Maya masih terpaku di depan beberapa tumpukan baju kerja yang dibawakan oleh orang suruhan Erga. Banyak sekali orang tersebut membawakan stelan baju kerja, dan itu masih baru semua, karena masih ada Hang Tag yang menempel di baju itu. Orang yang membawa baju itu bilang kalau baju tersebut semua milik Maya, Erga meminta pada orang suruhannya supaya membawakan sepuluh stel pakaian kerja untuk Maya.
“Sebanyak ini, Mbak?” tanya Maya.
“Iya, saya disuruh Tuan Erga membawakannya untuk anda. Silakan dicoba dulu, barangkali ada ukuran yang tidak sesuai,” jawabnya.
“Ini memang size saya sih, Mbak. Saya rasa ini semua cukup di badan saya, tapi ini terlalu banyak, Mbak. Dibawa pulang saja lagi, Mbak,” ucap Maya.
“Kalau itu saya tidak berani, Nona. Kalau dirasa sudah pas dan cocok, saya kembali ke butik saya dulu. Tapi kalau nanti ada yang kurang cocok atau kurang pas, bisa hubungi saya, ini kartu nama saya, Nona,” pamit perempuan tersebut.
“Ya sudah, terima kasih, Mbak,” ucap Maya.
Setelah perempuan itu pergi dari ruangannya, Maya masih kebingungan dengan Daddy nya yang menurutnya berlebihan sekali. Maya memilih baju yang cocok untuk dirinya, yang akan ia pakai hari ini, karena dari tadi Daddy nya sudah menyuruh dia untuk mengganti bajunya, kalau orang yang Daddynya suruh mengantarkan baju sudah datang.
Maya mendengkus kesal, karena menurutnya Erga begitu berlebihan sekali. Maya mengambil salah satu stelan pakaian kerja, dan membawanya ke toilet untuk ganti baju. Pas sekali baju yang Erga belikan, tidak terlalu ketat dan nyaman dipakai.
“Dari mana Daddy tahu ukuran bajuku?” gumam Maya.
Maya keluar dari toilet, ia kaget di ruangannya sudah ada Erga yang menunggu dirinya, dan melihat-lihat baju yang dibawakan orang suruhannya. Menurut Erga baju yang dibawakan oleh pemilik butik langganannya sudah cocok sekali untuk Maya.
“Dad? Sejak kapan Daddy di sini?” tanya Maya sedikit terkejut.
“Sejak kamu ganti baju, bagaimana? Cocok dan pas?” tanya Erga.
“Yang Daddy lihat? Apa sudah cocok? Aku rasa baju ini pas dan nyaman dipakai,” jawab Maya.
“Ya begitu lebih cocok, jangan ulangi pakai baju Mommy lagi!” ucap Erga.
“Iya tidak. Tapi Daddy terlalu berlebihan sekali. Masa sebanyak itu Daddy bawakan aku baju?” ucap Maya.
“Buat gonta-ganti,” jawab Erga singkat. “Sudah rapikan rambutmu, lalu ikut Daddy ke ruangan Daddy. Paman Arga mau ketemu kamu,” ucap Erga.
Maya menuruti Erga. Setelah dirasa sudah rapi penampilannya, Maya mengikuti Erga ke ruangannya untuk menemui adik kandung Erga.
“Ar, ini Maya. May, ini adiknya Daddy. Paman Arga namanya,” ucap Erga memperkenalkan Maya pada Arga, pun sebaliknya.
“Salam kenal, Paman. Saya Maya,” ucapnya sopan.
“Salam kenal juga, May. Kamu seperti ibumu, saya kira tadi Kak Nadine,” ucap Arga.
“Namanya juga anaknya Mommy, Paman,” ucap Maya dengan menyunggingkan senyumannya.
Perkenalan terjadi begitu hangat. Maya kira saudara Daddy nya orangnya kaku seperti Erga, tapi malah lebih humoris, kalau menurut Maya, Erga orangnya lebih serius, dan tegas.
Setelah lama mereka mengobrol, Arga pamit pulang, karena ada urusan dengan orang tuanya, soal perusahaan yang akan ia pimpin nanti. Tidak terasa hari sudah siang, Erga merasakan lapar, dan mengajak Maya untuk pergi makan siang bersama.
“May, makan di luar, yuk?” ajak Erga.
“Aku mau sama Nungki, makan di kantin kantor saja, Dad,” tolak Maya.
“Biar Nungki sama lainnya, kamu ikut Daddy, sekalian kita menemui klien!” paksa Erga.
“Klien? Siapa? Bukannya jadwalnya nanti sore?” tanya Maya.
“Ya sekalian saja, biar gak bolak-balik, May,” alasan Erga. Padahal Erga ingin mengajak Maya keluar jalan, dan ingin menikmati berduaan bersama Maya. Entah kenapa ada pikiran untuk ajak Maya jalan.
“Ya sudah,” ucap Maya pasrah, akhrinya Maya membatalkan janji makan siang bersama Nungki, tapi Nungki paham, dia juga ingin makan siang keluar, entah tadi janjian dengan siapa, yang pasti seorang laki-laki yang sudah sangat mapan, yang mengajak Nungki untuk makan siang di luar.
Maya duduk di sebelah Erga yang sedang mengemudikan mobilnya. Erga tidak memakai sopir, padahal biasanya dia selalu bersama sopir pribadinya setelah Nadine meninggal. Karena ia merasa kesepian di dalam mobil sendirian. Sekarang ada Maya, dia memilih tidak memakai sopir pribadinya, karena sudah ada Maya yang bisa diajak ngobrol.
“Mau makan apa, May?” tanya Erga.
“Yang jelas harus makanan sehat ya, Dad? Aku gak bisa kalau makan tanpa pakai sayur,” jawab Maya.
“Baiklah,” ucap Erga.
Erga mengajak Maya ke salah satu Rerstoran ternama, yang menyediakan menu makanan sehat, khususnya bagi orang yang sedang diet. Beberapa menu sehat tersedia di Restoran tersebut.
Sesampainya di restoran, Erga pun memesan makanan yang ia inginkan. Ia memesan minuman, beberapa makanan, dan juga makanan penutup. Maya bilang ikut saja apa yang Daddy nya pilihkan, karena Maya belum pernah makan di restoran yang semewah ini, apalagi Erga mengambil ruangan VIP, yang hanya ada mereka berdua di dalam ruangan khusus itu.
“Dad, kenapa gak di sana saja sih?” ucap Maya.
“Biar makan kita gak ada yang ganggu, May,” jawab Erga.
Maya mengangguk menurut saja apa kata Erga, yang terpenting Erga tidak macam-macam dengan dirinya. Pelayan Restoran membawakan makanan yang Erga pesan. Semua menu yang dihidangkan di meja, Maya belum pernah memakannya, karena Maya memang belum pernah makan di restoran semewah ini. Ia sadar, karena selama ini Mommy nya mencari uang tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi biaya kuliah Maya juga sangat banyak. Maya tahu kalau Mommy nya pasti kecukupan karena berdampingan dengan Erga kala itu, akan tetapi Maya sadar siapa dirinya, biarkan Mommy nya menikmati semua itu, asal Mommy nya bisa bahagia bersama orang yang dicintainya.
“Ayo dicoba, May. Ini enak lho?” ucap Erga.
Erga tahu restoran ini dari Mamanya, beliau suka makanan yang sehat, dan tidak mau sembarang memilih restoran. Makanannya selalu dijaga, harus ada sayuran dan buah, bahkan Mama Laras tidak terlalu banyak makan nasinya, ternyata itu sama seperti Maya.
“Bagaimana, May? Apa makanannya enak?” tanya Erga.
“Iya, Dad. Ini enak sekali,” jawab Maya.
“Coba yang ini, May. Ini kesukaan Oma Laras, kamu pasti suka.” Erga menyendokkan makanan untuk Maya, dan ingin menyuapi Maya. “Ayo buka mulutnya,” perintah Erga. Maya pun membuka mulutnya, menerima suapan dari Erga.
“Bagaimana, enak?” tanya Erga.
“Enak, Dad,” jawab Maya.
“Ayo buka mulutmu lagi, aaaa ...,” perintah Erga. Maya pun menerima suapan Erga lagi.
“Kamu suka, May?” tanya Erga.
“Hmmmpp ... ini begitu nikmat, Dad,” ucapnya sambil mengunyah makanannya.
“Sebentar, May.” Erga mengusap sudut bibir Maya dengan ibu jarinya. “Kamu belepotan seperti anak kecil,” ucap Erga.
Blusshh ...
Pipi Maya merona, mendapat perlakuan Erga yang seperti itu. Apalagi tatapan Erga begitu dalam pada dirinya, ditambah wajah Erga begitu dekat dengannya, membuat Maya menikmati wajah Erga yang terpahat sempurna. Tampan, satu kata yang berhasil terbesit di hati Maya.
“Sudah bersih, ayo makan lagi,” perintah Erga.
“Ah, I—iya Dad,” jawab Maya gugup.
Setelah selesai makan siang, Erga mengajak Maya ke butik, juga ke Mall. Maya seperti dimanjakan oleh Erga hari ini. Erga membelanjakan kebutuhan Maya untuk ke kantor, seperti tas, sepatu, dan aksesoris lainnya yang Maya suka. Sebetulnya Maya tidak mau, tapi Erga memaksanya. Selesai itu, Maya dan Erga segera menemui klien yang sudah membuat janji dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trusssbar
2024-03-28
0
Dewi Suntana
benih2 dah muncul yaaa.kpan menyatakan cinya mu erga
2024-03-08
0
afaj
punya cerita sendiri g dia nih
2024-03-07
0