Malam ini Nungki tidak menginap di rumah Maya lagi, karena dia ada urusan dengan temannya. Entah teman siapa Maya tidak tahu, mungkin teman satu kantornya. Meskipun mereka bekerja di dalam satu perusahaan, bagian mereka berbeda. Erga juga berencana menaikan jabatan Nungki, karena Nungki juga bagus cara kerjanya.
“May, Nungki gak balik ke sini?” tanya Erga yang sudah berpakaian rapi, mungkin Erga akan pulang ke rumahnya.
“Mungkin sih, Dad. Soalnya sudah jam sebelas, katanya sedang sama temannya, gak tahu teman yang mana, kan dia temannya banyak gak Cuma aku,” jawab Maya. “Ada Daddy mau pulang? Kalau iya, gak apa-apa pulang saja, Dad? Lagian May sudah biasa sendiri, Dad,” ucap Maya.
“Kamu sendirian dong kalau Nungki gak pulang terus Daddy juga pulang?” ucap Erga.
“Maya sudah biasa sendirian, Dad. Gak apa-apa kok. Paling kalau Nungki jenuh balik lagi ke sini?” ucap Maya.
“Apa dia pergi dengan kekasihnya?” tanya Erga.
“Mungkin? Tapi, kalau dia punya pacar pasti cerita dong sama aku?” ucap Maya.
“Kalau kamu, apa sudah memiliki pacar?” tanya Erga dengan tatapan yang penuh arti pada Maya. Seolah Erga sedang bertanya pada perempuan yang sedang ia dekati.
“Aku? Sudah ah, malas bahas pacar. Aku belajar banyak dari Mommy, kisah percintaan Mommy lebih tepatnya, apalagi setelah aku baca surat Mommy, aku semakin paham, perempuan seperti aku ini yang hidup sederhana, apa adanya begini, sulit untuk mendapatkan pria yang mungkin sudah mapan, karena tidak mungkin pihak keluarganya setuju dengan perempuan biasa saja, apalagi Cuma jadi karyawan kantor biasa,” ucap Maya.
“Ucapanmu seolah sudah pernah mengalami kejadian seperti itu, ya mungkin tidak direstui oleh keluarga dari pacarmu?” Ucapan Erga membuat Maya menarik napasnya dengan berat.
“Benar begitu?” tanya Erga.
“Gak usah bahas itu deh, Dad? Sudah Daddy pulang saja, pasti sebentar lagi Nungki pulang kok,” ucap Maya.
Tak lama kemudian Nungki kembali pulang ke rumah Maya. Ia ingin memberitahukan kabar baik pada Sahabatnya, kenapa dia sampai pulang sampai malam begini.
“Tuh Nungki pulang, kan?” ucap Maya.
“Ehm ... masih di sini, Om? Aku kira Om sudah pulang, makanya aku cepat-cepat pulang ke sini,” ucap Nungki.
“Lagian kamu perempuan main sampai jam sebelas malam. Ke mana saja sih, Nung?” tanya Erga.
“Makan-makan, ngumpul sama anak-anak,” jawab Nungki.
“Oh iya, kamu sudah bertemu dengan Eric? Lalu apa dia bilang besok kamu mulai kerja dibagian yang baru?” tanya Erga.
“Iya, ngomong-ngomong terima kasih, Om. Sudah memberikan pekerjaan yang baik untuk saya, apalagi sampai dipindahkan ke bagian yang lebih baik lagi?” ucap Nungki.
“Tidak masalah untuk itu. Kamu sahabat Maya, dia besok sudah menjadi sekretarisku, jadi kamu juga berhak naik jabatan, masa sahabatnya naik jabatan, kamu tidak?” ujar Erga.
“Iya juga sih, ngomong-ngomong ada yang gantiin Mommy, nih? Awas jangan menggantikan lainnya, ya? Cukup jadi sekretaris saja?” ledek Nungki.
“Nung! Jaga ucapan kamu!” pekik Maya.
“Ya Cuma mengingatkan saja, lagian kalau iya aku setuju kok? Kalian cocok!” ucap Nungki dengan tertawa.
“Kamu bilang apa, Nungki? Mau saya turunkan jabatan kamu lagi!?” ancam Erga.
“Ehh ... jangan dong, Om? Masa tadi baru makan-makan sama anak-anak, traktir mereka karena aku naik jabatan ini mau diturunkan lagi? Maaf deh, gak ngomong begitu lagi, lagian Cuma bercanda, Om?” ucap Nungki setengah memohon.
“Makanya ucapannya dijaga. Kamu boleh anggap Daddy di rumah itu om kamu, tapi ingat juga siapa Daddy. Terus tadi kamu bilang kamu makan-makan traktir teman kamu karena naik jabatan, kok sahabat sendiri gak ditraktir sih? Jahat sekali kamu, Nung!” protes Maya.
“Kamu harusnya yang traktir aku, kan kamu juga naik jabatan lebih tinggi dari aku?” sanggah Nungki.
“Sudah kalian kok malah ribut? Sana istirahat, besok kalian kerja!” perintah Erga. “Daddy pulang ya, May?” pamit Erga pada Maya.
“Iya, Dad. Udah ada Nungki, Daddy gak usah khawatir,” ucap Maya.
“Titip Maya ya, Nung?” ucap Erga pada Nungki.
“Siap, Pak Bos!” jawabnya dengan sigap.
“Kamu hati-hati di rumah, Daddy pulang.” Erga menarik tubuh Maya tanpa ragu di depan Nungki, lalu mengecup keningnya. “Semua akan baik-baik saja, percayalah sama Daddy, Daddy tidak akan membiarkan orang ....”
“Ssstt ... sudah, gak usah diteruskan, Daddy pulang, aku sudah ada Nungki,” ucap Maya.
Maya tidak mau Nungki tahu yang sebenarnya terjadi. Bukan tidak ingin memberi tahu pada Nungki, tapi belum saatnya Maya menceritakan semua itu. Nungki merasa aneh dengan tatapan Erga pada Maya, apalagi sampai Erga memeluk Maya, dan mengecup kening Maya. Maya adalah anak tirinya, seharusnya Maya yang sudah dewasa tidak diperlakukan seperti itu, meskipun Erga begitu khawatir padanya.
“Ehem ... dunia serasa milik berdua nih, ye?” seloroh Nungki.
“Ehm ... ya sudah saya pamit,” ucap Erga gugup.
Maya pun tak kalah gugupnya. Apalagi Daddy nya sudah terlalu berlebihan sikapnya pada Maya. Maya merasakannya, karena seharian full dia bersama Erga di rumah, Erga benar-benar menemani Maya, dan membuat mereka semakin akrab.
“Cie jadi sekretarisnya Papa Tiri? Sepertinya akan ada kisah selanjutnya nih? Apakah Maya akan menjadi penerus Mommy nya? Kalau aku lihat sih, Om Erga suka deh sama kamu, May? Gak tahu kenapa kok aku lihatnya begitu, ya? Dua bulan lho dia jarang ke sini, sekali ke sini perhatiannya minta ampun? Kamu gak enak badan juga ditemani. So sweet, kan? Biasanya papa tiri yang begitu ada maunya lho, May? Hati-hati nanti kamu dipacari sama Papa tirimu!”
“Sembarangan sekali kalau ngomong kamu, Nung! Mana ada begitu? Tadi Oma Laras gak bisa ke sini, ikut kunjungan Bisnis sama Opa, jadi ya Daddy yang menemani aku! Pikiranmu ngawur sukanya!” tukas Maya.
“Tapi, kalau iya benar Om Erga suka sama kamu, aku setuju, May! Dia duda, meskipun bekas suami Mommy kamu, kamu kan sama Om Erga hubungannya hanya sekadar anak dan papa tiri? Jadi gak masalah kalau kalian pacaran?” ujar Nungki semakin ngawur.
“Pusing dengar kamu bicara, Nung!”
“Daripada kamu masih mikirin si Panggih? Hebatnya apa sih? Sudah lupakan saja, kalau dia cinta, gak semudah itu dia ninggalin kamu! Hanya karena status sosial kok gak mau mempertahankan kamu? Nurut saja sama ibunya, karena takut gak kebagian warisan dan jabatan!” ujar Nungki.
“Sudah sana jangan ngoceh mulu kayak beo! Mending bersih-bersih, ganti baju terus tidur deh!” perintah Maya pada Nungki.
Maya masuk ke kamarnya. Seperti biasa Nungki tidur bersama Maya, karena Maya juga pengin ada temannya. Nungki sudah selesai bersih-bersih, ia naik ke tempat tidur, dan bersiap untuk tidur. Berbeda dengan Maya, dia malah sedang asik bertukar pesan dengan seseorang sambil senyum-senyum sendiri.
[Besok Daddy jemput kamu. Tidurlah sudah malam, besok lagi lanjut ngobrolnya. Mimpi indah, May]
[Hmmm ... baiklah, selamat tidur juga, Dad.]
Maya bertukar pesan dengan Daddy nya dari tadi. Membahas soal besok apa yang pertama kali Maya kerjakan, dengan sesekali ada candaan kecil yang membuat Maya terhibur. Erga tahu, Maya masih sedih atas kejadian tadi pagi setelah membaca surat dari Mommy nya.
Erga senyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya. Entah kenapa dia seperti mendapat warna baru dalam hidupnya, setelah dekat dengan Maya seharian. Apalagi harum tubuh Maya malam ini masih menempel di bajunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-03-28
0
Ani
sedikit koreksi kak "suami Mommy " bukan "istri Mommy "
2024-03-21
0