Hana memegang lengan Okta, dengan wajah bersungguh-sungguh gadis itu segera meminta Okta agar tidak salah paham. "Aku bisa jelaskan semuanya, Kapten! Aku memang belum cerita tentang Naka, tapi bukannya aku tidak mau cerita. Maafkan aku..." Hana menghiba.
"Kita bicarakan masalah ini sekarang juga, tapi tidak disini!" Okta menarik lengan Hana menuju mobilnya dan membukakan pintu mobil agar gadis itu segera masuk, tidak lupa di tutupnya segera pintu mobil untuk kemudian menatap Naka dengan pandangan sinis sebelum berputar dan masuk ke bagian kemudi. Tak lama mobil mewahnya segera meninggalkan pelataran parkir itu.
Naka yang ada di antara Okta dan Hana hanya bisa menghela nafas panjang. Sayang sekali gadis semanis Hana terlihat begitu lemah di hadapan Okta yang dominan.
Sementara itu didalam mobil, Okta menyetir dengan tatapan dingin kedepan. Hana yang ada di sampingnya merasa khawatir karena Okta belum pernah bersikap seperti itu sebelumnya. Tapi Hana juga tidak tahu harus mulai cerita dari mana.
Akhirnya Okta menghentikan mobilnya di sebuah cafe dan menatap Hana. "Aku tahu kamu sudah makan bersama keluarga kamu, tapi kamu tidak bilang kalau akan ada cowok itu bersama kalian. Sekarang kamu jelaskan kenapa kamu ada bersama dia dan kenapa juga cowok bernama Naka itu mengatakan bahwa dia akan tinggal bersama kamu dan bersekolah di sekolah yang sama dengan kita?" tanya Okta menuntut penjelasan Hana.
Hana menelan ludahnya sendiri sebelum akhirnya perlahan menjelaskan "Aku makan malam bersama Mama dan Papa. Disana juga ada keluarga Om Hiro, sahabat Papa yang adalah Papanya Naka. Om Hiro akan kembali ke Jepang untuk mengurus perusahaannya yang disana dan untuk sementara Naka akan sekolah di sekolah kita dan tinggal di rumahku" tutur Hana sembari menatap wajah Okta dengan tatapan memelas.
"Kamu tidak pernah cerita sebelumnya"
"Aku juga baru tahu tentang itu, tadi sore Papa baru mengutarakannya kepada ku"
"Apakah kamu yakin kalau antara kamu dan Naka tidak akan terjadi apa-apa?" Okta menaikkan sebelah alisnya.
"Terjadi apa?" tanya Hana bingung.
"Kalau antara kamu dan dia tidak akan semakin dekat dan akhirnya saling suka?!" jawab Okta singkat dan jelas.
Hana langsung menggeleng cepat. "Tidak mungkin aku suka sama dia?!"
"Kenapa tidak mungkin?! Kamu cewek dan dia cowok!"
Hana meraih tangan Okta dan menggenggamnya erat "Percaya kepada ku... Aku gak akan suka sama dia! Aku cuma sayang sama kamu, Kapten!"
"Aku ragu!"
"Ya Tuhan... Apa yang harus aku lakukan untuk membuat kamu percaya?!"
"Pejamkan matamu!"
"Hah?"
Hana menatap Okta dengan bingung dan sebaliknya Okta mengedipkan matanya sambil tersenyum lembut. "Pejamkan matamu"
Hana memejamkan matanya dengan dada yang berdebar kencang. "Apa yang akan di lakukan Okta?! Apakah dia akan mencium ku?!" Hana merasa khawatir karena belum pernah Okta menciumnya selama ini. Padahal kalau mendengar kata teman-temannya, cowok mereka selalu mencium kalau setiap kali mereka berkencan.
Hana merasa akan pingsan saat merasa pipi nya di kecup dengan sangat lembut dan Okta berbisik "Selamat enam bulan bersama... Terima kasih untuk waktu dan kasih sayangnya, Tuan Putri"
Lalu kini terasa pipi sebelahnya lagi yang di kecup. "Sekarang kamu boleh buka matanya" bisik Okta.
Hana membuka matanya dan melihat kalau Okta sudah memegang sebuah kotak kecil berwarna merah yang terbuka tutupnya dan memperlihatkan seuntai kalung emas putih yang sangat cantik.
"Wah... Bagusnya..." kata Hana kagum.
"Tuan Putri suka?"
"Suka"
"Ini untuk Tuan Putri ku" kata Okta sambil tersenyum lebar. Tidak ada lagi terlihat wajah kesal seperti yang tadi di perlihatkannya.
"Kamu udah gak marah?"
Okta tertawa pelan memperlihatkan gigi-giginya yang rapi dan bersih. Ya Tuhan, ciptaan Mu memang luar biasa indahnya!
"Siapa bilang aku marah?! Aku bercanda kok!" kata Okta konyol!
"Ihhh!!!" bukan main kesalnya hati Hana sekaligus senang juga! "Bisa-bisanya kamu nge-prank aku kayak gitu! Gak lucu! Aku hampir saja nangis tahu!"
"Hahahaha! Hidung kamu jadi merah seperti anak kecil pilek! Aku tahu kamu sedang menahan tangis makannya aku buru-buru sudahi sandiwara marahnya!"
"Ihhh!" jadi kamu tidak marah betulan?!"
"Buat apa aku cemburu sama cowok yang tidak sepadan denganku itu?! Aku juga tidak akan marah sama kamu! Tidak akan pernah! Kalaupun kamu yang bersalah, aku tetap tidak akan mengatakan sesuatu yang menyakiti hati kamu"
Mata Hana basah. "Makasih ya, Kapten... Selamat enam bulan hari jadi juga... Aku sayang kamu..."
"Apalagi aku! Aku sayang sayang sayang sekali sama kamu! Sekarang aku pasang di leher kamu ya?" kata Okta sambil membuka kaitan kalung emas putih yang dibawanya itu.
Hana melepaskan kalung miliknya sendiri dan membiarkan Okta memakaikan kalung baru di lehernya.
"Cantik sekali... " kata Okta serius.
"Makasih, kok kamu tahu kalung yang aku suka simpel seperti ini?" tanya Hana.
"Aku minta Mom yang pilihkan"
"Mama kamu?" Hana memang sudah kenal dengan Mama Papa Okta dan sudah beberapa kali bertemu juga.
"Iya, aku bilang sama Mom kalau pada hari jadi enam aku sama kamu, aku ingin membelikan sesuatu untuk kamu. Kata Mom, sebaik-baiknya hadiah buat cewek adalah perhiasan jadi aku minta Mom pilihkan untuk kamu"
"Makasih ya... Bilangin ke Mommy-mu"
"Siap, Tuan Putri! Sekarang bagaimana kalau kita minum kopi dulu di cafe sambil ngemil. Aku tahu kamu sudah makan tapi aku mau ngopi bareng kamu"
"Siap, Kapten!"
Okta dan Hana minum kopi bersama di cafe dan mereka pulang ke rumah Hana pukul sembilan malam lebih.
Sampai di rumah Hana pukul sepuluh malam dan Okta menolak saat Hana menawari nya untuk mampir.
"Sudah malam ah. Lain kali saja ya" kata Okta.
"Ya udah, tidak apa-apa" kata Hana lalu hendak membuka pintu mobil tapi Okta memegang lengannya sehingga gerakan Hana terhenti. Hana menoleh dan mendapati kalau wajah Okta kini sudah dekat sekali dengan wajahnya.
Dan tanpa berkata apa-apa terlebih dahulu Okta melekatkan bibirnya di bibir Hana dan menekannya dengan lembut. Hana terperangah tapi tidak bisa menghindar karena Okta sudah memegang dagunya dan selanjutnya kecupan demi kecupan berkali-kali di jatuhkan Okta di bibir Hana sehingga membuat gadis itu serasa mau pingsan.
Perlahan tapi pasti Hana mulai membiasakan diri dengan kecupan-kecupan Okta di bibirnya dan kemudian mulai membalas kecupan itu walaupun tidak seintens kecupan Okta.
Mereka saling mengecup dan akhirnya Okta melepaskan Hana setelah sadar kalau nafas gadis itu sudah terengah-engah. Di tatapnya sebentar Hana dengan penuh cinta sebelum akhirnya mendekapnya erat-erat ke dada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments