...Naka merasa kaget karena tiba-tiba pintu kamar terbuka dan menjatuhkan kursi yang sedang di naiki nya sehingga terguling yang menyebabkan tubuhnya jatuh menimpa tubuh Hana. Bodohnya lagi setelah itu Naka tidak langsung bangkit dari tubuh Hana melainkan terpaku sebelum akhirnya Hana marah dan meminta Naka menyingkir dari atas tubuhnya!...
"Maaf, Hana. Aku tidak sengaja" kata Naka gugup dan tidak tahu harus berbuat apa saat melihat Hana begitu kesal!
"Kenapa kamu harus naik ke atas kursi yang ditaruh dibelakang pintu?! Setidaknya kamu kunci dulu pintunya! Bodoh!" bentak Hana.
"Aku cuma sedang memasang hiasan selamat datang untuk menyambut kedatangan orang tuaku. Maaf ya..."
"Menyebalkan!"
"Apakah ada yang sakit?"
"Tentu saja sakit!" Hana masih mengibaskan tangannya di seluruh tubuhnya dengan kesal!
"Ada yang bisa ku bantu?"
"Tidak ada sama sekali! Tadinya aku datang kesini untuk membantu pekerjaan mu! Tapi sekarang rasanya tubuhku sakit semua!"
"Sekali lagi aku minta maaf..."
"Kalau Okta sampai tahu...!"
"Ya tidak usah beritahu dia!"
"Dasar ya kamu ini! Selalu aja merepotkan aku!" Hana melotot dan matanya bertemu lagi dengan mata Naka. Mata Naka yang memandang dengan penuh ketulusan.
Dan entah kenapa Naka terlihat manis saat ini... Apakah Hana salah lihat? Apakah karena tubuhnya jatuh terbanting kelantai dengan tubuh Naka diatas nya sehingga membuat Naka terlihat manis? Ataukah Naka memang manis dan Hana baru menyadarinya?!
Sialan! Kenapa aku jadi berdebar-debar seperti ini! Pasti karena Naka jatuh menindih tubuhku! Dasar kurang ajar! Bagaimana aku mengatakan pada Okta? Tidak mungkin! Aku memberikan Naka minuman saja Okta kesal bukan main! Apalagi kalau sampai dia tahu kalau Naka menindih tubuhku! Tidak dapat aku bayangkan!
Sore harinya keluarga Naka tiba di kediaman keluarga Hana. Papa dan Mama Naka sangat bahagia bisa bertemu dengan putra mereka kembali setelah hampir dua bulan lamanya terpisah. Mereka memeluk dan menciumi Naka seolah Naka adalah bocah yang masih kecil.
Diam-diam Hana merasa kagum juga melihat bagaimana cara orang tua Naka memperlakukan putranya. Walaupun Naka adalah seorang cowok, tapi dia terlihat sangat dekat dan manja pada Papa Mamanya.
Papa Naka juga membawakan banyak oleh-oleh untuk keluarga Hana. Bahkan ada oleh-oleh untuk Okta juga. Hana jadi merasa tidak enak karena selama ini kurang bersahabat dengan Naka malahan Hana dan Okta tidak pernah membantu Naka di sekolah barunya. Hana dan Naka seolah mengabaikan Naka dan tidak menganggap Naka ada.
Pukul tujuh malam Okta hadir di rumah Hana untuk ikut makan malam bersama. Okta juga sampai terheran-heran saat Hana memberikan oleh-oleh dari Papa Naka yang ternyata adalah Hoodie klub bola kesukaan Okta, Bayern Munchen.
"Ini buat aku?" tanya Okta dengan raut wajah tidak percaya. Senyumnya lebar dan alisnya terangkat.
"Iya, itu untuk kamu, saudara laki-laki bagi Naka" kata Papa Naka.
"Bagus sekali" mata Okta sampai berbinar.
"Itu klub bola kegemaran kamu kan?" tanya Papa Naka.
"Iya, kok Om tahu?"
"Om kan tanya dulu pada Papa Hana. Klub bola apakah yang menjadi kegemaranmu. Setelah itu Om pesan langsung dari Jerman. Apalagi menurut Papa Hana, kamu ikut membantu Hana untuk mendekorasi kamar Naka dengan wallpaper bernuansa badminton"
"Makasih ya, Om"
"Sama-sama Okta"
Naka juga ikut tersenyum melihat Okta menerima hadiah dari Papanya. Satu lagi kekaguman muncul di hati Hana. Bagaimana Naka masih bisa tersenyum saat Papanya memberikan sebuah hadiah untuk orang lain sementara orang itu tidak pernah memperlakukan Naka dengan baik.
Apakah Naka tidak pernah menceritakan tentang Okta dan Hana yang tidak pernah memperdulikan nya selama ini? Padahal kalau mau Naka bisa saja bercerita tentang hal itu kepada Papanya saat mereka menelepon.
Hana saja marah sekali saat Papanya membelikan Naka sebuah raket baru. Tapi sebaliknya kini Papa Naka yang membelikan Hana sepatu olahraga merk ternama keluaran terbaru.
Dan Naka terlihat ikut bahagia. Membuat wajahnya semakin terlihat manis.
Selesai makan malam bersama, Naka memiliki waktu bertiga bersama keluarganya. Mereka langsung berkumpul bersama di kamar tamu yang sudah di siapkan. Mereka melepaskan rindu dengan hangatnya didalam kamar itu. Saling bercerita dan bercanda.
Hana sendiri menemani Okta di taman samping rumah Hana dekat dengan kolam renang dan lapangan badminton. Tempat favorit mereka untuk pacaran jika Okta sedang berkunjung ke rumah Hana. Ada ayunan besi yang selalu menjadi tempat mereka bermanja-manja.
Hana menyandarkan kepalanya di bahu Okta dan sebaliknya Okta merangkul Hana dengan di iringi ayunan besi yang perlahan bergerak mengayun. Beberapa kali Okta menjatuhkan ciuman di rambut Hana.
"Papa Naka baik sekali ya" kata Okta di tengah kebersamaan mereka.
"Iya, aku juga di belikan sepatu olahraga"
"Waktu itu kamu tidak suka saat Papa mu membelikan hadiah untuk Naka"
"Ya, kalau aku tidak suka ya tidak suka!" Hana cemberut yang langsung di hadiahi ciuman mesra di pipinya.
"Jangan cemberut, Sayang! Aku jadi gemas dibuatnya!"
"Habisnya kamu gitu..."
"Ya aku cuma berpikir saja. Apa tidak sebaiknya kalau kita mulai bersahabat dengan Naka? Membantunya kalau dia ada kesulitan"
"Kan ada Peter. Asisten pribadi kepercayaan Naka"
"Aku merasa tidak enak saja pada Om Hiro"
"Ya itu terserah kamu, Kapten. Yang jelas aku tidak akan perduli pada Naka. Yang ada dalam pikiran ku cuma Kapten Okta!"
"Dasar gombal!" Okta mencium lagi pipi Hana.
Hana dengan gemas malah mencubit hidung Okta hingga kekasihnya itu kesakitan. "Aw!!! Sakit, Tuan Putri! Kamu ini gemas sekali dengan hidungku!"
"Aku memang belum pernah melihat hidung semenarik hidung kamu! Mancung tapi tidak terlalu besar!"
"Ya tapi bukan untuk di pencet sembarangan!"
"Kamu sendiri pertama kali tertarik kepadaku karena apa?"
"Hah?" Okta merasa gugup mendengar pertanyaan Hana itu. Karena saat pertama mendekati Hana, niat Okta hanyalah sekedar untuk memenangkan taruhan status Kapten dengan Ueda. Walaupun akhirnya Okta jadi cinta setengah mati pada gadis itu!
"Heh! Kok diam?" tanya Hana.
"Ah, aku. Aku tertarik kepada seluruh yang ada didalam dirimu! Aku memang tidak begitu memperhatikan kamu yang selalu dibicarakan para teman-temanku termasuk Ueda. Tapi setelah aku melihat kamu di minimarket itu, saat aku membelikan kamu minuman teh matcha kesukaanmu, saat itu juga aku telah jatuh cinta padamu, Hana"
Okta memeluk Hana. Menciumi wajah dan perlahan turun ke lehernya. Perlahan ciumannya pada leher Hana berganti dengan gigitan dan hisapan kecil.
"Sakit, Okta..." desah Hana sambil menggeliat.
"Biarkan aku jadi kumbang yang menghisap bunga karena kamu adalah Hana, bunga dalam bahasa Jepang" bisik Okta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments