Hari sudah hampir gelap dan Hana masih belum pulang ke rumah karena Naka melihat mobil Okta masih ada di pelataran parkir sekolah. Konyol sekali sebenarnya perbuatan Naka, setiap hari memperhatikan mobil Okta untuk memastikan apakah Hana sudah diantar pulang? Kalau mobil Okta sudah terlihat meninggalkan pelataran parkir, barulah Naka bisa tenang pulang ke rumah.
Naka pun mulai merasa khawatir. Padahal pertandingan sepakbola Tim sekolah telah selesai hampir satu jam yang lalu dengan kemenangan di pihak Tim Okta. Tapi kenapa Hana dan Okta belum juga pulang? Apalagi Hana tidak mengangkat telepon ataupun membalas pesan WhatsApp. Naka tidak bisa menahan rasa khawatirnya dan memilih untuk turun dari mobilnya untuk pergi menuju lapangan tempat pertandingan.
Sepi... Sudah tidak ada siapa-siapa disana. Naka memutar otaknya dan berinsiatif untuk mencari Hana di markas tim sepakbola sekolah mereka. Disana Naka melihat Airin yang sedang berjalan sendiri di koridor. Gadis itu tampak berjalan sambil menunduk.
"Hai, maaf. Kamu manager tim sepakbola sekolah kan?" sapa Naka sambil bertanya.
"Ya" jawab Airin lesu, "Kamu siapa? Ada perlu apa?"
"Dimana Kapten Okta berada sekarang?"
"Sedang berduaan dengan kekasihnya"
"Jadi Hana masih disini?"
"Ya, tunggu sebentar! Kamu mengenal Hana?"
"Aku sahabatnya, kami satu kelas"
"Oh, jadi kamu sahabatnya Hana? Ya sudah, sekarang cepat kamu temui Hana di ruang ganti tim di ujung koridor ini, sebelah kanan pintunya"
"Terima kasih"
"Ya, sama-sama"
"Oya, aku Naka Hiroshi"
"Naka Hiroshi? Kamu ada keturunan Jepang?"
"Iya, aku memang berdarah Jepang"
"Aku baru tahu kalau di sekolah ini ada seorang siswa yang berdarah Jepang selain Okta dan Ueda"
"Aku memang murid baru. Jadi begini" Naka pun secara singkat menceritakan tentang hubungannya dengan keluarga Hana.
"Oh... Jadi kamu tinggal di rumah Hana?" kata Airin.
"Ya begitulah. Sudah dulu ya. Aku akan menyusul Hana dulu. Aku tidak bisa pulang ke rumah dengan tenang kalau Hana juga belum pulang"
"Oke"
Naka bergegas menuju ruang ganti yang sudah diberitahukan letaknya oleh Airin. Tanpa pikir panjang Naka langsung membuka pintunya dan matanya membelalak saat menyaksikan bagaimana Okta yang berbaring dengan kepala berada diatas pangkuan Hana dan Hana sendiri merunduk mengikuti rangkulan tangan Okta di lehernya untuk meladeni ciuman cowok itu yang bagi Naka terlalu buas sehingga menyebabkan rasa ingin muntah!
Ciuman Okta dan Hana otomatis berhenti dan keduanya menatap Naka yang bengong di depan pintu.
"Naka!" seru Hana seraya menyeka bibirnya yang tampak basah dan sedikit membengkak.
"Maaf, aku tidak sengaja untuk melihat kalian. Aku pergi dulu" kata Naka dan langsung berbalik hendak pergi dari sana.
"Tunggu!" seru Okta dan bangkit dari berbaring nya untuk segera menghampiri Naka. Mata Okta berkilat menatap Naka. Naka tahu persis Okta sedang marah besar!
"Maaf, a... aku" Naka terbata-bata.
"Memangnya kamu tidak bisa masuk kedalam ruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu?!" bentak Okta.
"Aku minta maaf, Okta. Aku begitu khawatir karena Hana belum pulang padahal pertandingan sepakbola sudah selesai sejak tadi"
"Hana itu kekasihku! Dia ada bersamaku dan menjadi tanggung jawabku! Kamu tidak usah sok perduli karena itu bukan urusanmu! Hana aman bersamaku!"
"Iya, aku memang salah. Aku merasa khawatir karena aku dan Hana tinggal bersama"
"Sekarang pergi dan jangan pernah mengusik aku dan Hana lagi! Selama berada denganku, maka Hana ada dibawah kekuasaanku! Aku kekasihnya dan sementara kamu itu siapa? Kamu hanya seorang anak malang yang di tinggal pergi oleh kedua orang tuamu dan terpaksa hidup menumpang di rumah Hana! Jangan karena menumpang maka kamu berniat menjadi benalu dalam kehidupan Hana!"
Naka merasa ucapan Okta seperti menamparnya! Maka tanpa menunggu lama, Naka segera berlalu meninggalkan ruang ganti tersebut. Naka kembali ke pelataran parkir dan masuk kedalam mobilnya.
Entah kenapa mata Naka terasa panas dan dadanya terasa sakit. Rasanya ingin sekali menghajar Okta yang sudah berbuat seperti itu pada Hana! Merangkul leher gadis cantik itu agar kepalanya menunduk dan melayani ciumannya yang kasar!
Aku cemburu?! Pikir Naka. Ya Tuhan kalau memang rasanya cemburu sesakit ini, aku memilih untuk tidak pernah jatuh cinta saja! Apalagi kalau gadis yang aku cintai tidak menaruh perasaan sedikitpun kepadaku!
Setelah satu bulan lamanya Naka tinggal di rumah keluarga Hana, baru kali ini Naka merasa kalau dia memang telah jatuh cinta pada Hana walaupun dari awal Naka sudah menduganya hal itu. Hari ini saat melihat bagaimana Okta mencium Hana di depan matanya, rasanya Naka seperti hancur!
Aku tahu aku tidak sepantasnya bersedih seperti ini! Aku bukan siapa-siapa untuk Hana dan tidak berarti sama sekali untuknya walaupun hanya untuk sekedar menjadi sahabat. Aku tidak sebanding dengan Okta. Aku hanya seorang cowok biasa yang menumpang di rumah keluarga Hana! Benar kata Okta, aku hanya benalu!
Naka segera pulang ke rumah dan mengurung diri didalam kamarnya. Bahkan saat Mama menghampirinya untuk makan malam bersama, Naka menolak dengan alasan tidak enak badan. Naka tidak sanggup bertemu dengan Hana saat hatinya berantakan seperti ini!
Mama sampai masuk kedalam kamar Naka dan melihat Naka yang berbaring didalam selimut. Mama meraba dahi Naka dan memang terasa sedikit demam. Wajah Naka begitu pucat matanya sayu.
"Kamu demam, Naka" kata Mama khawatir.
Demam?! Apakah sakit hati bisa membuat seseorang menjadi sakit?
"Naka, Mama akan bawakan makan malam kamu kesini dan juga obat penurun demam. Kamu minum ya!" kata Mama.
"Makasih, Ma" kata Naka yang begitu terharu mendapatkan perhatian dari Mama. Andaikan saja Hana bisa sebaik ini...
Saat keesokan harinya sekolah libur, Naka kembali bertemu dengan Hana di ruang makan saat sarapan pagi. Naka sudah agak membaik sehingga bisa ikut sarapan pagi itu.
Tidak lama kemudian Papa pergi bersama Mama untuk berbelanja bulanan. Saat itulah Naka menemui Hana yang sedang asyik bermain piano di ruang keluarga. Naka merasa tidak sanggup untuk menahan perasaannya, perasaan khawatir terhadap Hana yang baginya terlalu jauh dalam berhubungan dengan okta.
Naka berdiri didekat Hana bermain piano sehingga membuat Hana menghentikan permainan musiknya. Hana bingung melihat bagaimana Naka menatapnya dengan serius.
"Mau apa kamu?" tanya Hana.
"Hana, aku minta maaf kalau kemarin datang ke ruang ganti tim sepakbola dengan mendadak. Aku khawatir karena kamu belum pulang sore kemarin" kata Naka.
"Ya sudahlah, lupakan saja"
"Tapi Hana, aku mohon. Bisakah kamu tidak sejauh itu dalam berhubungan dengan Okta? Bagaimana bisa kamu datang ke ruang ganti Okta hanya untuk meladeninya berciuman?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments