Okta menarik Hana memasuki ruang ganti dan saat itu juga semua teman satu timnya yang juga sedang berada didalam sana dengan tertib segera meninggalkan tempat itu. Semua berpamitan pada sang Kapten sebelum meninggalkan ruangan karena mereka semua paham kalau Kapten mereka butuh waktu berdua saja dengan kekasihnya.
Pintu ruang ganti tertutup dan Airin yang masih ada di depan pintu hanya bisa tertegun. Sakit sekali rasanya melihat cowok impianmu memasukkan kekasihnya kedalam ruangan dan menutup pintu tepat didepan muka mu!
Ueda yang iba melihat Airin segera mencolek bahu gadis itu, "Aku sarankan segera tinggalkan tempat ini kalau kamu tidak mau terluka lebih dalam lagi!" katanya.
"Ya, aku sudah cukup terbiasa dengan keadaan ini" kata Airin.
"Kamu meminta Hana meninggalkan tempat ini dan menemui Okta di lain waktu, benar begitu?"
"Tadinya aku pikir Okta butuh istirahat setelah tampil full time hari ini"
"Yang benar saja, bisa-bisanya kamu meminta Hana pergi dari sini! Aku harap kamu jangan pernah berbuat hal seperti itu lagi! Atau tempatmu sebagai manager tim akan langsung di copot oleh Okta! Nikmatilah kehidupanmu dengan hanya bisa menjadi manajer tim sepakbola kami. Kamu tidak akan pernah bisa memiliki tempat di hati Okta. Kamu tidak akan pernah ada di posisi Hana, sama seperti aku yang tidak akan pernah ada di posisi Okta. Maka sebaiknya mari kita berdamai dengan keadaan!"
Ueda meninggalkan Airin sendiri dan Airin pun segera meninggalkan tempat itu. Benar kata Ueda. Mereka berdua tidak akan pernah ada di posisi Hana dan Okta. Airin juga tahu betul kalau Ueda memiliki perasaan kepada Hana, justru jauh sebelum Okta mengenal gadis itu. Mengapa mereka memiliki nasib yang sama? Memiliki perasaan kepada seseorang sejak lama, tapi justru orang baru yang menjadi pemenangnya.
Kembali kedalam kamar ganti, Okta segera melepaskan pakaiannya yang basah dan mengambil baju baru yang Hana sodorkan. Kemudian cowok itu mencuci wajah dan membasahi rambutnya dengan air kran di wastafel.
Saat Hana sedang membereskan pakaian kotor Okta, cowok itu sudah ada di belakangnya dan memeluk tubuhnya. Okta menciumi leher Hana yang terbuka karena rambutnya di ikat di puncak kepala membuat gadis itu mendesah geli. Okta sekarang memang semakin biasa dan sering menciumnya setelah pertama kali melakukan hal itu satu bulan yang lalu saat hari jadi mereka yang ke enam bulan.
"Aku beresin dulu baju kotornya, Kapten" kata Hana seraya berusaha mengelak dari ciuman-ciuman Okta yang panas.
"Kamu wangi sekali sih..." desah Okta tapi melepaskan pelukannya pada Hana.
Hana segera membereskan pakaian dan semua peralatan sepakbola Okta kedalam tas besar. Seolah tidak sabar, Okta segera mendudukkan Hana di kursi panjang yang ada di ruangan itu dan membaringkannya dirinya sendiri dengan kepala yang di taruh di pangkuan Hana.
"Capek ya, Kapten" kata Hana seraya membelai-belai rambut Okta dengan lembut.
"Capek sekali tapi senang bisa bikin gol untuk kamu!" kata Okta sambil tersenyum menatap Hana.
"Bukannya gol itu buat tim sepakbola sekolah kita?"
"Tapi dalam hati aku mencetaknya untuk kamu"
Hana mencubit-cubit kecil hidung Okta, bagian dari wajah Okta yang paling dia sukai.
"Susah ah, jangan cubit terus hidungku! Nanti jadi merah seperti badut!"
"Aku suka sekali hidung kamu yang mancung"
"Sudah ah, aku sedang ingin mengunyah apel" kata Okta dan merangkul leher Hana untuk menariknya agar lebih menunduk dan bibir Hana menempel ketat di bibir Okta.
Okta langsung mengecupi bibir Hana sehingga membuat suara berdecak. Hana membalas setiap kecupan itu walaupun tidak seintens kecupan Okta. Perlahan Okta menyesap, mengigit dan mengunyah bibir Hana layaknya sebutir apel yang manis.
*******
Hana memang seorang gadis cantik yang sempurna. Kulitnya putih pucat seperti bunga lili tapi memiliki bibir dan pipi yang merah segar. Tubuhnya memang tidak terlalu tinggi tapi memiliki bentuk yang luar biasa indah dengan pinggul yang besar dan buah dada yang menonjol.
Okta sangat mencintai Hana, Hana tidak memiliki cela sedikitpun di mata Okta. Hana cantik, baik, lembut dan tidak pernah menyebalkan. Hana selalu penurut dan penuh perhatian. Hana juga terkenal gadis tercantik dan paling sulit di dekati di sekolah.
Walaupun awalnya Okta tidak pernah memperhatikan Hana dan justru Ueda yang lebih dulu menyadari keberadaan Hana di sekolah itu. Okta tidak pernah memperhatikan gadis manapun karena seluruh hidupnya habis untuk memikirkan sepakbola. Tidak ada sesuatu yang menarik baginya kecuali tentang sepakbola hingga akhirnya saat memasuki awal tahun ajaran baru di kelas XII, barulah Okta menyadari bahwa di sekolah ada satu makhluk hidup yang cantik bernama Hana.
Semua berawal dari keputusan pelatih tim sepakbola sekolah mereka yang meminta agar Okta tidak lagi menjadi Kapten tim dan lebih fokus sebagai striker di kelas XIl dan menggantikan posisinya dengan Ueda. Tapi Okta tidak akan pernah sudi melepaskan posisinya sebagai Kapten kepada Ueda walaupun Ueda adalah sepupunya sendiri.
"Aku bisa menjadi Kapten dan mengatur strategi bermain tim sekaligus menjadi striker handal yang selalu bisa merobek gawang lawan!" kata Okta saat itu pada Ueda.
"Tapi aku juga ingin menjadi Kapten, sesekali bolehlah aku menggantikan posisi itu. Lagipula aku kan sepupu mu. Masak kamu tidak mau berbagi sedikitpun dengan saudara sendiri" kata Ueda.
"Tidak! Pokoknya tidak akan pernah kecuali aku tidak bermain karena cedera!"
"Bagaimana kalau kita bertaruh?!"
"Taruhan apa?"
"Aku memiliki seorang gadis incaran sejak awal bersekolah disini. Namanya Hana. Aku pernah beberapa kali mengajaknya bicara saat kami bertemu di kantin atau di perpustakaan. Tapi dia tidak pernah memberikan respon yang baik. Dia begitu dingin tapi cantik! Dia bagai sebuah boneka salju! Kalau kamu berhasil mendapatkan perhatian Hana dengan menjadi sahabat atau bahkan menjadi kekasihnya, aku akan menolak permintaan pelatih untuk menjadi Kapten tim sepakbola sekolah kita"
Okta terbahak-bahak. "Mendekati seorang gadis?! Kamu kan tahu aku tidak pernah tertarik kepada apapun selain si kulit bundar!"
"Ya, sudah kalau kamu tidak mau bertaruh. Aku akan menyanggupi permintaan pelatih untuk menjadi Kapten pada pertandingan pertama kita di kelas XII!"
Okta menarik tangan Ueda dan menatapnya tajam. "Aku akan penuhi tantangan itu! Aku akan bertaruh untuk mendapatkan Hana! Beritahu aku yang manakah gadis bernama Hana itu!"
Selanjutnya Ueda memberitahu Okta tentang Hana. Ueda begitu yakin kalau Hana adalah seorang gadis yang tidak pernah akan bisa di ambil perhatiannya karena Ueda sendiri pernah mencobanya beberapa kali.
Tapi Ueda salah besar! Hana mau berkenalan dengan Okta dan bahkan satu bulan kemudian telah resmi menjadi kekasihnya!
Okta sendiri jadi jatuh cinta betulan pada Hana walaupun awalnya dia hanya mendekati gadis itu sebagai pertaruhan untuk mempertahankan posisi Kapten tim sepakbola!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments