Beberapa kali mengikuti ekskul badminton, Hana merasa sangat bersemangat. Kenapa juga selama ini aku meninggalkan badminton yang menjadi kegemaranku sejak lama? Apakah karena duniaku penuh dengan hal tentang Okta? Padahal Okta sendiri tidak pernah melarang ku...
Hana juga jadi punya kesempatan untuk mengenal Naka lebih dekat karena mereka kerap menjadi partner latihan. Hana jadi tahu kalau Naka adalah seorang pemain badminton yang hebat di sekolah lamanya. Naka selalu menjadi juara di setiap turnamen yang di ikuti nya. Dan kini Naka memiliki nilai lebih bagi Hana. Apalagi ternyata mereka memiliki idola yang sama, Super Dan, legenda badminton asal China.
Sikap Hana pun perlahan melunak dan mulai mau mengobrol dengan Naka. Walaupun masih jauh dari kata bersahabat. Hingga sore itu saat Naka kebetulan kehabisan air minum saat mereka selesai berlatih, tanpa sungkan Hana menyerahkan satu botol minuman teh matcha kesukaannya pada Naka.
"Nih, ambil punyaku" kata Hana.
"Gak usah, nanti aku beli saja didepan" kata Naka.
"Gak apa-apa! Ambil aja!" Hana melempar botol minuman dingin itu yang terpaksa di tangkap oleh Naka.
Saat itulah Okta melihat karena bertepatan saat akan menjemput Hana. Okta langsung merasa khawatir dan waspada karena melihat Hana sudah mulai menerima kehadiran Naka. Hati Okta bergejolak dan merasa tidak tenang. Apalagi saat itu Okta datang ke tempat Hana latihan bersama Ueda.
"Mereka mulai dekat rupanya" kata Ueda dengan nada julid.
"Baru kali ini aku melihat Tuan Putri ku memberikan minuman kesukaannya pada cowok lain!" kata Okta dengan perasaan semakin tidak enak.
"Hati-hati sepupuku, mungkin saja badminton mendekatkan mereka berdua. Mereka selalu latihan bersama dan memiliki waktu untuk saling mengenal lebih dekat"
"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!"
"Aku bisa melihat rasa ketertarikan yang besar dimata cowok itu! Siapa namanya? Naka Hiroshi?"
"Ya, aku juga bisa melihat hal itu! Lihat saja kalau dia sudah mulai berani mendekati Hana! Dia lupa kalau dia sedang berurusan dengan siapa?!"
Saat menghampiri Hana dan memeluk gadis itu pun, Okta mengirim tatapan tajam kepada Naka. Hana sendiri tidak menyadari kalau Okta melihat bagaimana dia melemparkan minuman dingin pada Naka.
Tapi Okta adalah tipe cowok yang tidak mau memendam perasaan tidak enaknya. Saat mengantar Hana pulang sekolah dengan mobilnya, Okta mengutarakan perasaannya pada Hana.
"Aku melihat tadi kamu memberikan minuman pada Naka" kata Okta saat mobilnya sudah sampai di halaman rumah Hana.
Hana langsung merasa bersalah. "Memangnya tidak boleh ya, Kapten?"
"Boleh saja kalau seandainya bukan kamu"
"Kapten tidak suka?"
Okta meraih jari-jari tangan Hana dan mendekapnya ke dada. "Tentu saja aku tidak suka. Aku cemburu. Aku tidak mau melihat Tuan Putriku memberikan perhatian pada cowok lain!"
Hana menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak memperhatikan Naka! Aku hanya reflek saja karena melihat dia kehabisan minuman! Maaf ya, Kapten"
"Tidak apa-apa, jangan di ulangi lagi ya!"
"Jangan marah ya? Aku janji tidak akan mengulanginya lagi!"
"Aku tidak akan pernah bisa marah pada kamu, bunga yang cantik!" Okta mendekati wajah Hana dan seperti yang mengandung magnet, bibir keduanya pun melekat erat dan sulit untuk di lepaskan.
*******
Pada hari di gelarnya turnamen badminton antar sekolah, orang tua Naka khusus datang dari Jepang. Setelah hampir dua bulan mereka tidak bertemu dengan putra kesayangannya, maka pertemuan kali ini akan terasa sangat spesial.
Mama sampai memasak berbagai macam hidangan khas Jepang untuk menyambut kedatangan orang tua Naka, bahkan Naka dan Hana di minta untuk bantu membereskan kamar tamu yang akan digunakan Papa dan Mama Hana.
Hana merasa sangat dongkol karena seharusnya weekend ini bisa pergi bersama Okta, tapi Mama meminta dengan sangat agar Hana tidak kemana-mana hari ini. "Tidak apa-apa kan kalau sehari ini saja kamu tidak pergi dengan Okta? Bantu Mama dan Naka untuk mempersiapkan sambutan untuk Papa Mama Naka" pinta Mama.
"Tapi malamnya Okta boleh aku ajak makan malam bersama juga kan, Ma? Masak malam Minggu ini aku gak ketemu Okta?" kata Hana.
"Iya, boleh. Lagipula hanya hari ini kok. Besok pagi Naka akan dibawa ke rumahnya lagi dan untuk sementara Naka akan tinggal kembali dengan orang tuanya dan sampai satu Minggu kedepan"
"Ya sudah. Aku nanti telepon dulu Okta"
Hana menelepon Okta dan mengatakan kalau hari ini tidak bisa pergi keluar dengan Okta. "Jadi nanti malam Papa dan Mama Naka akan datang dari Jepang. Mereka akan membawa Naka tinggal bersama mereka selama seminggu ini. Kamu mau kan ikut makan malam bersama kami?"
"Ah aku malu. Aku kan cuma orang luar"
"Ih kok gitu?! Kamu bukan orang luar! Kamu kan pacar aku"
"Aku datang besok pagi saja"
"Kalau kamu gak ikut, aku juga gak mau! Aku tidak akan turun untuk makan malam bersama keluarga Naka!"
"Lho kok gitu?"
"Kalau perlu aku manjat pagar buat bisa ketemu sama kamu!"
"Jangan begitu ah! Kamu tidak boleh melakukan hal nakal seperti itu! Aku akan datang ke rumah kamu nanti malam untuk ikut makan malam"
"Nah gitu dong, Kapten ku sayang!"
"Tapi ada syaratnya!"
"Apa?"
"Besok kamu bisa pergi jalan-jalan bersamaku!"
"Oke, aku janji!"
...Hana menutup teleponnya dan menuju kamar tamu untuk membantu Naka membereskan kamar itu. Tapi baru saja Hana masuk kedalam kamar, tiba-tiba pintunya membentur sebuah kursi yang ternyata ada didalam kamar sehingga kursi tersebut jatuh terguling di lantai! Dan bukan hanya sebuah kursi! Ada juga tubuh Naka yang ikut terjatuh sehingga menubruk tubuh Hana dan membuat tubuhnya jatuh kelantai dengan tubuh Naka berada tepat di atasnya!...
"Arkhh...!!!" Hana memekik keras saat tubuhnya jatuh di lantai dengan tubuh Naka diatas nya! Wajah Naka sangat dekat dengan wajahnya sehingga membuat nafas Naka terasa berhembus di wajahnya. Wangi dan hangat!
Naka sendiri malah diam terpaku menatap wajah Hana yang ada dibawah tindihan tubuhnya! Naka seperti tersihir oleh kecantikan wajah Hana dengan mata bulat gadis itu yang berputar-putar ketakutan!
"Naka! Kenapa diam saja! Pergi dari atas tubuhku!" teriak Hana akhirnya!
"Astaga! Maaf Hana!" seru Naka dan langsung bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu Hana berdiri.
Hana tidak menyambut uluran tangan Naka melainkan segera bangkit berdiri sendiri sambil mengibaskan tangannya di seluruh tubuh seolah-olah sedang membersihkan debu-debu yang menempel di pakaian nya!
"Keterlaluan kamu, Naka! Beraninya kamu menjatuhkan diri diatas tubuhku! Okta saja belum pernah menindih aku seperti itu!" geram Hana dengan wajah yang merah!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments