Merasa sudah agak mendingan, Maya berangkat ke kantor selepas makan siang. Hari ini jam dua siang dia harus menemani Erga menemui rekan bisnisnya. Sebisa mungkin Maya melupakan kejadian semalam, ia tidak mau dianggap tidak profesional dalam bekerja karena kejadian semalam. Maya akhirnya berangkat ke kantor siang ini, setelah jam makan siang selesai.
Maya berpapasan dengan Nungki yang sedang membawa beberapa dokumen yang akan ia bawa kepada atasannya.
“Kata Om Erga kamu sakit, May?” tanya Nungki.
“Cuma gak enak badan saja kok, ini sudah mendingan. Gak kelihatan pucat juga, kan?” jawab Maya.
“Kalau lagi sakit, gak usah ngator May. Lagian ini kantor Daddy mu juga?” ucap Nungki.
“Aku ini hanya anak tirinya, udah gitu Mommy sudah meninggal, jadi aku ini ya orang lain, karyawan biasa di sini, sama seperti mereka, dan kamu juga,” jelas Maya. “Sudah, aku kerja dulu. Kerja yang benar! Daddy sudah naikin jabatan kamu, jadi baik-baiklah kerja di sini!” peringatan Maya pada sahabatnya.
“Iya ih, bawel kamu! Sudah sana kerja, tuh Daddy mu galau, kamu gak berangkat saja meeting dibatalkan semua, kayaknya sedang ada masalah, tadi Pak Arga ke sini juga malah dia yang gantiin rapat?” ucap Nungki.
“Ya mungkin sedang ada masalah sama Daddy, sudah aku mau ke ruanganku,” ucap Maya lalu meninggalkan Nungki ke ruangannya.
Padahal Maya tahu yang sedang Erga rasakan sekarang, mungkin Erga sangat menyesali perbuatannya semalam, jadi dia tidak konsentrasi bekerja.
“Huh ... aku tidak boleh terbawa suasana semalam. Aku harus fokus kerja, tujuanku di sini kerja, aku harus profesional!” Maya menyemangati dirinya sebelum masuk ke dalam ruang kerjanya.
Maya menyiapkan semua dokumen yang harus dibawa meeting siang ini. Ia belum menemui Erga di ruangannya, setelah selesai dia pergi ke Pantri untuk membuatkan kopi untuk Erga.
Maya mengetuk pintu ruangan Erga, Erga memerintahkannya untuk masuk ke dalam.
“Siang, Dad,” sapa Maya dengan masuk ke ruangan Erga.
“May? Kamu sedang sakit ngapain berangkat?” Erga langsung bangkit dari kursinya dan mendekati Maya.
“Aku sudah enakan, Dad. Hari ini kerjaan Daddy banyak, mana mungkin aku di rumah saja? Ini kopinya diminum dulu, Dad, setelah itu kita menemui klien,” jawab Maya sambil meletakkan kopi di meja Erga, juga kue kacang kesukaan Erga.
“Terima kasih, May,” ucap Erga.
“Sama-sama, Dad,” ucap Maya. “Aku sudah siapkan dokumennya, Dad, nanti kalau sudah siap bilang saja, aku tunggu di ruanganku.”
“Baik, May,” ucap Erga.
Meski dada Maya bergemuruh melihat Erga, serta mengingat kejadian semalam, tapi Maya mencoba tenang, fokus kerja, dan bersikap profesional. Maya mengusap dadanya setelah keluar dari ruangan Erga, lega rasanya sudah berhadapan dengan Erga dengan santai, seperti tidak terjadi masalah apa pun, meskipun sebetulnya Maya sangat deg-degan dan grogi, apalagi mengingat kejadian semalam.
Maya kembali menyibukkan dirinya. Ia sudah dipercaya Erga untuk menjadi sekretarisnya, jadi dia harus bisa bekerja dengan sebaik mungkin. Dan tidak mau mencapur adukkan urusan pribadi di dalam kantor.
^^^
Nungki mengendap, dan dengan pelan membuka pintu ruangan Maya. Terlihat Maya sedang sibuk dengan pekerjaannya, tapi sedikit-sedikit Maya mengedarkan tatapan kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Dor!” Maya terjingkat saat sedang sibuk bekerja tiba-tiba dikagetkan oleh Nungki.
“Astaga, Nung! Kamu bikin jantungku mau copot saja!” pekik Maya.
“Lagian kamu serius amat?” cebik Nungki lalu duduk di depan Maya.
“Mau apa ke sini?” tanya Maya.
“Mau lihat Daddymu yang tampan. Bagaimana, apa sudah tidak gelisah lagi karena anak tirinya yang cantik ini sudah datang ke kantor?” ucap Nungki.
“Apa hubungannya dengan aku, Nung?” tanya Maya bingung.
“Ya adalah hubungannya dengan kamu? Apalagi dengan kejadian semalam?” ucap Nungki yang berhasil membuat mata Maya membelalak, menatap tajam Nungki.
“Maksudmu apa?!” sentak Maya jengkel.
“Santai dong, Sayang? Sudah tidak apa-apa itu hal wajar, apalagi Daddy mu sangat seksi,” ucap Nungki dengan ekspresi genitnya.
Maya tidak mengerti kenapa Nungki sampai tahu kejadian semalam, soal dirinya dengan Erga setelah pulang dari jamuan rekan bisnis Erga.
Nungki mendengar sendiri Erga bercerita dengan Arga saat berada di depan ruangan Maya. Nungki pagi-pagi ingin menghampiri Maya, karena sudah melihat mobil Erga terparkir di depan, Nungki sangat yakin kalau Maya pasti juga sudah datang bersama Ayah Tirinya. Ternyata Erga sendirian, karena Maya sedang sakit. Saat Nungki ingin menemui Maya, Nungki melihat kakak-beradik itu sedang asik ngobrol di depan ruangan Maya. Bukan ngobrol biasa melainkan curhat seorang Kakak kepada Adiknya, tentang semalam yang dilakukannya kepada anak tirinya.
Nungki tidak percaya mendengar semua itu. Akan tetapi bagi Nungki itu adalah hal wajar, karena Maya sudah dewasa, apalagi Erga, pria matang dan mapan, yang sudah menduda dua kali. Pasti mereka sama-sama butuh untuk olah fisik yang nikmat itu.
“Bagaimana rasanya, May? Lebih greget sama Panggih atau Daddy mu yang seksi?” ledek Nungki yang membuat Maya reflek melempar pena mengenai lengan Nungki.
“Bisa diam, gak!” bentak Maya.
“Gak usah marah dong, May? Kan aku Cuma tanya saja. Wajar sih kalau kalian begitu? Lagian Om Erga udah sendiri, udah gak ada ikatan dengan siapa pun. Kamu juga sendiri, ya sudah sih gak ada yang salah. Wajar lah begitu, kalian sama-sama dewasa, dan pengin merasakan sensasi yang ehhmmm...,” ucap Nungki dengan greget.
“Gila ya kamu! Sudah sana kembali ke ruang kerjamu! Jangan makan gaji buta kau! Sudah enak dikasih jabatan yang bagus, malah gini berkeliyaran di jam kerja!” geram Maya.
“Sabar dong, gak usah ngegas gitu? Ditanya gimana rasanya malah begitu? Santai saja sih, May. Kayak sama siapa saja sih? Dulu waktu sama Panggih selalu cerita? Gimana-gimana? Enak sama Daddy dong pastinya, kan sampai basah,” ucapnya dengan suara dibuat mendesah.
Nungki memang tahu semua, karena dia menguping pembicaraan Erga dan Arga tadi pagi. Memang Erga menceritakan semuanya, Arga malah mendukung Erga untuk memacari Anak tirinya daripada selalu main solo kalau hasratnya sudah di ujung tanduk. Bahkan Arga sangat menyetujui kalau Erga menikahi Maya. Apa kurangnya Maya? Dia cantik, pintar, bodynya seksi, depan belakang seksi. Bahkan semua karyawan kantor lebih suka Erga dekat dengan Maya. Semua karyawan dan staf kantor malah mendukung Erga untuk menikahi Maya saja, toh gak kalah cantik dan seksinya dengan Mommy nya.
“Iya kan enak sama Om Erga? Pasti besar ya, May? Uh ... kayaknya bakal puas kalau dengan Om Erga. Lanjutin dong May, tanggung pakai jari saja!” ucap Nungki dengan tertawa.
“Bisa diam gak, Nung!” bentak Maya.
“Slow, Beib ... kita sama-sama dewasa dan memang butuh seperti itu bukan? Kamu kelamaan jomlo deh kayaknya, jadi sampai mimpi disentuh Daddy mu,” ujar Nungki.
“Nung ... sudah deh, ah! Aku juga gak tahu kenapa sampai aku mimpi digituin sama Daddy. Bibirnya manis, Nung,” ucapnya sambil otaknya traveling ke mana-mana.
“Tuh kan ... kamu suka tuh sama Om Erga! Tapi gak apa-apa sih, kamu sendiri, Om Erga sendiri, daripada kalian jomlo kan?” ujar Nungki.
“Udah sana balik ke ruang kerjamu, aku mau siap-siap menemui klien dengan Daddy!” usir Maya.
“Enak nih, pasti mau lanjutin yang semalam lagi nih? Uhh ... jadi pengin punya sugar daddy deh?” ucap Nungki.
“Sana cari di kolong jembatan!” tukas Maya.
“Adanya pemulung, May! Nanti lihat saja, aku akan cari yang seksi seperti Om Erga, aku sudah dapat, tenang saja! Sudah ah, aku mau balik kerja, selamat bersenang-senang, Baby ...,” ucap Nungki lalu berlalu meninggalkan Maya.
Maya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya yang kadang di luar ekspetasinya kelakuannya. Di luar nalar malahan kalau Maya lihat. Terlihat kalem tapi sekali punya pacar pasti harus tidur bareng dengan pacarnya.
^^^
Maya dan Erga berangkat menemui klien. Mereka dari tadi hanya berdiam, tidak ada obrolan kalau tidak membahas soal kerjaan. Maya melihat ada email dari klien, dan ternyata setelah Maya baca, ternyata klien ingin mengundurkan jadwal meetingnya, karena ada kepentingan lain.
“Dad, klien minta diundur meetingnya, gimana? Kita pulang ke kantor lagi?” tanya Maya.
“Diundur kapan, May?” tanya Erga.
“Dua hari lagi katanya,” jawab Maya.
“Ya sudah kalau begitu tidak masalah,” ucap Erga.
“Ya sudah balik ke kantor saja, Dad,” pinta Maya.
“Temani Daddy, ya? Daddy mau ke Vila milik Daddy, mau lihat sudah berapa persen renovasinya,” pinta Erga.
“Vila? Jauh tidak?” tanya Maya.
“Kamu mau tidak menemani Daddy?” Erga malah balik bertanya.
“Okay, tapi jangan macam-macam lagi ya, Dad?”
“Kalau kamu gak mulai Daddy gak akan begitu, May.”
Sesampainya di Vila, Maya di buat takjub dengan Vila yang berdiri megah di kawasan pegunungan, dengan view yang sangat indah, memanjakan, dan menyejukkan mata.
“Ayo masuk, May. Kamu bisa istirahat di sana, Daddy mau menemui pekerja di belakang,” ucap Erga.
“Ini vila milik Daddy sudah lama?” tanya Maya.
“Ini peninggalan Oma nya Daddy. Daddy baru sempat mengurusnya, bagaimana apa vila ini bagus?”
“Sangat, Dad,” ucap Maya.
“Kamu senang?” tanya Erga.
“Ya, senang, pemandangannya indah, sejuk juga.”
“Kalau begitu kita menginap di sini,” ucap Erga.
“Dad?!” pekik Maya.
“Iya, kenapa? Gak masalah, kan?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Dewi Suntana
secepat nya ungkapkan perasaan mu erga
2024-03-08
1
afaj
next next lg dong hehe wkwkwkwkwk itu part udah Ampe mati lampunya
2024-03-08
0