan kamu,” balas Marisa dengan berbisik di telinga Ehsan, lalu ia menyesap leher Ehsan dengan lembut.
“Aku butuh bantuanmu, Marisa!” ucap Ehsan.
“Bantuan apa, hmm?” jawab Marisa.
“Aku menyuruh orang untuk menculik Meilan, aku tidak peduli yang terpenting aku masih berkuasa di sini,” ucap Ehsan.
“Oke, atur saja bagaimana,” ucap Marisa.
Sebetulnya Marisa pun sudah jengkel dengan kedua orang tua Ehsan, yang selalu menuntut Ehsan ini dan itu. Marisa punya siasat sendiri, apalagi sebagian besar saham milik orang tuanya ada pada perusahaan orang tua Ehsan.
**
Erga mendapat kabar dari orang yang ia suruh untuk menjaga Maya. Namun itu adalah kabar buruk yang mereka sampaikan. Maya dibawa kabur secara paksa oleh seseorang, saat Maya akan ke apartemen Nungki.
“Sialan!” umpat Erga.
“Papa!” Erga memanggil papanya dengan setengah berteriak.
“Hei kau duda karatan, kenapa teriak-teriak!” ucap Arga.
“Maya diculik, Maya dibawa oleh orang, mungkin itu Adinata yang menyuruhnya!”
“Ini yang papa khawatirkan, Er!”
“Maaf, Pa. Erga harus turun tangan, Erga harus suruh orang Erga untuk menyelamatkan Maya!”
“Sabar, Er. Kita pikir baik-baik dulu, kita lihat bagaimana,” ucap Wijaya.
“Pa, situasinya sudah seperti ini, aku gak mau sampai Maya menikah dengan bandot tua itu!”
“Sabar, Er. Kita pasti akan menemukan solusi yang baik, kalau memang harus orang kamu yang menangani, ya sudah mau bagaimana lagi, kita pantau saja, suruh orang kamu pantau mereka,” perintah Arga.
Erga mengangguk, ia juga tidak boleh gegabah, apalagi berurusan dengan keluarga Adinata dan Erlangga yang sangat licik, penuh tipu daya.
**
“Kenapa gagal!” pekik Ehsan.
“Beberapa orang menculik gadis incaran Tuan!”
“Siapa?”
“Saya tidak tahu, Tuan,” jawabnya.
Ehsan mematikan telefonnya sepihak. Bagaimana bisa orang-orang yang ia suruh sampai kecolongan, dan kalah cepat dengan orang yang membawa Maya tadi. Entah siapa Ehsan tidak tahu.
Ponsel Ehsan kembali berdering, ia melihat siapa yang menelefonnya. “Ada apa, Ma?” tanya Ehsan.
“Anak gadismu sudah di sini, kamu segeralah pulang! Karena anak gadismu akan segera menikah dengan Erlangga!”
“Meilani di situ?” tanya Ehsan tidak percaya.
“Ya, kamu mana becus melakukan ini! Kamu tidak pernah bergerak cepat! Lembek! Pantasnya kamu pakai rok saja, Ehsan!” ejek Adinata.
Dengan menahan sakit hatinya, karena selalu dibilang lembek oleh kedua orang tuanya, Ehsan langsung memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Marisa yang mendengar ucapan mertuanya pun ikut jengkel, suaminya selalu dikatakan lembek.
Marisa berjalan di belakang Ehsan. Marisa menelefon seseorang, entah siapa yang Marisa telefon.
“Tante butuh bantuan, nanti tante Sharelock ke kamu alamatnya. Tolong kamu jangan sendirian, bawa orang-orangmu ini urgent!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
afaj
🤸🤸🤸🤸🤸 erga dimana kau pahlawan kesiangan
2024-03-13
1
afaj
kan pura pura u
2024-03-13
0
afaj
ea percaya diri mu
2024-03-13
0