"Aku akan mengikuti turnamen badminton perseorangan, bolehkah Kapten?" kata Hana saat bersama Okta keesokan harinya. Saat itu mereka sudah seharian bermain di sebuah pusat perbelanjaan dan minum kopi bersama pada sorenya.
"Boleh saja, kapan aku melarang Tuan putri mengikuti kegiatan yang di sukai nya?" kata Okta seraya mencubit pelan pipi Hana.
..."Terima kasih, Kapten. Aku akan mulai mempersiapkan diri untuk hal itu. Tapi aku berjanji aku akan selalu menemanimu saat melakoni pertandingan sepakbola"...
"Kalau begitu aku juga akan menemani kamu latihan kalau aku sedang tidak berlatih"
"Tidak usah, jadwal latihan tim sepakbola sekolah kan lebih padat"
"Tunggu dulu, apa yang menyebabkan kamu tiba-tiba saja ingin kembali aktif di ekskul badminton?"
"Tadi malam, Papa membelikan Naka sebuah hadiah raket baru! Karena Naka akan mengikuti turnamen badminton"
"Jadi kamu menginginkan sebuah raket baru juga? Aku akan belikan untuk Tuan Putri Hana yang cantik! Kamu mau raket merk apa? Mau berapa buah? Kita beli sekarang juga!"
Hana menggeleng sedih. "Bukan karena aku ingin raket baru, Kapten. Tapi aku tidak suka kalau Papa membelikan orang lain hadiah sementara aku tidak! Perhatian Papa sudah berlebihan pada anak Jepang itu!"
"Hai, aku juga anak Jepang!"
"Bukan, kamu itu cowok Jepang" Hana tersenyum geli.
"Apakah aku terlihat lebih tua kalau di bandingkan Naka?"
"Bukan. Kamu tinggi, kulitmu terlihat agak gelap, kamu punya otot-otot yang besar dan kharisma seorang Kapten! Sementara Naka, dia kecil, halus, terlalu putih dan pucat! Seperti bocah!"
"Jadi kamu iri pada Naka?"
"Bukan iri pada raket baru nya, tapi pada perhatian Papa yang telah dia rebut perlahan-lahan!"
"Sudah! Jangan bersedih, Sayang! Sini aku peluk" Okta memeluk Hana dan mengecup pipinya beberapa kali. "Aku selalu memperhatikan kamu. Hanya kamu! Jangan bersedih lagi ya?"
Hana mengangguk. "Jadi aku bertekad kalau aku harus bisa juara dalam turnamen badminton perseorangan itu! Akan aku buktikan pada Papa kalau aku bisa juara tanpa raket baru!"
Dan Hana pun mulai kembali aktif dalam kegiatan ekskul badminton di sekolahnya. Hana menemui pelatih dan mengatakan bahwa dia ingin mengikuti turnamen badminton perseorangan. Pelatih Hana tentu saja sangat senang karena Hana merupakan satu siswi yang sangat berbakat dan sering mendapatkan gelar juara saat di kelas X dan XI. Beda halnya setelah Hana menjadi kekasih Okta dan mulai meninggalkan badminton.
Naka sendiri begitu senang melihat Hana mulai kembali berlatih badminton. Naka melemparkan senyuman pada Hana tapi gadis itu membalas dengan tatapan dingin.
Saat jam istirahat latihan, Naka menghampiri Hana yang sedang menyeka keringatnya dengan handuk kecil. Naka menatap wajah Hana yang cantik dengan penuh rasa kagum. Selama ini Naka melihat Hana selalu berpakaian feminim layaknya seorang putri, tapi yang Naka lihat sekarang adalah seorang gadis muda dengan pakaian olahraga dan bercucuran keringat. Hana punya sisi lain yang amat menarik bagi Naka.
"Hana, kamu ikut latihan juga" kata Naka.
"Hem" Hana hanya bergumam.
"Mau minum?" Naka menyerahkan sebotol minuman dingin bersoda pada Hana.
"Gak usah. Aku sudah bawa sendiri" kata Hana menolak.
"Smash kamu tadi kencang sekali! Power nya luar biasa! Ternyata kamu hebat dalam permainan badminton. Aku senang sekali bisa melihat kamu latihan hari ini. Apakah kita bisa pulang bersama sore ini dan -"
"Hana pulang denganku!" tiba-tiba Okta muncul dan memotong kata-kata Naka.
Naka langsung mengumpat dalam hatinya! Bukankah sang Kapten juga seharusnya berlatih sepakbola hari ini? Tapi dia muncul disini dengan baju olahraga nya, berarti dia juga baru selesai latihan dan langsung meluncur kesini! Tentu saja Kapten Okta tidak akan membiarkan Tuan putrinya aku dekati!
"Kapten!" seru Hana dan wajahnya yang tadi serius langsung berseri-seri!
"Ya, Sayang" Okta menghampiri Hana dan memeluk tubuhnya.
Makan hati! rutuk Naka dalam hatinya!
"Sudah selesai latihannya?" tanya Hana.
"Belum sih sebenarnya, tapi aku berhenti latihan lebih awal"
"Padahal tidak usah seperti itu, biar aku yang ke tempat latihan kamu dan menunggu kamu"
"Kamu kan pasti capek sehabis latihan! Masak harus jalan jauh juga ke tempat aku latihan? Ya aku lah yang harus kesini!"
"Kapten baik sekali!" Hana balas memeluk Okta erat-erat.
Sekali lagi Naka terpaksa harus merutuk! Kenapa gadis itu bisa begitu manis saat berhadapan dengan Okta? Senyumnya tulus dan matanya berbinar. Sementara jika berhadapan denganku, dia langsung berubah menjadi boneka salju! Bahkan kadang menjadi ganas layaknya singa betina!
Kini setiap ekskul badminton menjadi amat berat bagi Naka, melihat bagaimana Hana selalu berlatih di temani Okta dan mereka bermesraan tanpa menghiraukan adanya Naka. Tapi tunggu dulu, kenapa hati Naka harus merasa keberatan? Memangnya dia siapa?
Hana sendiri menunjukkan kesungguhan untuk ikut dalam turnamen badminton dengan berlatih lebih giat. Walaupun jika Okta sedang bertanding, Hana tetap absen berlatih karena lebih mementingkan Okta. Tapi malam harinya Hana masih menyempatkan diri untuk berlatih di rumah karena kebetulan di samping kolam renang rumahnya ada tempat untuk bermain badminton yang menjadi olahraga kegemaran Papa dan Mama juga.
Kalau sedang berlatih di rumah, mau tidak mau Hana memerlukan Naka sebagai partner. Naka sendiri senang sekali bisa menemani Hana berlatih walaupun sikap Hana saat berlatih lebih layak di sebut sebuah pertandingan karena selalu begitu serius dan penuh ketegangan.
Suatu malam Papa menghampiri Hana yang sedang berlatih badminton bersama Naka. Papa membawakan mereka makanan ringan, coklat dan juga minuman segar.
"Hana, Naka. Ayo istirahat dulu. Kalian sudah berlatih sejak tadi!" seru Papa.
"Ya, Papa" kata Naka lalu berhenti berlatih untuk menghampiri Papa.
Hana ikut menghampiri Papa dan mengambil satu coklat batangan yang dibawa Papa. "Aku mau ini, Pa"
"Kenapa sih kalian harus latihan malam begini? Kan tadi sudah latihan di sekolah?" tanya Papa.
"Aku tadi tidak latihan karena menemani Okta bertanding" jawab Hana.
"Kamu serius ingin ikut dalam turnamen badminton perseorangan? Pelatih mu menghubungi Papa dan mengatakan bahwa kamu sudah mendaftarkan diri"
"Ya, aku serius. Makanya aku rajin berlatih"
"Kalau begitu Papa akan belikan kamu raket baru yang sama seperti yang Minggu kemarin Papa belikan untuk Naka"
Hana menggeleng. "Maaf, Pa. Aku gak mau. Raket ku masih bisa di gunakan apalagi selama ini aku jarang latihan. Lagipula kalau aku mau, Okta juga berniat untuk membelikan aku raket baru berapapun aku mau. Tapi saat ini aku ingin membuktikan bahwa aku bisa bermain bagus dan ikut turnamen walaupun hanya dengan raket lama yang jarang digunakan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments