Naka berbaring di sisi Papanya dengan belaian-belaian lembut di rambut dari Mamanya. Dalam kebersamaan yang hangat bersama Papa dan Mamanya, Naka menceritakan tentang sekolahnya yang baru, teman-temannya juga ekskul badminton kegemarannya.
Naka tidak menceritakan tentang Hana dan Okta yang tidak pernah bersikap baik selama ini. Tapi satu hal yang tidak bisa Naka sembunyikan dari Papanya. Kalau Naka telah jatuh cinta pada Hana.
"Aku selalu bahagia kalau menatap Hana. Bisa berdekatan dan bicara dengannya, Pa" tutur Naka.
"Tapi Hana tidak tahu tentang perasaan kamu?"
Naka menggeleng, "Sepertinya tidak"
"Dan kamu tidak berusaha untuk menunjukkan perasaan kamu?"
"Aku tidak enak dengan Okta"
Akhirnya Naka pun terlelap dalam tidurnya. Mama segera menyelimuti putra kesayangannya itu. "Naka tidur seperti bayi" kata Mama.
"Dia memang tetap baby boy kita" kata Papa.
"Mama jadi kasihan pada Naka, dia mencintai Hana sementara Hana selalu bersama Okta"
"Papa ingin Naka berusaha sendiri untuk mendapatkan Hana. Walaupun begitu Papa akan membicarakan masalah ini pada Wira"
"Tentang perjodohan Naka dan Hana?"
"Ya, sekarang Papa akan menemui Wira. Mama jaga Naka ya"
"Ya Pa"
Papa Naka keluar dari kamar dan mencari Papa Hana yang ternyata ada di ruang keluarga bersama Mama Hana. Papa Naka langsung ikut duduk bersama mereka.
"Naka sudah tidur?" tanya Papa Hana.
"Baru saja. Dia kangen dengan pelukan Mamanya. Haha. Dasar anak manja" kata Papa Naka.
"Ya namanya juga anak satu-satunya. Hana juga seperti itu"
"Oya, mana Hana?"
"Baru saja masuk kedalam kamarnya. Hana baru mengantarkan Okta sampai halaman rumah karena Okta pamit pulang"
Mama Hana segera bangkit berdiri. "Aku akan buatkan kopi untuk kalian"
Papa Hana dan Papa Naka pun ngopi berdua sementara Mama Hana masuk kedalam kamar. Papa Hana mengucapkan terima kasih pada sahabatnya itu karena sudah menerima Naka dengan baik selama dua bulan ini.
"Tidak usah sungkan-sungkan, Hiro. Kita kan sahabat sejati"
"Tapi aku bahagia karena kata Naka, kamu menganggap dia layaknya anak sendiri"
"Ya, aku memang sangat menyayangi Naka. Sama halnya seperti aku menyayangi Hana"
"Oya apakah Hana sudah serius dengan Okta?"
"Sepertinya begitu. Mereka sudah dekat semenjak di kelas XII ini"
"Kalau begitu tidak ada harapan untuk Naka" nada suara Papa Naka berubah sedih.
Papa Hana terkejut melihat bagaimana wajah sahabatnya berubah menjadi muram. "Hiro, apakah maksudmu, Naka memiliki harapan pada Hana?"
"Ya, Naka sudah bercerita kepadaku kalau dia mencintai Hana"
Ingatan keduanya pun kembali pada saat hari dimana Hana di lahir kan. Bagaimana saat itu Naka yang masih berusia enam bulan begitu antusias untuk menyentuh pipi Hana yang merah. Walaupun beberapa kali Mama Naka menarik tangan mungil Naka tapi lagi-lagi bayi Naka ingin menyentuh pipi bayi Hana yang baru saja lahir.
Saat itulah tercetus ide untuk menjodohkan mereka berdua suatu saat nanti dan akhirnya takdir mempertemukan mereka tapi disaat Hana sudah punya pilihan hati, Okta.
"Sepertinya kita terlambat untuk mempertemukan Hana dan Naka, sekarang Hana telah memiliki pilihan hati yaitu Okta" kata Papa Naka.
"Tapi Hana dan Okta belum tentu juga berjodoh. Mereka masih sangat muda" kata Papa Hana.
"Ya, aku juga berpikir seperti itu. Biar Naka berusaha sendiri untuk memenangkan hati Hana walaupun dia harus bersaing dengan Okta. Tapi aku merasa sedih membayangkan bagaimana perasaan Naka melihat terus menerus Hana bersama Okta"
"Aku minta maaf, Hiro. Aku tidak bisa membatasi pergaulan Hana dan Okta. Tiba-tiba saja Hana membawa Okta ke rumah dan memperkenalkan sebagai teman dekatnya saat awal-awal naik ke kelas XII"
"Kamu tidak bersalah, Wira. Bagaimanapun juga Okta adalah seorang pemuda yang menarik. Dia tampan, ketua OSIS dan juga Kapten tim sepakbola sekolah"
"Naka juga tidak kalah tampan dengan Okta"
"Ya, tapi Hana sudah lebih dulu mengenal Okta dan kemudian dekat dengannya. Aku sebenarnya tidak akan mempersalahkan Hana bersama Okta jika saja Naka tidak memiliki perasaan pada Hana. Biarlah rencana perjodohan mereka selesai tanpa adanya kejelasan. Tapi masalahnya... Naka menginginkan Hana..."
*******
Keesokan harinya keluarga Naka dan keluarga Hana sarapan bersama. Hari itu Naka akan pulang sementara ke rumahnya bersama Papa dan Mamanya yang akan menetap selama satu Minggu kedepan untuk mendampingi Naka mengikuti turnamen badminton perseorangan.
Sudah menjadi sebuah kebiasaan jika Naka sedang bertanding, Papanya akan selalu mendampingi.
Okta juga datang ke rumah Hana untuk menjemput Hana yang saat itu baru selesai sarapan. Okta di tawari untuk ikut sarapan bersama tapi dia menolak karena sudah makan di rumahnya.
"Kalau begitu aku buatkan kopi ya?" kata Hana.
"Boleh, Sayang" kata Okta seraya menyentuh tangan Hana dan meremasnya perlahan.
Tatapan mata Hana dan Okta saling bertemu dan terlihat sekali binar diantara keduanya.
Papa Naka spontan melirik putranya yang hanya bisa menatap kebersamaan Hana dengan Okta dengan tatapan sedih dan senyuman yang di paksaan. Hati seorang Papa pun gundah melihat kesedihan putranya.
"Kamu harus kuat, Naka! Ayo kejarlah impianmu! Buktikan kalau kamu masih bisa memenangkan hati Hana dari Okta!" batin Papa Naka.
"Kalian mau kemana?" tanya Mama pada Okta dan Hana yang duduk bersebelahan.
"Katanya Tuan Putri mau menjalani perawatan di salon. Jadi aku diminta untuk menemani" kata Okta sambil tersenyum melirik Hana.
"Ih apaan sih?! kamu kok yang mau potong rambut! Kok aku yang di jadikan alasan?!" protes Hana sambil melotot kearah Okta.
"Tapi perawatan di salon ada baiknya. Jangan terlalu jauh kalian berpergian hari ini! Besok kamu ada latihan terakhir sebelum turnamen, Hana. Kamu tidak boleh kelelahan!"
"Ya, Mama. Aku akan seharian menemani Kapten di salon"
"Bisa saja kamu! Aku kan cuma potong rambut. Kamu yang pastinya seharian disana!" kata Okta lalu melirik kearah Naka. "Apakah kamu mau ikut bersama kami, Naka?" tanyanya.
Naka agak terperangah karena tidak biasanya Okta mengajaknya jika akan pergi berkencan dengan Hana. "Aku... Aku tidak bisa. Aku akan pulang ke rumah sekarang bersama Papa dan Mama" jawab Naka akhirnya.
"Oh, kamu mau pulang ke rumahmu?"
"Ya, sampai selesai turnamen badminton, aku akan kembali tinggal di rumahku"
"Aku akan selalu datang ke stadion untuk memberikan dukungan untuk kamu dan Hana. Kalau perlu aku bawa semua anggota tim sepakbola sekolah kita sebagai suporter!"
"Wah... Apakah boleh melewatkan latihan sepakbola untuk menonton pertandingan badminton?"
"Boleh saja, aku kan kaptennya! Hana juga selalu ada jika aku bertanding. Maka sekarang adalah giliranku berada di garis terdepan untuk memberikan dukungan kepadanya!" Okta menatap Hana lembut dan Hana langsung memeluk lengan Okta.
"Makasih ya, Kapten!" kata Hana senang.
Naka ikut tersenyum. Senyum yang di paksakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments