Hana memasuki rumahnya dengan perasaan khawatir karena bagaimanapun tadi sudah meninggalkan Naka di pelataran parkir untuk pergi dengan Okta. Bagaimana kira-kira tanggapan Papa dan Mama? Apalagi tadi Hana lihat mobil Papa sudah ada di garasi.
Ternyata Papa dan Mama sudah berada di ruang keluarga dan tampaknya sedang menunggu Hana. Dengan mengumpulkan keberanian Hana menyapa kedua orang tuanya. "Hai, selamat malam Papa dan Mama"
"Malam, duduk dulu Hana" kata Papa.
Hana langsung duduk di dekat Mama.
"Kamu jadi pergi dengan Okta?" tanya Papa langsung kepada pokok bahasan.
Hana mengangguk karena tidak mungkin berbohong kepada orang tuanya, bukan kebiasaannya. "Iya, Pa"
"Tadi Naka menelepon Papa dan meminta maaf kalau tidak bisa mengantarkan kamu pulang karena tiba-tiba ban mobilnya kempes dan terpaksa membiarkan kamu pergi dengan Okta" kata Papa.
Hana bingung tapi kemudian segera mengerti kalau Naka telah mengarang cerita tentang ban mobilnya yang kempes.
"Papa minta maaf sebelumnya karena tadi sempat meminta kamu untuk keluar sebentar dengan Naka. Maksud Papa bukannya untuk membatalkan pertemuan kamu dengan Okta. Hanya saja Papa tidak mungkin membiarkan kamu langsung pergi meninggalkan tempat acara makan begitu selesai makan. Tadinya Papa pikir pertemuan kamu bisa di undur dengan Okta barang beberapa menit" sambung Papa.
"Iya, Hana. Maksud Mama juga agar kamu bisa ngobrol sebentar dengan Naka setelah itu baru bertemu dengan Okta. Tapi kemudian Naka menelepon Papanya dan mengatakan akan pergi dengan kamu" kata Mama.
"Ya, gak apa-apa kok Ma. Toh aku juga akhirnya jadi bertemu dengan Okta. Aku minta Okta menjemput ku tadi" kata Hana.
"Syukurlah kalau begitu. Naka juga tadi minta nomor telepon kamu karena katanya belum sempat meminta maaf karena ban mobilnya kempes saat kalian akan pergi tadi"
"Ya Ma"
"Papa harap kamu bisa menerima Naka dengan baik di rumah ini sebagai teman dan mau membantunya di sekolah nanti" kata Papa.
"Ok, Pa. No problem"
"Makasih ya, sayang" Mama mengusap pipi Hana dan kemudian menyadari kalau Hana memakai kalung baru. "Lho, ini anak Mama pakai kalung baru? Sepertinya tadi kamu di restoran masih pakai kalung yang hadiah ulang tahun dari Mama?"
"Iya, tadi Okta kasih aku ini. Hadiah enam bulan bersama, katanya" jawab Hana.
"Wah. Bagus banget" kata Mama.
"Katanya Mama Okta yang pilihkan" kata Hana bangga.
"Wah seleranya Mama Okta bagus juga!" puji Mama.
"Hana, kamu serius dengan Okta?" tanya Papa.
"Serius gimana, Pa?" Hana malah balik bertanya.
"Ya maksudnya apakah antara kalian sudah ada komitmen untuk bisa bersama terus?"
"Ya selama aku dan Okta bisa bersama kita akan terus bersama. Yang penting kita sama-sama saling jaga hati kita"
"Papa harap kamu jangan terlalu serius, Sayang. Kamu masih kecil lho! Baru juga delapan belas tahun!"
"Ya, Papa"
"Ya sudah kamu tidur sana. Sudah malam"
Hana segera masuk kedalam kamarnya, mencuci muka, berganti pakaian tidur dan kemudian merebahkan tubuhnya di atas pembaringan. Di ambilnya Handphone dari atas meja dan memeriksa apakah ada pesan WhatsApp yang masuk. Tenyata Okta sudah mengabarkan bahwa dia sudah sampai di rumah.
tuan putri, aku sudah sampai rumah
Okta memang selalu begitu. Selalu hangat dan mesra juga mengutamakan komunikasi di antara mereka.
langsung bobo ya, kapten! Udah malem! balas Hana tapi Okta malah video call.
"Hai Tuan Putri putri" sapanya.
"Bobo ih! Udah malam!" kata Hana.
"Baru juga sampai kamar"
"Ya udah pergi ganti baju sana! Kok malah video call!"
"Sepertinya malam ini aku tidak akan bisa tidur nyenyak"
"Kenapa?"
"Aku ingat terus dengan apa yang tadi aku lakukan kepada kamu sebelum kita berpisah"
"Ih...!"
"Kok ih...! Memangnya kamu tidak merasa deg-degan gitu?"
"Biasa saja!"
"Aku mengumpulkan keberanian sampai enam bulan lamanya untuk bisa melakukan hal itu karena aku tidak mau kamu menganggap aku lancang kalau aku melakukannya terlalu dini, tapi kamu cuma menganggap bahwa itu hal yang biasa saja?"
"Maaf, kapten. Aku bercanda ,aku juga sebenarnya masih belum percaya kalau tadi aku sudah melakukan hal itu... Aku juga masih deg-degan" Hana memegang dadanya sendiri.
"Maafkan aku ya, seharusnya aku tadi minta izin dulu"
"Gak apa-apa"
"Kalau kita bertemu lagi apakah aku boleh melakukan hal yang sama?"
"Gimana ya..." Hana seperti berpikir.
"Kalau tidak boleh tidak apa-apa kok"
"Boleh, Kapten!" kata Hana akhirnya.
"Yess!" sorak Okta kegirangan.
"Konyol ih!"
Setelah sekitar tiga puluh menit video call dengan Okta, Hana menyelesaikan nya karena jam sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam. Tapi tiba-tiba Hana melihat ada pesan WhatsApp baru yang ternyata dari Naka.
Hana, ini Naka
Kamu sudah sampai rumah? Kalau sudah sampai kabari aku ya!
Aku khawatir kalau kamu belum pulang
Aku juga udah bilang Papa kamu kalau ban mobil aku kempes jadi Papa kamu gak akan menanyakan kenapa kamu tidak pulang bersama aku tapi pergi sama pacar kamu
Hana langsung merasa kesal kepada Naka. "Apa sih?! Sok perhatian! Sok baik! Seolah-olah aku berhutang budi sama dia!" Hana mematikan data ponselnya dan segera mematikan lampu kamar agar bisa segera tidur.
Dadanya masih saja terus bergemuruh akibat ciuman Okta tadi...
*******
Naka yang juga sudah sampai di rumahnya dan berbohong tentang hal yang sama pada Papa Mamanya tentang ban mobilnya yang kempes. Naka mendapat teguran dari Papa karena sang Papa merasa malu dengan insiden tersebut.
"Kamu ini bikin malu saja! Apa kata Papa Hana kalau Hana pulang tidak bersama kamu padahal jelas tadi dia pergi dengan kamu! Lain kali cek dulu keadaan mobil kamu, Naka! Papa tidak mau hal yang sama terulang kembali!"
"Ya, Papa. Maaf" kata Naka.
"Jadi Hana pulang dengan siapa?"
"Tadi Hana menelepon temannya untuk menjemputnya"
"Kamu sudah minta maaf pada Om Wira?"
"Sudah, Pa. Naka juga sudah minta nomor telepon Hana"
Naka memang sudah meminta nomor telepon Hana dan sudah mengirim pesan WhatsApp pada gadis itu tapi ternyata Hana tidak membalas dan hanya membacanya saja.
Naka pun merasa sedih...
Entah kenapa begitu tadi melihat Hana, Naka langsung merasa tertarik dan ingin sekali bisa kenal lebih dekat dengan Hana tapi ternyata gadis itu dengan tega meninggalkan nya sendiri di pelataran parkir dan pergi dengan kekasihnya yang istimewa.
Tapi tidak apa-apa, bagi Naka yang penting dia bisa bersahabat dengan Hana apalagi nanti Naka akan tinggal di rumah gadis itu untuk beberapa waktu. Walaupun mungkin saat ini Hana belum menganggap Naka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments