Beberapa hari kemudian Mama meminta Hana untuk membantu menyiapkan kamar yang nantinya akan di tempati oleh Naka. Hana menyetujuinya dengan catatan kalau Okta boleh ikut membantunya.
"Okta udah bilang mau main kesini Ma, gak apa-apa kan kalau aku bantu nyiapin kamar buat Naka-nya sama Okta?" kata Hana.
"Iya, boleh saja. Nanti malam Naka akan di antar oleh Papa dan Mamanya kesini. Setelah itu mereka akan langsung terbang ke Jepang malam ini juga setelah kita makan malam bersama" kata Mama.
"Berarti Okta juga boleh disini sampai makan malam bersama keluarga Naka?"
"Boleh dong, Sayang"
Okta datang ke rumah Hana sekitar pukul dua siang dan saat itu Hana masih sibuk menyiapkan kamar untuk Naka. Bahkan seorang tukang dekorasi wallpaper sengaja di panggil ke rumah untuk memasang wallpaper di kamar Naka.
"Gimana ya, Okta? Menurut kamu apa wallpaper yang bagus untuk kamar Naka?" Mama meminta pendapat Okta.
..."Kurang tahu juga ya, Tante. Tapi kalau saya lebih suka wallpaper bernuansa sepakbola. Kalau untuk Naka ya baiknya sesuai dengan apa yang dia minati" kata Okta memberikan saran....
"Oh gitu ya, Naka itu suka badminton. Sama dengan Hana" kata Mama.
Kamar untuk Naka pun di pasangi wallpaper bernuansa badminton. Selanjutnya Mama menyiapkan tempat tidur, sofa bed, lemari pakaian besar, televisi ukuran besar serta seperangkat audio sistem untuk melengkapi kamar itu.
Okta sampai geleng-geleng melihat bagaimana antusiasme Mama Hana dalam menyambut kedatangan Naka. "Luar biasa anak itu, kedatangannya benar-benar di sambut luar biasa oleh Mama kamu! Seperti yang sedang menyambut kedatangan anaknya sendiri" kata Okta pada Hana setelah semuanya selesai.
"Iya, benar sekali! Katanya sih Papa ku itu teman Papanya Naka sejak mereka sama-sama kuliah di Jepang dulu" kata Hana.
"Nanti kamu bisa-bisa jadi dekat sama dia... Aku kok jadi tidak enak ya?" kata Okta.
Hana memegang lengan Okta. "St...! Gak boleh berpikir yang negatif! Aku gak akan bisa pindah ke lain hati!"
"Yakin?" Okta menaikkan sebelah alisnya.
"Bagaimana aku bisa berpindah ke lain hati? Kemana aku memandang yang terlihat hanya wajah seorang Kapten Okta Tanaka! Orang yang akan jadi selingkuhanku juga tidak akan nyaman karena aku pasti akan selalu menyebut namamu, Kapten!"
Okta tertawa kecil sambil mencubit pipi Hana. "Kok sekarang kamu bisa gombal ya?!"
Sorenya Papa pulang dari kantor dan melihat ada Okta di rumah. Mama bercerita kalau seharian itu Okta sudah membantu Hana menyiapkan kamar untuk Naka. Papa senang sekali dan menepuk pundak Okta.
"Makasih ya, Okta. Om harap kamu bisa bersahabat juga dengan Naka dan bisa membantunya saat kalian satu sekolah nanti" kata Papa.
Okta mengangguk, "Ya Om. Saya akan membantu Naka"
"Naka itu anak dari teman karib Om. Sudah seperti saudara seperjuangan selama dulu kami kuliah bersama di Jepang. Om juga dulu tinggal di rumahnya untuk menghemat biaya kos. Jadi sudah sepantasnya sekarang Om membalas kebaikannya itu dengan menjaga Naka selama Papanya tinggal di Jepang"
Malam pun tiba, Om Hiro datang ke rumah Hana bersama dengan istrinya dan juga Naka. Naka agak kaget melihat Okta juga ternyata ada disana. Tadinya Naka ingin sekali bisa bicara dengan Hana karena selama satu Minggu ini Hana tidak pernah sekalipun merespon pesan WhatsApp atau mengangkat telepon nya. Tapi apa mau dikata. Melihat ada Okta disana sepertinya mustahil kalau Naka ingin bicara dengan Hana.
Om Hiro juga menanyakan tentang cowok yang ada di samping Hana saat itu. "Lho, ini siapa?" tanyanya.
"Ini Okta, teman dekat Hana. Okta juga adalah ketua OSIS di SMA tempat nanti Naka akan bersekolah" jawab Mama Hana.
"Oh begitu. Baguslah! Kebetulan ada ketua OSIS nya disini! Om titip Naka ya? Anggap saja dia adalah saudara kamu" om Hiro menepuk pundak Okta.
"Baik Om" kata Okta sambil melempar senyum lebar pada Naka.
"Keliatannya kamu ini ada keturunan Jepang juga ya?" tanya Papa Hana.
"Ya, Om. Saya Okta Tanaka. Kakek saya orang Jepang"
"Wah! Bagus sekali kalau begitu! Karena kamu sama Naka berasal dari ras yang sama, kalian berdua bisa menjadi saudara! Om titip Naka ya? Salam kenal dari saya, Om Hiroshi. Papa dari Naka Hiroshi"
"Salam kenal, Om"
Naka jadi bingung sekaligus agak bete juga. Bisa-bisanya Okta bersikap seperti itu pada Papanya. Padahal jelas-jelas Minggu kemarin cowok itu bersikap tidak enak pada Naka saat menjemput Hana di pelataran parkir.
Ya semoga saja sikap Okta bisa terus baik seperti ini. Apalagi ternyata Okta adalah ketua OSIS di sekolah yang akan jadi tempat Naka melanjutkan SMA nanti. Okta juga tadi mengiyakan saat Papa memintanya untuk menganggap Naka sebagai seorang saudara.
Makan malam bersama berlangsung hangat dan Okta juga merasa kalau dia tidak di anggap sebagai orang luar di antara keluarga Hana dan Naka. Tadinya Okta takut kalau dia akan di asingkan.
Pukul sembilan malam Naka pamit kalau dia akan mengantarkan Papa Mamanya ke bandara. Tante Yuki juga sempat memeluk Hana dan memintanya untuk menjadi sahabat Naka juga menitipkan Naka kepada Okta. Tak lama kemudian Okta juga pamit pulang kepada orang tua Hana. Hana mengantarkan Okta sampai ke halaman rumahnya.
Sementara itu Naka mengantarkan Papa dan Mamanya sampai ke bandara untuk penerbangan ke Jepang. Naka begitu lama memeluk erat Papa dan Mama. Naka memang seorang anak yang sangat dekat dengan orang tuanya dan baru kali inilah dia harus tinggal terpisah dengan mereka.
"Jaga diri baik-baik ya, Sayang" Mama menciumi Naka dengan penuh kasih sayang.
"Nanti Papa akan video call setiap hari ya, Boy!" kata Papa sambil membelai-belai rambut anaknya.
"Papa Mama nanti akan berkunjung ke Jakarta, kan?" kata Naka.
"Tentu, Boy! Setiap ada kesempatan kami akan mengunjungi kamu!"
"Kamu pasti betah tinggal di rumah Om Wira. Apalagi ada Hana yang manis yang akan bisa menjadi sahabat kamu" kata Mama.
"Hana cantik ya?" kata Naka sambil tersenyum.
"Ya, Hana cantik sekali! Kamu suka ya sama Hana?"
"Tapi Hana punya pacar, Ma. Okta itu tampan, dia tinggi, dia keren"
Papa merangkul bahu Naka.
"Kamu juga tampan, kamu manis dan kamu lebih putih dari Okta! Percaya kepada Papa kalau kamu juga bisa mengambil hati Hana! Bersaing lah secara sehat dengan Okta! Bersaing sebagai seorang laki-laki sejati! Dulu juga Mama kamu adalah kekasih pria lain. Tapi kan jodoh itu bisa di kejar! Papa terus kejar Mama dan akhirnya Papa bisa mengambil hati Mama dari kekasihnya!" kata Papa serius.
Mama memukul lembut bahu Papa. "Papa ini apaan sih!" kata Mama gemas!
Naka jadi tersenyum sendiri melihat kedua orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments