Naka menjalani kehidupan barunya bersama keluarga Hana dengan tabah. Walaupun Hana tidak pernah perduli kepadanya, yang terpenting bagi Naka adalah dia bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan bisa segera lulus SMA dengan nilai baik agar bisa segera menyusul Papa dan Mama ke Jepang.
Hana selalu bersikap acuh selama mereka ada di rumah, tidak pernah sedikitpun Hana memperlihatkan sikap bersahabat dengan Naka. Apalagi jika mereka berada di sekolah, Hana seolah menjadi orang asing yang tidak pernah menganggap Naka ada walaupun setiap pagi Hana masih ikut dengan mobil Naka.
Untungnya Naka memiliki sahabat yang baik, Peter dan Mary. Mereka berdua selalu ada untuk Naka dan selalu membantu Naka untuk beradaptasi dengan sekolah barunya. Kini hampir semua siswa di kelas XII 4 sudah tahu kalau Naka tinggal menumpang di rumah Hana dan semua merasa iba kepada Naka.
Hana sendiri semakin tidak suka pada Naka karena merasa kalau teman sekelasnya semua memihak Naka. Naka seolah menjual penderitaan sebagai anak titipan yang di perlakukan dengan kejam oleh Hana. Bukan hanya soal itu, di rumah juga demikian, Hana merasa Papa dan Mama semakin perhatian kepada Naka. Kini setiap apa yang Hana miliki pasti di miliki juga oleh Naka. Setiap hadiah dan juga kasih sayang seolah tak ada bedanya seolah Naka dan Hana adalah sepasang saudara. Hal yang tidak bisa Hana terima begitu saja karena selama ini tidak pernah berbagi dengan siapapun.
Untungnya Hana masih memiliki Okta yang tidak pernah terbagi dengan siapapun. Okta adalah orang yang paling mengerti dan selalu menjadikannya prioritas. Maka Hana pun selalu mengutamakan Okta melebihi apapun. Juga pada saat Okta harus bertanding sepakbola melawan sekolah lain, Hana akan selalu ada di garis terdepan untuk memberikan support untuk Okta.
Okta memang luar biasa. Dia selalu menjadi man of the match dalam setiap pertandingan yang di ikuti nya. Dalam selebrasi setiap gol yang berhasil di cetaknya, Okta akan selalu berlari ke arah dimana Hana duduk dan akan merentangkan kedua tangannya lebar-lebar seolah ingin memberikan Hana pelukan. Hana selalu merasa tersanjung karena dia tahu dalam barisan pendukung itu setiap cewek yang hadir untuk menonton pertandingan adalah pengagum sang Kapten. Tapi sang Kapten hanya membuat selebrasi gol yang ditujukan untuk Hana.
Seperti pada hari itu, Hana menonton pertandingan sepakbola Tim sepakbola sekolah nya dan menyaksikan Okta mencetak gol seperti biasanya. Setelah itu Hana langsung menemui Okta di ruang ganti untuk menemani sang Kapten beristirahat.
Di depan pintu ruang ganti, Hana sempat bertemu Airin, manager tim sepakbola sekolah yang adalah teman sekelas Okta. Hana tahu persis jika Airin memendam perasaan kepada Okta sejak lama sehingga bergabung dengan tim sepakbola sekolah sebagai manager jauh sebelum Hana dan Okta berkenalan dan menjalin hubungan.
Hana menatap Airin dan menyapanya dengan ramah. "Hai, Airin"
"Hai, mau ketemu Okta?" tanya Airin.
"Iya, Okta ada didalam kan?"
"Ya, tapi kelihatannya Okta lelah sekali, tadi kan dia main sembilan puluh menit lebih. Apa gak sebaiknya kamu tidak usah ganggu dia dulu?"
"Tapi nanti Okta marah kalau aku tidak menemui dia"
"Masa sih sampai sebegitu nya?"
Baru saja Airin berkata seperti itu, ponsel Hana berbunyi nyaring dan Hana segera melihat siapa yang meneleponnya. Hana tersenyum tipis dan memperlihatkan layar ponselnya pada Hana. Ada tulisan my captain disana.
"Nih, liat sendiri! Kapten sudah meneleponku!" kata Hana.
Airin langsung memperlihatkan wajah tidak sukanya.
"Aku angkat ya" kata Hana dan langsung mengangkat telepon dari Okta. "Ya, Kapten? Ini aku sudah ada di depan ruang ganti"
Pintu ruang ganti langsung terbuka dan beberapa rekan Okta langsung meninggalkan ruangan ganti itu di susul Okta yang juga ikut keluar dari dalam ruangan.
Wajah tampan Okta tampak berkerut kesal dan cowok tampan itu masih memakai baju tim sepakbolanya! "Kok lama, Tuan Putri?!" tegurnya sambil langsung memeluk Hana erat-erat.
"Ih... Bajunya kamu basah..." kata Hana seraya mengernyit dalam dekapan sang Kapten.
"Iya ih, dasar jorok! Ganti baju dulu dong Okta!" seru Ueda yang adalah sepupu dari Okta sekaligus teman satu Tim sepakbolanya. Beda dengan Okta, Ueda sudah berganti pakaian.
"Kenapa memangnya kalau aku belum ganti? Hana suka kok dengan bau badan aku!" kata Okta lalu mencium rambut Hana dan juga keningnya, "Iya kan, Sayang?"
Hati Airin seolah terbakar melihat bagaimana mesranya Okta kepada Hana. Mencium Hana seolah tidak ada siapa-siapa disana padahal Airin dan Ueda jelas ada di depan matanya. Tidak mungkin Okta tidak menyadari perasaan Airin, Airin bahkan pernah mengutarakan perasaannya kepada Okta dan Okta tidak pernah menanggapinya sama sekali. Tapi apakah tidak keterlaluan kalau Okta memeluk dan mencium Hana didepan matanya seperti itu?!
"Kenapa juga kamu belum ganti baju?" tanya Hana masih dalam dekapan Okta. Dekapan yang terlalu erat sehingga membuat Hana nyaris tidak bisa bernafas. Hana bisa merasakan begitu basahnya baju Okta dan membuat pakaiannya ikut lembab, kendati begitu Okta benar, Hana menyukai bau badannya! Aroma keringat Okta selalu membuat Hana nyaman dan selalu ingin menghirupnya.
"Kamu yang lama datang kesini! Aku hampir putus asa menunggu kamu! Makanya aku malas ganti baju!" kata Okta merajuk.
"Maaf tadi penonton penuh dan aku susah untuk keluar dari kerumunan untuk menuju kesini"
"Lain kali aku akan siapkan bodyguard yang akan menjagamu dan bisa segera mengeluarkan kamu dari kerumunan dan segera menemui aku!"
"Kamu bercanda kan, Kapten!" Hana langsung panik.
"Kalau perlu ya bisa saja! Aku tidak mau lama menunggu kamu di ruang ganti Hana, hanya karena kamu susah keluar dari kerumunan penonton!"
"Gak lucu! Konyolnya!"
"Kalau Okta bicara seperti itu, dia tidak bercanda, Hana! Kalau kamu tidak mau terlihat konyol dengan di temani bodyguard selama pertandingan berlangsung, sebaiknya kamu berusaha untuk segera sampai di ruang ganti setelah pertandingan selesai!" kata Ueda.
"Tapi tadi kata Airin juga sebaiknya aku menemuimu lain kali saja karena kamu terlalu lelah saat ini" kata Hana lagi sambil melirik Airin yang tampak pucat.
"Apa maksudnya kamu berkata seperti itu pada Hana?! Awas ya kamu Airin! Kalau sampai kamu menghalangi Hana untuk menemui aku lagi, aku tidak segan untuk mengganti manager tim!" Okta langsung memberi peringatan keras pada Airin! "Kamu kan tahu kalau aku tidak bisa kalau tidak bertemu dengan Hana setelah selesai pertandingan! Aku membutuhkan Hana setelah melewati pertandingan yang melelahkan! Hana adalah mood booster buat aku!"
Hana pun tersenyum puas, akulah pemenangnya, Airin!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments