Erga ingat dengan pesan Nadine sebelum meninggal. Pagi-pagi dia langsung mengambil sesuatu di dalam lemari Nadine. Kotak yang Nadine maksud itu, Erga langsung mencarinya, dan ingin cepat-cepat memberikannya pada Maya pagi ini.
“Ah ini mungkin kotak yang Nadine maksud, untuk diberikan pada Maya. Kira-kira apa isi kotak ini?” ucap Erga.
Erga langsung keluar dari kamarnya, membawa kotak tersebut untuk diberikan pada Maya.
“May ...!” panggil Erga sambil membuka pintu kamar Maya.
“Astaga, Dad! Bisa tidak masuk kamar ketuk pintu dulu!” pekik Maya dengan reflek kembali mengambil handuknya, dan menutup tubuh polosnya.
“Sorry, May. Pakai bajumu segera, ada hal yang ingin Daddy sampaikan, Daddy tunggu di depan!” ucap Erga, dengan buru-buru dia menutup pintu kamar Maya.
Erga menelan salivanya, masih membayangkan tubuh anak tirinya yang polos tadi. Lekuk tubuhnya sangat seksi, bongkahan pantatnya padat berisi, dua bukit kembarnya sangat padat, mulus, putih, dan berhasil menaikkan hasrat Erga yang selama ini ia pendam sendiri setelah Nadine meninggalkannya untuk selamanya.
“Oh God ... apa yang aku pikirkan sepagi ini? Tubuhmu indah sekali, May,” ucapnya dalam hati dengan napas memburu, dan merasakan sesak dibagian senjatanya.
Buru-buru Erga masuk ke dalam kamarnya. Menenangkan dirinya, dan sebisa mungkin membuang pikiran kotornya itu. “Aku gak boleh gini, masa aku on sama Maya?” gerutu Erga kebingungan.
Sedangkan Maya di dalam kamarnya, matanya masih menatap cermin yang memantulkan bayangan tubuh seksinya tanpa busana. Ia menyentuh kedua bukit kembarnya itu, yang baru saja dilihat oleh ayah tirinya.
“Ya Tuhan ... kenapa manusia itu bisa sampai melihat ini? Malu sekali rasanya? Mana Daddy mau ajak bicara, dan sepertinya sangat penting sekali? Huh ... jantungku masih gak keruan, aku harus bagaimana? Dulu pacarku saja belum pernah lihat ini? Sedangkan Daddy?” batin Maya.
Maya kembali menutup tubuhnya dengan handuk, dan masih bengong di depan cerminnya hingga Nungki keluar dari kamar mandi.
“May, belum siap-siap? Malah bengong?” ucap Nungki.
“Ah iya, Nung, gimana?” tanya Maya kebingungan.
“Kamu kenapa bengong gitu? Ngelamunin apa sih? Masih belum pakai baju lagi?” ucap Nungki.
“Ehm ... ini mau pakai baju,” ucapnya dengan gugup dan mengambil setelan baju kerjanya.
Nungki hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan aneh Maya pagi ini. Nungki memang sering menginap di rumah Maya, kalau pulang kantor kemalaman, dia tidak kembali ke apartemennya.
Sebelum mandi tadi Maya sudah menyiapkan sarapan untuk dirinya, Nungki, dan juga Daddy nya, yang tiba-tiba semalam berada di rumahnya.
“Nung, kamu mau sarapan habis ini? Pakai pakaian yang baik, jangan tanktop sama hotpants saja. Ada Daddy di luar,” tutur Maya.
“Oh ada Om Tampan? Eh Bos tampan maksudnya. Sepertinya aku harus dandan yang cantik nih,” ucap Nungki dengan buru-buru mengambi baju kerja milik Maya, karena sudah biasa mereka saling pinjam baju.
“Jangan pakai itu! Itu pakaian kesayanganku, pakai ini saja, kalau gak mau pakai pakaian sendiri!” larang Maya.
“Ih kamu itu, aku pengin terlihat cantik memesona di depan Daddy kamu, malah kamu melarangnya? Cemburu, ya?” ledek Nungki.
“Jangan ganjen jadi perempuan!” tukas Maya.
Maya memoles wajahnya dengan make-up tipis dan natural. Ia mengulas senyumannya di depan cermin, menatap dirinya yang sudah sempurna dengan penampilannya.
“Aku keluar dulu, Nung. Daddy sudah nunggu aku, katanya mau ada yang dibicarakan,” ucap Maya.
“Hmmm ... iya deh sana,” ucap Nungki.
Maya menemui Erga, tapi tidak terlihat Erga ada di mana, akhirnya Maya mengetuk pintu kamar Erga.
“Dad, apa Daddy di dalam?” tanya Maya.
Erga yang mendengar pintu kamarnya diketuk oleh Maya, dia langsung menepiskan pikirannya tentang Maya. Ya, Erga masih terbayang lekuk tubuh Maya yang indah.
“Ah iya, May! Sebentar!” Erga merapikan kembali bajunya yang berantakan karena ia kembali merebahkan tubuhnya sambil membayangkan Maya.
Erga membuka pintu kamarnya, lalu melihat Maya yang sudah siap untuk ke kantor.
“Daddy mau bicara apa?” tanya Maya.
“Ehm ... ada yang ingin Daddy sampaikan, sebentar Daddy ambil sesuatu dulu,” ucap Erga.
“Kita bicara di ruang makan ya, Dad? Sambil sarapan, tadi aku sudah buat sarapan juga buat Daddy,” ucap Maya.
“Oh, baiklah,” jawab Erga.
Maya berjalan lebih dulu ke ruang makan, ia menarik kursi lalu duduk dan mengambil nasi juga lauk. Ia menyendokkan makanannya ke dalam mulut. Erga datang dan langsung duduk di sebelah Maya yang sedang menikmati sarapannya.
“Sarapan dulu, Dad, apa mau aku ambilkan?” tanya Maya.
“Daddy bisa sendiri,” jawab Erga. “Apa ini kamu yang memasaknya?” tanya Erga.
“Iya, aku yang memasaknya,” jawab Maya.
“Tidak capek mau kerja masak dulu?” tanya Erga.
“Daripada beli, mending masak, Cuma masak begini saja gak sampai satu jam, Dad. Sayang beli makan di luar, belum tentu juga makanannya pas rasanya di lidah,” jawab Maya.
“Maya masakannya enak lho, Om? Waktu jadi anak kost saja dia pantang beli makan di luar, kecuali makanan favoritnya, bakso sama mie ayam,” puji Nungki yang baru saja keluar dari kamar.
“Wah ... Daddy jadi penasaran nih sama masakan kamu, May,” ucap Erga, lalu dengan semangat mengambil nasi dan lauk.
“Harus coba pokoknya, Om. Pasti Om ketagihan sama masakan Maya, aku juga iya, kalau kangen masakan Maya ya nginep di sini,” ucap Nungki.
“Oh jadi kamu nginep karena mau nebeng sarapan gitu?” sarkas Maya.
“Ya, itu tujuanku. Kangen tumisan kamu, May,” ucap Nungki.
“Nanti sesekali aku ke apartemen kamu, mau numpang sarapan, Nung!” ucap Maya.
“Ya boleh, sarapan roti,” jawab Nungki sambil mengunyah makanannya.
“Gak masuk sarapan pakai roti, kayak Mommy, sukanya begitu kalau sarapan, roti sama susu, enek rasanya di perut. Sarapan itu gini, sehat, nasinya dikit, sayurannya banyak, Nung,” ujar Maya.
“Iya deh iya, kamu pas kayaknya jadi ahli gizi, May!” tukas Nungki.
“Kalian sarapan malah berdebat, Daddy suka masakanmu, ini enak sekali,” ucap Erga.
“Kan benar, pasti suka,” ucap Nungki.
“Tahu kamu masaknya enak, setiap pagi Daddy ke sini, sarapan di sini, bosan sarapan pakai roti, kalau enggak nasi goreng,” ucap Erga.
“Hmm ... maunya,” cebik Maya. “Dad, mau bicara penting apa tadi?” tanya Maya.
“Nanti saja, May. Daddy sedang menikmati sarapan,” jawab Erga.
Setelah menikmati sarapan, Nungki pamit untuk berangkat lebih dulu, karena dia masih ada pekerjaan yang belum selesai kemarin. Tidak ingin mengecewakan atasannya, karena Nungki benar-benar sangat dipercaya dengan atasannya.
Tinggal Maya dan Erga yang masih duduk bersama di depan meja makan. erga sesekali melirik Maya yang masih belum habis makanannya, padahal Maya makan lebih dulu, tapi memang Maya sangat lama makannya, jadi makan lebih awal pun selesai paling akhir.
“Jangan belepotan gini, May.” Erga mengusap sudut bibir Maya dengan ibu jarinya.
“Oh terima kasih,” ucap Maya gugup.
Maya segera membereskan piring kotor, ia taruh di tempat cuci piring, lalu kembali duduk dan Erga mulai membahas apa yang akan dibicarakannya pada Maya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussukses
2024-03-28
0