Empat - Kepergian Nadine

Setelah Laras membujuk, akhirnya Maya dan Erga keluar untuk makan. Laras dan Nungki bergantian menjaga Nadine di ruangannya.  Maya enggan untuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Erga mendekatinya, meraih sendok yang Maya pegang.

“Makan dulu, May. Daddy gak mau kamu sakit, Daddy tahu apa yang kamu rasakan, sama Daddy pun merasakannya, akan tetapi, setidaknya kamu isi perutmu, supaya kamu juga tidak ikut sakit. Ayo buka mulutnya,” ucap Erga dengan menyodorkan sendok yang sudah  berisi makanan.

“Aku bisa sendiri, Dad. Aku bukan anak kecil!” Maya mengambil alih sendok dari tangan Erga.

“It’s okay, tapi yang benar makannnya, harus dihabiskan,” ucap Erga.

“Nyuruh aku habisin makanan ini, tapi Daddy hanya makan sepotong roti. Daddy juga harus makan yang benar, Daddy harus kuat untuk jaga Mommy,” ucap Maya.

“Okay, kita makan, semoga setelah ini Mommy mau bangun, dan mau melanjutkan berobat ke Luar Negeri,” ucap Erga.

“Hmmm ... semoga saja, Dad,” ucap Maya.

Mereka berdua mencoba menikmati makanan mereka masing-masing, meskipun rasanya hambar. Dipikirannya dipenuhi dengan Nadine, mereka ingin orang yang sangat mereka cintai untuk sembuh, dan kembali seperti dulu. Apalagi Erga, ia ingin sekali istrinya sembuh, karena ia masih membutuhkan Nadine dalam hidup barunya yang baru saja ia mulai kemarin bersama Nadine.

“Dad, apa Mommy akan meninggalkanku?” tanya Maya dengan wajah sendu.

“Kita berdoa ya, May? Kamu jangan berpikiran macam-macam dulu, Mommy pasti ....”

Ucapan Erga terhenti saat melihat Dokter dan para Tim Medis berlari menuju ke ruangan Nadine.

“Dad ... Mommy!” pekik Maya.

Maya langsung berlari menyusul Dokter dan Tim Medis lainnya ke ruangan Nadine, namun seorang suster mencegah Maya untuk masuk. Nungki dan Laras juga keluar dari ruangan Nadine.

“Aku mau lihat Mommy, Sus!” pekik Maya.

“Tenang ya, Nona, kami semua sedang berusaha melakukan yang terbaik untuk Nyonya Nadine,” ucap Suster.

“Dad ... Mommy kenapa?” ucap Maya.

Erga memeluk Maya yang menangis, menenangkan gadis yang statusnya baru sehari menjadi anak tirinya itu. “Kita berdoa, semua Mommy baik-baik saja,” ucapnya sambil mengusap punggung Nadine.

“Nadine kenapa, Ma?” tanya Erga pada Laras.

“Tadi napasnya tiba-tiba tersengal, dan alat yang ada di sana bunyi, Mama takut sekali, akhirnya mama menekan Nurse Call. Mama takut sekali,” ucap Laras dengan wajah yang masih terlihat panik.

“May, tenang, ya? Tante Nadine pasti kuat kok, pasti sembuh,” ucap Nungki.

“Aku takut, Nung. Kalau Mommy kenapa-napa, terus pergi ninggalin aku, aku sama siapa, Nung? Aku Cuma punya Mommy,” ucapnya dengan terisak.

“May ... jangan bicara begitu, Sayang. Mommy akan baik-baik saja. Kamu ada Oma, ada Daddy, kamu tidak sendiri, Sayang.” Laras memeluk Maya. Ia begitu menyayangi Maya, seperti cucunya sendiri, bukan seperti cucunya lagi, bahkan Laras sudah menganggap Maya seperti anaknya sendiri.

“Aku Cuma punya Mommy, Oma. Aku takut,” ucapnya semakin terisak di pelukan Laras.

Pintu ruangan Nadine terbuka. Dokter dan juga Suster keluar dari ruangan tersebut.

“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” tanya Erga.

“Mommy baik-baik saja kan, Dok?” tanya Maya.

“Maaf, saya harus mengatakan ini semua. Kami memang masih berusaha melakukan yang terbaik untuk pasien, akan tetapi semua tergantung dengan kuasa Tuhan. Banyak berdoa untuk Nyonya Nadine. Sel Kankernya ganas, dan sudah menyebar ke seluruh pembuluh darahnya. Sekarang Bu Nadine sudah siuman, barangkali Tuan Erga dan Nona Maya ingin melihatnya, silakan masuk untuk melihat keadaannya,” ucap Dokter Regan.

“Terima kasih, Dok,” ucap Erga.

Erga langsung mengajak Maya untuk masuk ke dalam ruangan Nadine. Ia sudah ingin melihat orang yang sangat dicintainya membuka matanya. “Ayo masuk, May,” ajak Erga.

Maya berdiri di sebelah kiri tempat tidur Nadine, sedangkan Erga di sebelah kanan. Nadine tersenyum menatap mereka bergantian. Dua orang yang sangat Nadine cintai, dan Nadine sayangi.

“Mom ... kuat, ya? Mommy kan perempuan yang sangat kuat?” ucap Maya.

“Benar kata Maya, kamu harus sembuh, Sayang,” ucap Erga.

“Aku mau, kalian peluk aku,” pinta Nadine.

Erga dan Maya memeluk Nadine, Maya di sebelah kiri, dan Erga di sebelah kanan. Kedua tangan Nadine mengusap lembut kepala Erga dan Maya.

“May, nurut sama Daddy, ya? Kamu harus menghormatinya sebagai Ayahmu,” pinta Maya.

“Iya, Mom. Apa pun yang Mommy mau, Maya akan turuti semuanya asalkan Mommy sembuh, ya?” ucap Maya.

“Mommy tidak tahu, Sayang,” jawab Nadine.

Maya menatap wajah Mommy nya sambil memeluknya. Maya tahu ini adalah detik-detik terakhir dirinya memeluk Mommy nya.

“Er,” panggil Nadine lirih.

“Iya, Sayang,” jawab Erga dengan suara parau.

“Jangan nangis, aku tidak apa-apa, aku sudah tidak sakit. Sekarang, aku minta jaga Maya untukku, ya? Aku yakin kamu bisa menjaganya, aku titip Maya padamu, dan tolong yang semalam aku sampaikan, nanti sampaikan pada Maya juga,” ucap Nadine.

“Sayang ... aku akan jaga Maya, sampai kapan pun, tapi kamu harus sembuh, ya? Kita ke Luar Negeri, ya? Berobat di sana, biar kamu ditangani Dokter yang terbaik, aku yakin kamu pasti sembuh, Sayang,” ucap Erga.

“Ti—tidak perlu. Aku sudah bahagia sekarang. Orang yang sangat aku cintai dan aku sayangi sekarang memelukku. Aku sudah tidak sakit lagi, Sayang,” ucap Nadine.

“Tapi kamu harus berobat lagi, Sayang?” ucap Erga.

“Tidak perlu, Sayang,” ucap Nadine. “Er, aku sangat mencintaimu, terima kasih untuk semuanya. Maaf di awal pernikahan kita, aku malah begini, mengecewakan kamu, Er.”

“Aku juga sangat mencintaimu, Sayang. Sudah jangan bicara begitu, aku bahagia memilikimu,” ucap Erga.

Erga dan Maya masih memeluk Nadine. Tangan Nadine pun masih mengusap kepala Erga dan Maya. Perlahan usapannya semakin pelan, dan tangan Nadine terjatuh lemas, bunyi alat di ruangan terdengar begitu menakutkan di telinga Erga dan Maya. Laras dan Nungki yang melihat dan mendengarnya langsung memanggil Dokter dan Tim Medis lainnya.

“Pulanglah dengan tenang, Sayang,” ucap Erga sambil memeluk Nadine, dan merasakan denyut nadi Nadine sudah tidak ada. “Aku ikhlas kalau kamu sudah tidak sakit lagi, aku sangat mencintaimu,” ucap Erga.

“Kenapa Mommy pergi secepat ini? Mommy kan pernah bilang, kalau Maya sudah bekerja, nanti Maya akan ajak Mommy jalan-jalan keliling Dunia. Besok Maya kerja, Mom. Kok Mommy malah ninggalin Maya? Maya sendirian, Mom,” ucap Maya dengan terisak dan memeluk Nadine.

“Permisi  biar saya cek pasien dulu, Tuan, Nona,” ucap Dokter Regan.

Maya langsung berhambur di pelukan Nungki, begitu juga dengan Erga, dia memeluk erat Mamanya. Membiarkan Dokter memeriksa keadaan Nadine.

“Mohon maaf, kami sudah melakukan yang terbaik, dan semaksimal mungkin, akan tetapi Tuhan berkehendak lain, Nyonya Nadine tidak bisa kami selamatkan,” ucap Dokter Regan.

“Mommy!” pekik Maya lirih dengan erat memeluk Nungki.

“Sabar ya, May,” ucap Nungki menenangkan Maya.

“Aku gak punya siapa-siapa lagi, Nung,” ucap Maya.

“Ada aku, ada Oma, dan Daddy kamu. Sudah ya ayo keluar, biar Suster mengurus Jenazah Tante Nadine,” ucap Nungki.

^^^

Pagi harinya, setelah Jenazah Nadine dimakamkan, Maya hanya diam di kamarnya. Dia tidak mau keluar kamar sampai menjelang siang. Ia masih tidak menyangka kalau Mommy nya akan pergi secepat itu. Nungki dari tadi berusaha menghibur Maya, dan membujuk Maya untuk makan tapi tetap saja Maya masih belum mau makan. Padahal dari pagi Maya belum makan, dan sekarang sudah masuk jam makan siang.

“Ayolah, May? Jangan menyiksa diri begini, ya? Yuk makan, aku temani,” bujuk Nungki.

Maya hanya menggelengkan kepalanya saja, dan berkata belum lapar. Akan tetapi, Nungki tetap saja membujuk Maya, membawakan makanan untuk Maya ke dalam, dan memaksa Maya untuk makan, dengan menyuapinya. Akhirnya Maya mau makan, walaupun hanya beberapa suap saja.

Pun dengan Erga. Dia juga belum mau keluar kamarnya. Kamar pengantin yang masih terhias rapi. Kamar yang harusnya ia gunakan setelah pulang dari Hotel untuk malam pertamanya dengan Nadine. Erga masih memandangi foto Nadine, mengingat semua kenangan bersama Nadine.

^^^

Dua bulan berlalu, Maya sudah semakin berdamai dengan keadaan. Meskipun dia tinggal di rumah sendirian kadang bersama Nungki, akan tetapi Erga selalu mengawasinya, apalagi Maya bekerja di kantor Erga.

Maya terbangun tengah malam, perutnya terasa lapar. Pulang dari kantor ia langsung tidur karena sudah terlalu lelah.

“Astaga, Dad?!” pekik Maya melihat seseorang yang ada di dapur rumahnya. “Daddy ngapain di sini?” tanya Maya dengan tatapan nyalang.

“Ngecek dua gadis. Benar tengah malam pintu belum dikunci. Daddy kan bilang, harus ada securiti di sini, tapi kamu gak mau. Mulai besok Daddy akan meminta penjaga untuk menjaga rumah ini, dan asisten supaya rumahmu tidak berantakan,” ucap Erga.

“Gak perlu repot-repot, aku bisa melakukannya sendiri, Dad. Lagian Daddy kenapa harus ke sini sih? Sana pulang!” usir Maya.

“Kau mengusirku?”

“Hmmm ... aku gak sendirian kok, ada Nungki di sini,” ucap Maya.

“Kalian cewek semua, berdua. Gak ada ART, gak ada penjaga rumah. Biar Daddy tidur di kamar Mommy, sudah kamu istirahat sana,” ucap Erga.

“Aku lapar, pulang kerja langsung tidur. Salah sendiri meeting lama! Mana gak diajak makan?” gerutu Maya.

“Daddy sibuk setelah meeting, jadi gak ingat ajak kamu dan Nungki makan. Tapi ini sudah malam, jangan makan berat, makan buah saja. Sayang tubuhmu, May,” tutur Erga.

“Hmmm ... aku tahu. Sudah sana Daddy tidur, kunciin pintu depan sekalian!” perintah Maya.

“Sudah dari tadi,” jawab Erga sambil berjalan ke arah kamar yang dulu ditempati Nadine.

Maya tinggal di rumahnya sendiri setelah empat puluh hari meninggalnya Nadine. Memang saat itu Maya ikut tinggal di rumah baru Nadine yang dibelikan Erga, tapi Maya tidak betah tinggal di sana. Rumahnya terlalu besar, dan kurang nyaman untuk Maya. Jadi Maya memutuskan untuk kembali ke rumah peninggalan Mommy nya saja.

Episodes
1 Satu - Pernikahan Erga dan Nadine
2 Dua - Firasat Buruk Maya
3 Tiga - ICU
4 Empat - Kepergian Nadine
5 Lima - Sarapan Bersama
6 Enam - Mengungkap Rahasia
7 Tujuh - Naik Jabatan
8 Delapan - Pengganti Mommy
9 Sembilan - Pakaianmu Terlalu Ketat
10 Sepuluh - Lunch
11 Sebelas - Menikmati Mimpi
12 Dua Belas - Bagaimana Rasanya?
13 Tiga Belas - Awas Nanti Jatuh Cinta!
14 Empat Belas - Kram
15 Lima Belas - Sikap Erga Yang Berubah
16 Enam Belas - Jangan Panggil Daddy Lagi!
17 Tujuh Belas - Kekhawatiran Erga
18 Delapan Belas - Kalian Harus Segera Menikah
19 Sembilan Belas - Urgent
20 Dua Puluh - Aku Mencintai Ayahmu
21 Dua Puluh Satu - Kabur
22 Dua Puluh Dua - Sainganmu Berat
23 Dua Puluh Tiga - Daddy Nangis?
24 Dua Puluh Empat - Aku Masih Mencintaimu!
25 Dua Puluh Lima - Perdebatan Antara Erga dan Ehsan
26 Dua Puluh Enam - Apa Ada Lowongan?
27 Dua Puluh Tujuh - Bucin Akut
28 Dua Puluh Delapan - Cemburu
29 Dua Puluh Sembilan - Pasar Malam
30 Tiga Puluh - Aku Milikmu
31 Tiga Puluh Satu - Ih Kepo!
32 Tiga Puluh Dua - Bertemu
33 Tiga Puluh Tiga - Bekas Pelukan Mantan
34 Tiga Puluh Empat - Pengganggu Datang Lagi
35 Tiga Puluh Lima - Gaun Pernikahan Yang Kebesaran.
36 Tiga Puluh Enam - Ehsan Yang Cemburu
37 Tiga Puluh Tujuh - Dansa
38 Tiga Puluh Delapan - Ini Urusan Laki-laki.
39 Tiga Puluh Sembilan - Persiapan Yang Perfect
40 Empat Puluh - Belalai Anak Gajah Kecil
41 Empat Puluh Satu - Jenuh
42 Empat Puluh Dua - Membuka Lowongan
43 Empat Puluh Tiga - Membuat Teh Celup
44 Empat Puluh Empat - Bertemu Di Bandara
45 Empat Puluh Lima - Maya Yang Semakin Berani
46 Empat Puluh Enam - Masuk Angin
47 Empat Puluh Tujuh - Ikan Piranha Vs Ular Piton
48 Empat Puluh Delapan - Ada Apa Dengan Nungki?
49 Empat Puluh Sembilan - Hasil Yang Tidak Sesuai
50 Lima Puluh - Manusia Tulang Lunak
51 Lima Puluh Satu - Mami Sangat Setuju
52 Lima Puluh Dua - Melanjutkan
53 Lima Puluh Tiga - Cemburu Tanda Cinta
54 Lima Puluh Empat - Membatalkan Pertunangan
55 Lima Puluh Lima - Mempersiapkan Pernikahan
56 Lima Puluh Enam - Ngidam atau Ngerjain?
57 Lima Puluh Tujuh - Asinan Rambutan
58 Lima Puluh Delapan - Selamat Menempu Hidup Baru Ehsan & Nungki
59 Lima Puluh Sembilan - Hamil
60 Enam Puluh - Akhir Bahagia
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Satu - Pernikahan Erga dan Nadine
2
Dua - Firasat Buruk Maya
3
Tiga - ICU
4
Empat - Kepergian Nadine
5
Lima - Sarapan Bersama
6
Enam - Mengungkap Rahasia
7
Tujuh - Naik Jabatan
8
Delapan - Pengganti Mommy
9
Sembilan - Pakaianmu Terlalu Ketat
10
Sepuluh - Lunch
11
Sebelas - Menikmati Mimpi
12
Dua Belas - Bagaimana Rasanya?
13
Tiga Belas - Awas Nanti Jatuh Cinta!
14
Empat Belas - Kram
15
Lima Belas - Sikap Erga Yang Berubah
16
Enam Belas - Jangan Panggil Daddy Lagi!
17
Tujuh Belas - Kekhawatiran Erga
18
Delapan Belas - Kalian Harus Segera Menikah
19
Sembilan Belas - Urgent
20
Dua Puluh - Aku Mencintai Ayahmu
21
Dua Puluh Satu - Kabur
22
Dua Puluh Dua - Sainganmu Berat
23
Dua Puluh Tiga - Daddy Nangis?
24
Dua Puluh Empat - Aku Masih Mencintaimu!
25
Dua Puluh Lima - Perdebatan Antara Erga dan Ehsan
26
Dua Puluh Enam - Apa Ada Lowongan?
27
Dua Puluh Tujuh - Bucin Akut
28
Dua Puluh Delapan - Cemburu
29
Dua Puluh Sembilan - Pasar Malam
30
Tiga Puluh - Aku Milikmu
31
Tiga Puluh Satu - Ih Kepo!
32
Tiga Puluh Dua - Bertemu
33
Tiga Puluh Tiga - Bekas Pelukan Mantan
34
Tiga Puluh Empat - Pengganggu Datang Lagi
35
Tiga Puluh Lima - Gaun Pernikahan Yang Kebesaran.
36
Tiga Puluh Enam - Ehsan Yang Cemburu
37
Tiga Puluh Tujuh - Dansa
38
Tiga Puluh Delapan - Ini Urusan Laki-laki.
39
Tiga Puluh Sembilan - Persiapan Yang Perfect
40
Empat Puluh - Belalai Anak Gajah Kecil
41
Empat Puluh Satu - Jenuh
42
Empat Puluh Dua - Membuka Lowongan
43
Empat Puluh Tiga - Membuat Teh Celup
44
Empat Puluh Empat - Bertemu Di Bandara
45
Empat Puluh Lima - Maya Yang Semakin Berani
46
Empat Puluh Enam - Masuk Angin
47
Empat Puluh Tujuh - Ikan Piranha Vs Ular Piton
48
Empat Puluh Delapan - Ada Apa Dengan Nungki?
49
Empat Puluh Sembilan - Hasil Yang Tidak Sesuai
50
Lima Puluh - Manusia Tulang Lunak
51
Lima Puluh Satu - Mami Sangat Setuju
52
Lima Puluh Dua - Melanjutkan
53
Lima Puluh Tiga - Cemburu Tanda Cinta
54
Lima Puluh Empat - Membatalkan Pertunangan
55
Lima Puluh Lima - Mempersiapkan Pernikahan
56
Lima Puluh Enam - Ngidam atau Ngerjain?
57
Lima Puluh Tujuh - Asinan Rambutan
58
Lima Puluh Delapan - Selamat Menempu Hidup Baru Ehsan & Nungki
59
Lima Puluh Sembilan - Hamil
60
Enam Puluh - Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!