"Aku akan menemui Hana di tempat istirahatnya. Kamu pulang duluan atau masih mau nonton pertandingan yang lain?" tanya Okta pada Ueda.
"Aku masih mau nonton. Ya sudah kamu temui saja Hana sekarang. Nanti aku bisa pulang bersama teman yang lain" kata Ueda.
"Ok" Okta menepuk pundak sepupunya itu dan langsung menemui Hana.
Hana tampak sedang meminum jus buah saat Okta sampai di tempatnya. "Hai, Kapten. Silahkan duduk. Mau minum apa?" sapa Hana.
Okta duduk di sebelah Hana dan langsung merangkulnya. "Aku sedang tidak ingin minum. Selamat ya, Sayang. Kamu hebat sekali dalam pertandingan tadi!"
"Makasih, tapi perjuanganku masih jauh. Ini baru babak pertama"
"Aku akan selalu hadir untuk mendukungmu!"
"Makasih ya, Kapten. Tapi gimana latihan sepakbolanya?"
"Kami tidak ada pertandingan dalam satu Minggu ini. Jadi aku bisa mengatur selesai latihan lebih awal dan langsung kesini untuk menonton kamu bertanding"
"Baik banget, Kaptennya aku..."
Okta mengulurkan tangannya untuk meraba bibir Hana yang terlihat sedikit lecet, ternyata aksi kasarnya kemarin membuat bekas luka kecil di bibir Hana. "Sakit bibirnya, Sayang?" tanyanya dengan penuh penyesalan.
"Kemarin sakit, sekarang sudah tidak" jawab Hana.
"Kamu tidak marah?"
Hana menggeleng. "Tidak. Aku kan pacar kamu. Ciuman seperti apapun yang akan kamu lakukan kepadaku, aku akan menerima"
"Tapi kamu bisa menolak kalau kamu kesakitan"
"Aku kemarin sudah meronta dan melejang-lejang, tapi kamu tidak mau melepaskan aku"
Okta jadi nyengir, "Aku minta maaf. Tidak seharusnya aku menyakitimu seperti itu. Seharusnya aku bisa menahan diri. Aku janji tidak akan menyakitimu lagi"
"Beneran ya?"
"Iya, Sayang. Bagaimana kalau sekarang kita pulang?"
"Tapi Naka belum bertanding. Dia main pada match kelima hari ini"
Okta menghela nafas panjang. "Kamu mau melihatnya bertanding? Sekarang sudah sore! Bisa-bisa dia main malam hari!" kali ini Okta berkata dengan nada agak tinggi, tapi sayangnya Hana tidak menyadarinya.
"Iya, kan pertandingan badminton memang seperti itu. Satu pertandingan bisa mencapai sembilan puluh menit. Tadi Naka menonton pertandinganku dari samping ruang tunggu pemain. Masak aku tidak menonton pertandingannya? Kami kan satu tim"
"Kalau begitu aku pulang sekarang saja. Aku tidak mau menunggu sampai Naka selesai bertanding" Okta melepaskan rangkulannya dari bahu Hana.
"Ya sudah, kalau kamu tidak mau menonton pertandingan Naka, kamu pulang saja. Nanti aku pulang minta di jemput supir. Paling Naka main sekitar satu jam lagi"
Okta menggigit bibirnya sendiri! Kenapa Hana jadi seperti ini?! Biasanya dia paling peka kalau aku sedang kesal! Tapi kali ini Hana seperti buta akan perasaanku! Keterlaluan! Hana lebih memilih menonton pertandingan Naka daripada ikut pulang bersamaku!
"Aku akan pulang sekarang" kata Okta.
"Jangan dulu, Kapten! Kan Naka masih main sekitar satu jam lagi. Temani dulu aku disini ya?" kata Hana tiba-tiba memelas.
Sebegitu pentingnya kah Naka bagimu, Hana?!
Tapi Okta tidak bicara apapun. Okta menahan diri untuk menegur Hana karena tidak mau fokus Hana dalam bertanding jadi buyar. Tapi tidak mungkin juga membiarkan Hana menonton pertandingan Naka sendiri! Nanti Hana malah semakin dekat dengan Naka! Bagaimana kalau seusai pertandingan nanti Naka malah menawarkan diri untuk mengantar Hana pulang?!
"Ya sudah, kalau memang pertandingan Naka begitu penting untuk kamu, aku akan menemanimu sampai selesai. Tapi setelah itu kita langsung pulang!"
"Iya, Kapten! Makasih ya?" Hana senang sekali karena Okta mau menemaninya.
Pertandingan Naka di mulai sekitar pukul enam sore. Naka juga tidak mengalami hambatan yang berarti dalam menyelesaikan pertandingan pertamanya.
Sementara Okta sendiri tidak begitu memperhatikan jalannya pertandingan yang Naka lakoni, perhatian Okta justru tertuju pada Hana yang ada di sebelahnya. Gadis itu begitu menikmati jalannya pertandingan dan selalu berteriak saat Naka mendapatkan poin. Di akhir pertandingan malah Hana berdiri sambil bersorak gembira.
Okta geleng-geleng kepala. Baru kali ini Okta melihat bagaimana Hana bersorak mendukung sebuah pertandingan yang bukan di mainkan olehnya! Okta baru tahu kalau Hana bisa seantusias itu!
Benar-benar hari yang berat untuk Okta!
Seusai pertandingan Naka, Okta langsung meminta Hana untuk pulang bersamanya. "Ini sudah malam! Kita pulang sekarang juga dan tidak usah bertemu dengan Naka dulu?" katanya tegas.
"Siap Kapten Okta!" Hana menurut dan ikut pulang dengan mobil Okta. Sampai di rumah, kebetulan ada Mama di depan rumah dan langsung meminta Okta untuk mampir saat Okta menghampiri untuk mencium tangannya.
"Okta, kamu masuk dulu ya! Ini sudah malam. Kamu makan malam disini ya!" kata Mama.
"Gak usah, Tante. Aku juga belum mandi. Tadi selesai latihan sepakbola langsung ke tempat Hana bertanding" kata Okta.
"Ya kamu mandi disini saja! Sekarang sebaiknya kita segera makan malam bersama!"
"Ya sudah kalau begitu"
Okta pun ikut makan malam bersama keluarga Hana. Kebetulan sekali karena saat itu baik Okta maupun Hana sudah merasa sangat lapar.
"Makasih ya, Okta. Kamu sudah mengantarkan Hana pulang. Hari ini Om sibuk sekali di kantor jadi tidak bisa pulang lebih awal untuk melihat Hana bertanding" kata Papa.
"Iya, Om. Itu sudah menjadi kewajibanku" kata Okta.
"Ayo makan yang banyak! Kalian pasti hari ini sangat kelelahan! Setelah itu Okta boleh ikut mandi di kamar tamu yang ada di sebelah kamar Naka. Atau kamu mau sekalian menginap saja, Okta? Tante khawatir kamu kelelahan kalau langsung pulang" kata Mama.
"Apa boleh kalau aku menginap disini?" Okta tampak ragu tapi sebenarnya dia ingin sekali bisa bersama Hana malam ini.
"Boleh dong, Okta. Kamu kan pacar Hana. Naka saja boleh tinggal disini, masa kamu enggak? Tante akan siapkan kamar untuk kamu" Mama segera meminta asisten rumah tangga untuk menyiapkan kamar untuk Okta menginap malam itu.
"Kalau begitu aku akan mengambil baju ganti dulu di mobil. Sekalian mau menelepon ke rumah. Dari tadi Mom sudah terus mengirim pesan karena aku belum pulang dari sekolah"
"Iya, bilang saja sama Mama kamu kalau malam ini kamu menginap di rumah Hana"
"Iya Tante" Okta keluar sebentar untuk mengambil pakaian ganti di mobilnya sementara Hana segera pergi mandi.
"Kasian Okta, Pa. Dia sayang banget sama Hana. Mama tidak bisa membayangkan kalau Okta harus dipisahkan dari Hana karena perjodohan dengan Naka" kata Mama sedih.
"Iya, Ma. Tapi Hiro juga tidak memaksakan kita untuk menepati perjodohan itu. Hiro ingin Naka yang berusaha sendiri untuk mendapatkan Hana. Tidak lewat perjodohan" kata Papa.
"Sayangnya Hana cuma satu. Kalau ada dua bisa kita berikan satu untuk Naka"
"Mama ini ada-ada saja"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments