Enam Belas - Jangan Panggil Daddy Lagi!

Keesokan harinya, Maya sudah beraktifitas seperti biasanya. Maya kira Daddy nya akan menjemputnya seperti kemarin, namun tidak ada pesan dari Erga yang mengabari mau menjemput dirinya. Maya berangkat bersama Nungki, kali ini ia berangkat memakai mobil Nungki.

“Aku kira kamu sama Om Erga lagi, May?” tanya Nungki.

“Ya kemarin kan Daddy mau langsung nemuin klien, jadi jemput aku, sekarang kan enggak? Masa harus gitu, sama Daddy terus ke kantornya?” jawab Maya.

Padahal Maya sendiri merasa aneh, Daddy nya seperti jaga jarak dengan Maya setelah kejadian di vila kemarin.

“Oh gitu? Ya iya sih mending berangkat sendiri atau kita berangkat berdua. Jadi lebih bebas, kan?” ujar Nungki.

“Itu kamu tahu?”

Sesampainya di kantor, belum terlihat mobil Erga terparkir di parkiran khusus. Maya langsung masuk ke ruang kerjanya. Ia membersihkan meja kerjanya, sekaligus membersihkan ruangan Erga. Setelah itu menyiapkan beberapa dokumen yang harus ia kerjakan hari ini, juga melihat jadwal Erga hari ini. Hari ini ada jadwal rapat jam sebelas siang, dan ada meeting dengan klien. Hanya satu pertemuan dengan klien siang ini. Itu pun sore hari.

Maya sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya sambil menunggu Erga datang ke kantor. Sudah hampir pukul sepuluh pagi, Erga belum juga datang ke kantor. Maya mencoba menghubunginya, karena jam sebelas ada rapat penting.

“Ya May, ada apa?” jawab Erga saat Maya menghubunginya.

“Dad, ada rapat jam sebelas, kok Daddy belum sampai kantor?” tanya Maya.

“Saya sudah di lobi,” jawab Erga singkat, lalu memutuskan panggilannya sepihak.

“Judes amat nih orang!” ucap Maya sambil meletakkan ponselnya.

Erga masuk ke ruangannya. Ia melewati ruangan Maya, tanpa menoleh sedikit pun ke ruangan Maya. Entah kenapa Erga menjadi berubah seperti itu setelah pulang dari Vila, dan setelah kejadian di Vila siang itu.

Maya yang tahu Erga sudah datang, ia langsung menyiapkan beberapa dokumen yang harus segera Erga tanda tangani, juga akan menyampaikan kalau hari ini ada pertemuan dengan klien jam tiga sore.

Maya mengetuk pintu ruangan Erga.

“Masuk!” ucap Erga dari dalam.

“Ini dokumen yang harus Daddy tanda tangani, dan nanti sore ada meeting dengan klien, Dad. Jam tiga sore,” ucap Maya menjelaskan.

“Sini saya tanda tangani.” Erga membubuhkan tanda tangan di atas dokumen yang Maya bawa. “Oh iya, kalau di kantor, tolong lebih profesional, jangan panggil Daddy!” ucap Erga memperingatkan Maya dengan penuh penekanan.

“Oh iya, Dad. Eh, Pak Erga,” ucap Maya dengan gugup.

Maya mengangkat bahunya, merasa heran dengan Ayah Tirinya yang berubah sikapnya. Padahal saat kemarin menemui klien, Maya memanggilnya dengan sebutan Pak Erga, Erga malah melarangnya, dan mengenalkan Maya pada kliennya, kalau Maya adalah anak tirinya.

“Aneh sekali?” ucap Maya lirih saat keluar dari ruangan Erga, setelah urusannya selesai.

Erga melihat Maya yang keluar dari ruangannya. Ia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, dengan memijit keningnya. Ia masih ingat kejadian di Vila kemarin. Rasa sesal masih menyelimuti dirinya. Entah menyesal karena sudah melakukan hal seperti itu pada Maya, atau menyesal karena ia begitu mudah melupakan Nadine, malah dirinya terpikat anak tirinya.

Ceklek

Pintu ruangan Erga terbuka. Erga mendengarnya, dia tahu pasti Maya yang masuk, memanggilnya untuk segera ke ruang rapat, karena sebentar lagi jam sebelas.

“Ada apa lagi, May? Mau mengingatkan saya, kalau jam sebelas ada rapat? Saya sudah ingat!” ucap Erga tanpa melihat siapa yang masuk ke dalam ruangannya.

“Sejak kapan aku jadi Maya?” ucap seorang pria yang masuk ke dalam ruangan Erga. “Sepertinya otakmu isinya sudah Maya, Maya, dan Maya. Kenapa hemm? Kayaknya suntuk sekali, Bro?”

“Astaga, Arga! Ngapain ke sini?” pekik Erga.

“Ngapain? Ya mau rapat lah! Tuh ada papa juga,” ucap Arga.

“Di mana papa?” tanya Erga.

“Lagi ngobrol sama cucunya yang cantik,” jawab Arga.

“Siapa? Bukannya cucu papa laki-laki semua? Dan itu anak darimu dan Kak Tania ?” ujar Erga.

“Anak tirimu yang aduhai cantik sekali! Tuh papa kecentilan ada Maya!”

“Sudah tua, gak usah bertingkah, aku bilangin mama nih!” ancam Erga.

“Orang deketin Maya disuruh Mama kok, biar dia mau sama kamu? Daripada jadi cucunya lebih baik jadi menantunya kata papa. Lagi ngajuin proposal tuh papa, minta Maya jadi istrimu!” ucap Arga.

“Gak usah macam-macam ya kalian! Nadine baru meninggal, mana mungkin aku menikah lagi, apalagi Maya itu anakku, aku diperintahkan Nadine untuk menjaganya! Gak usah aneh-aneh kalian!” umpat Erga geram.

“Gak usah begitu. Udah paling bener tuh Mama minta Papa untuk membujuk Maya menjadi istrimu. Sayang tuh body semok dilepas gitu saja? Gak pengin tuh sama melon importnya yang super guede?” ledek Arga.

“Ngomong apa sih kamu, Ga!” bentak Erga.

“Udahlah, aku tahu kok, kalau kamu suka modelan body seperti Maya? Gak usah munafik lah, kemarin saja kamu main solo bayanginnya Maya?” ledek Arga.

“Emang bener-bener adik sialan kamu!” umpat Erga.

“Duda karatan mulai emosi!” balas Arga.

“Sialan kau!”

Pintu ruangan Erga terbuka, Pak Wijaya masuk ke dalam ruangan Erga setelah menemui Maya di ruangannya dan ngobrol sebentar dengan Maya.

“Kalian kenapa ribut begitu?” tanya Wijaya pada kedua putranya yang memang dari dulu suka meributkan hal-hal kecil.

“Tuh duda karatan, Pa. Nikahkan saja sih sama Maya, apa kurangnya Maya?” ujar Arga.

“Dia sudah aku anggap seperti anakku sendiri, Ar! Gak usah aneh-aneh!” umpat Erga.

“Dianggap anak tapi banyak bekas merah di leher Maya dan leher kamu tuh?” kelakar Wijaya.

“Wah ... iya, kok aku baru lihat, ya?” Arga tak kalah tertawanya. Sekarang mereka yakin kalau mereka sudah melakukan hal yang makin menjurus ke dalam.

“Ngapain saja bro kemarin di vila? Unboxing perawan, ya?” ledek Arga dengan berbisik.

“Diam sialan!” umpat Erga.

“Gak usah ribut, Er, Ar? Sudah sih apa yang diributkan, lagian kalau kamu suka sama Maya, papa setuju kok. Dia cantik, pintar, body nya wow ... Nadine kalah sama anaknya, ya cantiknya sama sih, tapi body nya bukan main Si Maya!” ucap Wijaya.

“Sudah tua, Pa! Gak usah memuji body perempuan lain!” ucap Erga kesal.

“Sudah deketin saja, sudah diunboxing kan? Kau harus bertanggung jawab, kalau kau sudah sampai apa-apain Maya!” ujar Arga.

“Unboxing pala lo!” umpat Erga. “Belum, baru pemanasan, malah dia minta berhenti, katanya merasa bersalah dengan mommy nya. Ya aku jadi sadar sih, aku juga salah, aku akhirnya merasa bersalah juga dengan Nadine. Gak konsen aku dari kemarin, karena ucapan Maya yang merasa sangat bersalah pada Mommy nya,” ucap Erga.

“Makanya dari tadi ngelamun? Karena itu?” tanya Arga.

“Ya begitulah, Maya juga sepertinya diemin aku? Aku harus gimana, Pa, Ar?”

“Lah kok tanya? Kamu menikah sudah dua kali, kok tanya harus bagaimana? Ya dekati, yakinkan kalau kamu suka, kalau kamu inginkan dia! Asal jangan buat pelampiasan saja, Er!” tutur Wijaya.

“Betul kata papa, biar kamu gak main solo!” celetuk Arga.

“Gak capek tanganmu tiap hari bersolo karier? Mending duet dong? Apalagi duetnya sama melon ukuran 40D? Wuuuihhh mantap bukan?” ujar Wijaya.

“Pa ... udah tua ih! Jangan begitu!” ucap Erga.

“Papamu tua-tua keladi, Er!” tukas Arga.

“Papamu juga kali, Ar?” ucap Erga.

“Iya sih. Nih yang bikin Renata hamil lagi, gara-gara nih papa, nginep di rumah papa, aku dikasih obat kuat, alhasil sampai pagi bercocok tanam sama Renata. Hamil sekarang dia!” ujar Arga.

“Papa pengin punya cucu perempuan! Itu Maya kan sudah mau papa jadikan menantu, jadi kamu harus buatkan cucu perempuan!” tegas Wijaya.

“Manjur dong obat dari Papa? Nanti kasih Erga ya, Pa, buat unboxing sama Maya!” kelakar Erga.

“Nah gitu dong tertawa! Dari tadi kaku kayak kanebo kering!”

Saat mereka mengobrol dan saling melempar candaan, Maya masuk ke dalam ruangan Erga. Maya melihat ketiga laki-laki itu sedang asik mengobrol dan diselipi dengan candaan.

“Maaf, Pak Erga, sudah ditunggu di ruang rapat,” sela Maya.

“Pak Erga? Sejak kapan kamu memanggi Erga dengan sebutan, Pak? Kemarin Daddy?” tanya Wijaya.

“Katanya suruh profesional kalau di kantor, Opa. Eh Pak Wijaya,” ralat Maya.

“Gak usah dengarin kata Erga, dia tadi otaknya masih konslet. Nanti betulin otak Daddymu, biar gak konslet!” ujar Wijaya.

“Sudah rapat dulu, nanti lanjutkan lagi!” sela Arga.

Arga berjalan di samping Maya, yang ia sudah anggap seperti keponakannya. Dan, mungkin sebentar lagi akan jadi kakak iparnya.

“May, kasihan tuh Daddy mu. Galau tuh didiemin kamu?” bisik Arga.

“Yang diem dari kemarin itu Daddy, Paman!” jawab Maya.

“Kemarin ngapain sampai leher kalian merah-merah? Lanjut saja lah, May? Aku, Papa, Mama, Renata, dan Kak Tania setuju kamu sama Erga?” ujar Arga.

“Sudah ih, gak usah begitu! Gak sopan, masa mau sama Ayah Tirinya?” ucap Maya.

“Sudah pokoknya aku mau kamu jadi iparku, May!”

Maya menggelengkan kepalanya. Terheran dengan ketiga laki-laki yang tampan paripurna itu. Tadi Opa Wijaaya menyuruhnya menikah dengan Erga, sekarang Adiknya Erga pun begitu? Menyuruh dirinya menikah dengan Erga.

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

tryssemsngat

2024-03-28

1

afaj

afaj

next dong sebelum ramadhan ini

2024-03-11

0

afaj

afaj

bapaknya sedeng

2024-03-11

0

lihat semua
Episodes
1 Satu - Pernikahan Erga dan Nadine
2 Dua - Firasat Buruk Maya
3 Tiga - ICU
4 Empat - Kepergian Nadine
5 Lima - Sarapan Bersama
6 Enam - Mengungkap Rahasia
7 Tujuh - Naik Jabatan
8 Delapan - Pengganti Mommy
9 Sembilan - Pakaianmu Terlalu Ketat
10 Sepuluh - Lunch
11 Sebelas - Menikmati Mimpi
12 Dua Belas - Bagaimana Rasanya?
13 Tiga Belas - Awas Nanti Jatuh Cinta!
14 Empat Belas - Kram
15 Lima Belas - Sikap Erga Yang Berubah
16 Enam Belas - Jangan Panggil Daddy Lagi!
17 Tujuh Belas - Kekhawatiran Erga
18 Delapan Belas - Kalian Harus Segera Menikah
19 Sembilan Belas - Urgent
20 Dua Puluh - Aku Mencintai Ayahmu
21 Dua Puluh Satu - Kabur
22 Dua Puluh Dua - Sainganmu Berat
23 Dua Puluh Tiga - Daddy Nangis?
24 Dua Puluh Empat - Aku Masih Mencintaimu!
25 Dua Puluh Lima - Perdebatan Antara Erga dan Ehsan
26 Dua Puluh Enam - Apa Ada Lowongan?
27 Dua Puluh Tujuh - Bucin Akut
28 Dua Puluh Delapan - Cemburu
29 Dua Puluh Sembilan - Pasar Malam
30 Tiga Puluh - Aku Milikmu
31 Tiga Puluh Satu - Ih Kepo!
32 Tiga Puluh Dua - Bertemu
33 Tiga Puluh Tiga - Bekas Pelukan Mantan
34 Tiga Puluh Empat - Pengganggu Datang Lagi
35 Tiga Puluh Lima - Gaun Pernikahan Yang Kebesaran.
36 Tiga Puluh Enam - Ehsan Yang Cemburu
37 Tiga Puluh Tujuh - Dansa
38 Tiga Puluh Delapan - Ini Urusan Laki-laki.
39 Tiga Puluh Sembilan - Persiapan Yang Perfect
40 Empat Puluh - Belalai Anak Gajah Kecil
41 Empat Puluh Satu - Jenuh
42 Empat Puluh Dua - Membuka Lowongan
43 Empat Puluh Tiga - Membuat Teh Celup
44 Empat Puluh Empat - Bertemu Di Bandara
45 Empat Puluh Lima - Maya Yang Semakin Berani
46 Empat Puluh Enam - Masuk Angin
47 Empat Puluh Tujuh - Ikan Piranha Vs Ular Piton
48 Empat Puluh Delapan - Ada Apa Dengan Nungki?
49 Empat Puluh Sembilan - Hasil Yang Tidak Sesuai
50 Lima Puluh - Manusia Tulang Lunak
51 Lima Puluh Satu - Mami Sangat Setuju
52 Lima Puluh Dua - Melanjutkan
53 Lima Puluh Tiga - Cemburu Tanda Cinta
54 Lima Puluh Empat - Membatalkan Pertunangan
55 Lima Puluh Lima - Mempersiapkan Pernikahan
56 Lima Puluh Enam - Ngidam atau Ngerjain?
57 Lima Puluh Tujuh - Asinan Rambutan
58 Lima Puluh Delapan - Selamat Menempu Hidup Baru Ehsan & Nungki
59 Lima Puluh Sembilan - Hamil
60 Enam Puluh - Akhir Bahagia
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Satu - Pernikahan Erga dan Nadine
2
Dua - Firasat Buruk Maya
3
Tiga - ICU
4
Empat - Kepergian Nadine
5
Lima - Sarapan Bersama
6
Enam - Mengungkap Rahasia
7
Tujuh - Naik Jabatan
8
Delapan - Pengganti Mommy
9
Sembilan - Pakaianmu Terlalu Ketat
10
Sepuluh - Lunch
11
Sebelas - Menikmati Mimpi
12
Dua Belas - Bagaimana Rasanya?
13
Tiga Belas - Awas Nanti Jatuh Cinta!
14
Empat Belas - Kram
15
Lima Belas - Sikap Erga Yang Berubah
16
Enam Belas - Jangan Panggil Daddy Lagi!
17
Tujuh Belas - Kekhawatiran Erga
18
Delapan Belas - Kalian Harus Segera Menikah
19
Sembilan Belas - Urgent
20
Dua Puluh - Aku Mencintai Ayahmu
21
Dua Puluh Satu - Kabur
22
Dua Puluh Dua - Sainganmu Berat
23
Dua Puluh Tiga - Daddy Nangis?
24
Dua Puluh Empat - Aku Masih Mencintaimu!
25
Dua Puluh Lima - Perdebatan Antara Erga dan Ehsan
26
Dua Puluh Enam - Apa Ada Lowongan?
27
Dua Puluh Tujuh - Bucin Akut
28
Dua Puluh Delapan - Cemburu
29
Dua Puluh Sembilan - Pasar Malam
30
Tiga Puluh - Aku Milikmu
31
Tiga Puluh Satu - Ih Kepo!
32
Tiga Puluh Dua - Bertemu
33
Tiga Puluh Tiga - Bekas Pelukan Mantan
34
Tiga Puluh Empat - Pengganggu Datang Lagi
35
Tiga Puluh Lima - Gaun Pernikahan Yang Kebesaran.
36
Tiga Puluh Enam - Ehsan Yang Cemburu
37
Tiga Puluh Tujuh - Dansa
38
Tiga Puluh Delapan - Ini Urusan Laki-laki.
39
Tiga Puluh Sembilan - Persiapan Yang Perfect
40
Empat Puluh - Belalai Anak Gajah Kecil
41
Empat Puluh Satu - Jenuh
42
Empat Puluh Dua - Membuka Lowongan
43
Empat Puluh Tiga - Membuat Teh Celup
44
Empat Puluh Empat - Bertemu Di Bandara
45
Empat Puluh Lima - Maya Yang Semakin Berani
46
Empat Puluh Enam - Masuk Angin
47
Empat Puluh Tujuh - Ikan Piranha Vs Ular Piton
48
Empat Puluh Delapan - Ada Apa Dengan Nungki?
49
Empat Puluh Sembilan - Hasil Yang Tidak Sesuai
50
Lima Puluh - Manusia Tulang Lunak
51
Lima Puluh Satu - Mami Sangat Setuju
52
Lima Puluh Dua - Melanjutkan
53
Lima Puluh Tiga - Cemburu Tanda Cinta
54
Lima Puluh Empat - Membatalkan Pertunangan
55
Lima Puluh Lima - Mempersiapkan Pernikahan
56
Lima Puluh Enam - Ngidam atau Ngerjain?
57
Lima Puluh Tujuh - Asinan Rambutan
58
Lima Puluh Delapan - Selamat Menempu Hidup Baru Ehsan & Nungki
59
Lima Puluh Sembilan - Hamil
60
Enam Puluh - Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!