Kulit wajah Hana yang putih menjadi merah saat mendengar kata-kata Naka! Merah segar yang biasanya hanya terlihat di pipinya kini merambat ke seluruh wajah dan sampai ke telinganya! Mata Hana membelalak menatap Naka dengan dua tangan yang terkepal. Saat itu posisi Hana dan Naka sudah saling berhadapan di depan piano.
"Apa kamu bilang?! Aku datang ke ruang ganti tim hanya untuk meladeni Okta berciuman?! Aku datang kesana lebih dari itu! Aku adalah mood booster buat Okta setelah dia lelah menjalani pertandingan full time! Jangan menilai sesuatu hanya lewat apa yang kamu lihat! Kamu tidak tahu sedalam apa perasaan Okta kepadaku! Kamu orang baru dalam kehidupanku!" tutur Hana dengan nada suara penuh amarah!
"Tapi kamu masih terlalu muda untuk melakukan ciuman seperti itu! Aku takut kalau nanti hubungan kalian terlalu jauh! Okta terlalu kasar dalam memperlakukanmu!" Naka bersikeras!
"Apa perduli kamu?! Aku menyukai setiap apa yang Okta lakukan terhadapku! Kami hanya sekedar berciuman! Bukankah itu hal yang wajar?! Dia bahkan baru berani mencium ku sekitar satu bulan yang lalu saat usia kebersamaan kami baru menginjak enam bulan!"
"Satu bulan lalu? Apakah saat kamu meninggalkan aku di pelataran parkir restoran ketika kita baru saja berkenalan?"
"Ya! Tepat sekali. Aku malam itu merayakan hari jadi enam bulan bersama Okta! Jadi bagiku Okta cukup baik dalam memperlakukan ku! Kamu terlalu naif kalau berpikir aku masih terlalu muda untuk melakukan hal itu! Beberapa temanku bahkan sudah sering membuat bayi dalam hubungan mereka dengan pacarnya!"
"Tapi Hana"
"Sudah! Pergi sana pergi!" Hana kehabisan kesabaran dan mendorong Naka hingga keluar dari ruang keluarga dan membanting pintu di hadapannya!
Naka hanya bisa mengelus dada.
Sementara Hana bukan main kesalnya karena sikap Naka tadi. "Keterlaluan! Bukannya minta maaf karena kemarin telah lancang memasuki ruang ganti tim tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, malah menasehati ku untuk tidak berciuman dengan Okta! Memangnya Naka itu siapa aku?! Saudara bukan, Kekasih bukan! Menyebalkan!" rutuk Hana!
Dan ternyata hari itu Papa membelikan hadiah sebuah raket badminton Merk terkenal untuk Naka. Hadiah itu di berikan kepada Naka saat mereka selesai makan malam bersama. Sementara Hana tidak dibelikan. Baru kali ini selama delapan belas tahun menjadi anak Papa, Papa membelikan hadiah untuk seseorang selain dirinya.
Hana menatap raket di tangan Naka dengan tatapan dingin. Papa pilih kasih! Papa lebih menyayangi Naka sekarang! Papa lebih mementingkan Naka dan membelikan anak Jepang itu hadiah tanpa membeli juga untukku!
"Hana tidak di belikan juga, Pa?" tanya Naka bingung.
"Sok perduli! Pasti kamu senang aku tidak di belikan oleh Papa!" batin Hana.
"Hana kan sudah jarang aktif di ekskul badminton sekolah. Pelatihnya bicara pada Papa kalau Hana lebih sering mangkir dari latihan dan memilih menemani Okta bertanding. Iya kan, Hana?" Papa melirik Hana.
Wajah Hana sudah terlihat merah. Wajah Hana yang berkulit putih memang mudah sekali menjadi merah. Entah karena senang, malu, ataupun marah.
"Ya, aku memang beberapa kali mangkir dari latihan. Maaf, Pa. Aku tidak mungkin menolak permintaan Okta untuk menemaninya bertanding" kata Hana.
"Nah jadi pasti raket Hana masih bagus dan tidak perlu dibelikan dulu yang baru, kecuali Hana mulai aktif bermain lagi. Beda dengan Naka. Naka bulan ini akan ikut turnamen" kata Papa.
"Oh begitu, jadi itu alasan Papa tidak membelikan aku raket juga?" tanya Hana dingin.
"Ya, Papa rasa belum perlu"
Hana berdiri dan pamit untuk masuk lebih awal ke kamarnya. "Maaf Pa, Ma. Aku masuk kamar duluan! Aku sudah kenyang! Besok pagi aku akan pergi bersama Okta"
"Ya, Hana. Selamat malam, Sayang" kata Papa.
Sayang?! Papa hanya sayang pada Naka!
"Jangan lupa minum vitamin ya, Hana" kata Mama.
"Ya, Ma"
Naka merasa tidak enak karena merasa kalau Hana sengaja masuk kamar duluan karena marah. Naka memang senang mendapatkan raket baru tapi tidak adil juga rasanya untuk Hana. Bagaimanapun Hana pasti ingin juga raket baru. Naka bisa melihat dari raut wajah Hana.
"Papa, Mama. Apa sebaiknya aku memberikan raket ini pada Hana? Kasihan Hana ingin raket baru juga sepertinya" kata Naka.
"Tidak apa-apa, Naka. Hana sudah punya tujuh buah raket yang masih bagus-bagus" kata Papa.
"Aku jadi tidak enak hati"
"Naka, apakah selama satu bulan ini Hana belum memperlihatkan sikap bersahabat kepada kamu?" tanya Mama.
"Hana cukup baik kok, Ma" Naka berbohong karena selama ini justru Hana selalu dingin dan memperlihatkan sikap tidak senang kepadanya.
"Oh ya? Sepertinya kalian jarang ngobrol berdua"
"Tapi Hana baik kok! Di sekolah juga! Okta juga baik"
"Syukurlah kalau begitu. Mama kadang khawatir kalau kalian tidak bisa akrab"
Malam harinya didalam kamar, Papa dan Mama bicara serius berdua tentang Hana dan Naka. Tentang perjanjian lama antara Papa Hana dan Papa Naka sejak mereka berdua masih bayi.
"Papa jadi khawatir tentang Hana dan Naka. Mereka sepertinya masih belum bisa dekat. Terlebih ada Okta di antara mereka berdua" kata Papa.
"Memangnya harus ya, Pa? Kita menjodohkan Hana dengan Naka?" kata Mama.
"Iya, Ma. Bagaimanapun juga kita banyak berhutang budi pada Hiro. Sejak Papa kuliah di Jepang dan tinggal menumpang di rumah keluarganya. Keluarga Hiro yang selalu membantu Papa. Juga saat Mama melahirkan Hana, saat itu usaha Papa baru saja di rintis dan kita kehabisan uang karena semua simpanan sudah di jadikan modal. Apalagi waktu itu Hana lahir dengan cara operasi Caesar. Kalau Hiro tidak menolong kita waktu itu, Papa tidak tahu bagaimana ceritanya"
"Iya, Pa. Waktu Hiro dan Yuki menengok Mama yang baru melahirkan Hana, walaupun bercanda tapi Mama merasa kalau mereka memang menghendaki perjodohan antara Hana dan Naka. Tapi sayangnya kini telah ada Okta dalam kehidupan Hana. Okta dan Hana juga saling mencintai satu sama lain"
Papa kembali teringat peristiwa itu, saat Hana baru lahir dan keluarga Hiro menengok ke rumah sakit dengan membawa Naka yang baru berusia tiga bulan. Mereka berencana untuk menjodohkan anak mereka saat sudah dewasa nanti. Agar persahabatan mereka bisa menjadi persaudaraan yang lebih erat lagi di tambah memang saat itu kelahiran Hana membutuhkan banyak biaya dan di bantu oleh keluarga Naka.
Tapi kini kenyataannya telah berbeda. Hana telah memiliki pilihan hati yaitu Okta. Sementara keluarga Naka sepertinya masih menghendaki perjodohan itu. Terbukti dari mereka menitipkan Naka dan juga perusahaan keluarga mereka yang berada di Indonesia kepada Papa Hana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments