Erga menunjukkan ruangan untuk Maya, ruang kerja yang berada persis di depan ruangannya tersebut terlihat cukup mewah dan rapi. Tempat yang dulu dipakai Mommy Nadine saat bekerja sebagai Sekretaris Erga.
“Bagaimana suka dengan suasana ruangannya?” tanya Erga.
“Suka, tapi kayaknya kok berubah tatanannya? Kemarin tidak seperti ini, Dad?” ucap Maya.
“Semalam Daddy menyuruh seorang Design Interior untuk menata ulang kembali ruangan ini. Ditata supaya pas dengan yang akan menempatinya, biar kelihatan lebih fresh sih, kan yang menempati masih muda?” jawab Erga.
“Oh begitu? Aku suka, semoga Maya bisa kerja dengan baik. Terima kasih, Dad,” ucap Maya.
“Terima kasih untuk?” tanya Erga.
“Ya karena sudah naik jabatan, terus gajinya juga naik, jadi aku gak susah payah untuk mencari uang, karena ada sesuatu yang aku inginkan,” jawab Maya.
“Kamu ingin apa? Bilang sama Daddy, kamu gak perlu kerja keras untuk mendapatkan sesuatu, coba bilang kamu ingin apa, Daddy kabulkan sekarang,” ucap Erga dengan manatap Maya.
Kedua netra mereka bertemu, Maya tersenyum menatap Erga yang begitu serius ingin tahu apa keinginannya.
“Aku ingin ke London, butuh biaya bukan untuk kembali ke sana. Aku ingin mengunjungi Makam Daddy Daren di sana,” ucap Maya.
Setelah kepulangannya ke Indonesia, dia belum pernah lagi ke London, kadang dia merasa rindu akan suasana di sana, dan rindu untuk melihat makam Daren. Nadine pernah menjanjikan untuk mengajak Maya ke sana lagi, tapi waktu Nadine sangat padat, Maya juga harus kuliah, dan menyelesaikannya tepat waktu. Maya juga tahu keadaan ekonomi Mommy nya, apalagi untuk membayar kuliahnya, meskipun Nadine memiliki Erga, tapi uang sekolah Maya murni hasil dia bekerja pada Erga.
“Besok pagi kita berangkat!” tegas Erga.
“Ke mana?” tanya Maya.
“Kamu ingin mengunjungi makam Daddy Daren, kan? Besok Daddy antar kamu ke sana,” jawab Erga.
“Dad, besok jadwal Daddy padat, ada meeting dengan klien, dan masih ada jadwal lainnya. Tidak usah besok, kapan-kapan saja, lagi pula aku bisa ke sana sendirian,” ucap Maya.
“Daddy tidak mau anak gadis Daddy pergi sendirian, apalagi London sangat jauh!” tegas Erga.
“Terserah Daddy, aku maunya pergi sendiri ke sana,” ucap Maya.
“Jangan ngeyel, May! Nurut apa kata Daddy, kalau kamu di sana bertemu Ayah kandungmu bagaimana? Kalau dia cari kamu di sana bagaimana?” ujar Erga yang membuat Mata Maya membola sempurna. Ia bahkan lupa kejadian kemarin, Maya membenarkan ucapan Erga tersebut.
“Ya sudah, aku mau Daddy selalu temani aku ke mana pun aku pergi!”
“Itu pasti, May. Sudah sekarang kerja, kerja yang teliti, dan jangan mengecewakan Daddy!” ucap Erga.
Erga mendekati Maya, berdiri tepat di depan Maya, dan memandangi wajah Maya yang terlihat mirip dengan Almarhumah Ibunya. Dandanan Maya hari ini, membuat Erga benar-benar mengingat kembali Nadine saat Nadine pertama kali bekerja di kantor Erga.
“Dad, kenapa lihat aku seperti itu?” tanya Maya gugup.
“Kamu mirip Mommy kamu, Daddy jadi ingat pertama kali Mommy kerja di sini, dandanannya mirip sekali dengan kamu,” ucap Erga dengan menatap intens wajah cantik Maya.
“Jelas aku mirip Mommy, Dad? Aku anak kandungnya, dan aku juga pakai baju kerja Mommy,” ucap Maya.
Erga tersenyum simpul. Senyuman yang membuat Maya kagum, karena melihat senyuman yang begitu manis terpahat di wajah tampan Ayah Tirinya itu.
“Kamu tidak punya baju kerja, May?” tanya Erga.
“Punya, tapi kan gak punya yang seperti ini, yang cocok untuk pekerjaanku yang baru, Dad?” jawab Maya.
“Kalau begitu Daddy akan belikan kamu baju kerja yang sesuai dengan pekerjaan kamu di sini, jangan pakai celana panjang lagi, May,” ucap Erga, ucapan itu pun sama dengan apa yang pernah Erga ucapkan pada Nadine dulu, karena Nadine memang suka memakai stelan baju kerja celana panjang, daripada memakai rok.
“Kalau gak pakai celana panjang pakai apa, Dad? Rok mini?” tanya Maya polos.
“Ya! Biar kamu terlihat seksi!” jawab Erga tegas.
“Ih kayak biduan, masa pakai rok mini?” cebik Maya kesal.
Erga malah tertawa melihat wajah Maya yang geli membayangkan memakai rok mini untuk bekerja.
“Kamu itu lucu, May. Ya bukan rok mini buat manggung biduan dong, May? Ya untuk kerja kantoran, apa kamu tidak melihat tadi di depan banyak yang pakai stelan kerja begitu? Lihat karyawan di depan sana?”
“I—iya sih, tapi gak biasa pakai rok, Dad?” protes Maya.
“Kamu seperti Mommy mu saja, kamu harus biasakan itu,” ucap Erga.
“Iya sudah, nanti sementara Maya cari baju kerja Mommy, nanti Maya pakai itu dulu, sambil nunggu Maya gajian, baru beli deh,” ucap Maya.
“Ngapain pakai baju Mommy kamu? Sepertinya gak akan muat, May. Ukurannya lebih besar kamu,” ucap Erga, tapi tatapan matanya mengarah ke dada Maya dan pantat Maya.
Ya, tubuh Maya memang lebih seksi dari Nadine. Bahkan bagian depan dan belakang sangat sempurna dibandingkan Nadine. Memakai baju Nadine saja terlihat jelas tonjolan dadanya, dan bagian belakangnya juga terlihat begitu seksi.
“Apa aku gendut, Dad?” tanya Maya.
“Enggak, tapi apa kamu gak merasa sesak di bagian dadamu itu?” tanya Erga yang membuat Maya reflek memegang dadanya.
“Kamu itu terlihat seksi sekali, May,” bisik Erga yang membuat bulu roma Maya berdiri.
“Dad ... jangan begitu bicaranya, lebih baik Daddy kembali ke ruang kerja Daddy, aku mau kerja,” ucap Maya gugup dengan menjauh dari Erga.
Namun, tangan Erga menarik tubuh Maya, hingga Maya limbung di pelukan Erga. “Uhmmp ... Dad!” pekik Maya.
“Ehmm ... May, maaf Daddy reflek,” ucap Erga dengan perlahan melepaskan tubuh Maya dari pelukannya. “Jangan ulangi lagi pakai baju Mommy kamu. Daddy akan kirimkan orang untuk membawakan baju yang pas buat kamu hari ini. Ini sangat tidak cocok untuk kamu, ukurannya terlalu pas, ini bukan Maya yang biasa Daddy lihat saat kerja,” ucap Erga.
Bukan karena Erga menjadi ingat sosok Nadine yang sangat ia cintai, Erga sudah perlahan mengikhlaskan istrinya pergi untuk selamanya. Akan tetapi, Erga tidak mau melihat Maya kerja dengan pakaian yang sedikit ketat, dan tidak biasa dipakai oleh Maya. Mungkin pagi ini Maya ingin terlihat begitu rapi dan berpakaian pantas karena jabatannya naik, tapi pakaiannya sedikit mengekspose dada Maya, meski mungkin orang tidak terlalu memerhatikan, karena teralih oleh outer yang Maya gunakan. Namun tetap saja Erga melihatnya jadi ke mana-mana pikirannya, apalagi Erga kemarin sudah melihat jelas lekuk tubuh Maya tanpa sehelai benang pun.
“Apa Daddy jadi ingat Mommy kalau aku pakai baju Mommy?” tanya Maya.
“Bukan begitu, May. Daddy sudah ikhlas melepaskan Mommy pergi, tapi kamu gak pantas saja pakai ini, ini terlalu ketat buat kamu. Kamu bukan Maya yang biasa Daddy lihat di kantor, yang biasa sederhana pakaiannya, yang terlihat natural, dan terlihat fresh. Ini malah terlihat formal sekali, dan keibuan. Daddy suka kamu terlihat apa adanya, May,” jelas Erga.
“Maya kan Cuma pengin terlihat rapi, karena menjadi sekretaris Daddy kan harus rapi pakaiannya, harus terlihat lebih formal, dan terlihat lebih bagus dari pakaian milikku yang sepertinya terkesan santai sekali,” ucap Maya.
“Ya sudah, tunggu saja orang ke sini bawakan baju untuk kamu. Daddy tinggal dulu, ya? Ada Paman Arga ke sini, kamu belum kenal sama adik Daddy, kan? Dia baru pulang dari Amerika, nanti kalau kamu sudah ganti baju, Daddy ajak kamu menemui Paman Arga,” ucap Erga.
“Okay, Maya kerja dulu sambil menunggu orang Daddy ke sini membawakan baju Maya,” ucap Maya nurut.
“Sip, kerja yang bagus, selamat bekerja, May,” ucap Erga dengan mengusap lembut kepala Maya.
“Iya, Dad. Maya akan menjadi yang terbaik,” ucap Maya.
Erga keluar dari ruangan Maya. Rasanya aneh sekali pagi ini. Erga begitu memerhatikan penampilan Anak Tirinya dari atas sampai bawah. Erga masih terbayang saat pagi itu, saat kejadian di mana Maya terlihat tidak memakai baju setelah mandi.
“Shit! Pakai tegang lagi?” umpat Erga sambil masuk ke ruangannya.
“Apa yang tegang Er?” tanya Arga dengan menelisik pandangannya ke tubuh Erga.
“Kau terlihat sedang On, Er?” tanya Arga lagi.
“Sial! Kenapa bisa-bisanya aku On dengan anak tiriku, Ar!” umpatnya.
“Anak tiri? Anaknya Nadine?” tanya Arga.
“Iya lah! Dia seksi sekali pagi ini, kau tahu gara-gara kemarin aku sering On membayangkan dia, Ar!” kesal Arga.
“Kau terlalu banyak bermain solo setelah Nadine pergi pastinya. Sebentar, tadi kamu bilang gara-gara kemarin kamu sering on dengan membayangkan anak tirimu?” tanya Arga.
“Iya, sampai aku main solo, Ar. Gila tubuhnya seksi! Aku masuk ke kamarnya, dia sedang bercermin dan tanpa menggunakan apa pun! Polos, dan mulus, Ar! Sial, kenapa bisa begini!” lagi-lagi Erga harus menahan hasratnya sendirian, ditambah kemarin seharian Erga menemani Maya.
“Awas, nanti kamu terpikat dengan anak tirimu sendiri? Tapi gak masalah sih? Kan anak tiri? Daripada kamu main solo, nikahi saja dia?” ujar Arga.
“Aku masih mencintai Nadine, dan menghargai kepergian Nadine yang baru dua bulan, Ar. Aku memang hampir gila, karena menahan hasratku sendiri!”
“Banyak perempuan yang bisa diajak kencan, kenapa kamu menahannya?”
“Lebih baik aku bermain solo daripada harus dengan perempuan begitu? Menambah penyakit saja!” tukas Erga.
“Ya sudah sama anak tirimu!” saran Arga.
“Aku ingin menjadi ayah yang bisa melindunginya, Ar! Ya meskipun aku benar-benar tidak bisa menahannya kalau dekat dengan dia, apalagi sejak kejadian kemarin. Ingin rasanya aku eksekusi dia, tapi aku masih waras, masih menghargai dia yang juga menghargaiku sebagai Daddy nya,” ucap Erga.
“Ya sudah jadi Sugar Daddy saja untuk dia? Mana nih anak tirimu, aku kan belum kenalan?” ucap Arga.
“Sebentar lagi, tapi jangan macam-macam! Kamu sudah punya anak istri!” ancam Erga.
“Iya enggak, aku mau lihat saja, cocok untuk kamu apa tidak, biar tidak terlalu lama main solo,” ejek Arga.
Begitulah kalau kakak-beradik sudah berkumpul bersama. Kedua anak laki-laki Wijaya dan Laras memang salalu begitu, keterlaluan bercandanya kalau sudah bertemu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-03-28
0
Ani
makam kak. maaf ngoreksi lagi 😊😊😊😊
2024-03-21
0