Surat Cerai

Satu minggu telah berlalu, pengacara Aiman yang mengurus semua proses perceraian antara Laras dengan Jefri pun telah berjalan lancar. Sampai akhirnya surat pengadilan agama yang bertujuan untuk meditasi turun dan sudah berada di tangan Tuti.

Wanita paruh baya tersebut menerima surat dari seseorang yang bekerja mengantar surat resmi dari pengadilan. Di mana Tuti terlihat biasa saja, malah dia sangat senang karena sebentar lagi sang anak akan terbebas dari wanita tidak berguna itu.

“Jefri sayang … Cepat kemari, Nak. Ibu ada berita bagus hari ini!” teriak Tuti membuat sang anak langsung keluar dari kamar.

“Mah, bisa nggak kalau ada sesuatu itu jangan teriak-teriak. Mendingan Mama samperin Jefri, ketuk pintunya. Ini masih pagi, Ma. Lihat, anakku sampai nangis begini karena kaget dengar suara Mama!” tegas Desi sambil mencoba untuk menimang anaknya yang masih rewel.

Pernikahan antara Desi dan sang suami baru dikaruniai satu anak perempuan yang usianya kurang lebih 1 tahun. Suaminya juga merupakan seorang dokter jarang sekali berada di rumah karena pekerjaannya selalu di luar kota sama seperti sang ayah.

“Ya, ya, maaf,” ucap Tuti.

Tak lama Jefri hadir melirik ke arah Desi yang sedang kesal, lalu menatap sang ibu. Di mana Tuti tersenyum melihat anak kesayangannya.

“Ada apa ini, Ma? Kenapa Desi terlihat kesal sama Mama? Terus kenapa juga Mama manggil aku sampai teriak-teriak gitu?” tanya Jefri bingung.

Tuti langsung menarik tangan anak laki-lakinya untuk duduk di sofa, membuat Desi yang melihatnya merasa curiga terhadap sikap sang ibu di pagi hari yang sangat aneh.

Desi hanya bisa memperhatikan semua itu sambil menggendong sang anak yang sudah mulai tenang.

“Mama ada kabar bagus buat kamu,” ucap Tuti senang.

“Apa?” tanya Jefri bingung.

“Nih,” jawab Tuti sambil memberikan surat pengadilan untuk Jefri.

Desi mencoba untuk mendekat melihat lebih jelas amplop cokelat yang terdapat tulisan pengadilan. Matanya seketika terbuka lebar karena berpikir bahwa itu merupakan surat perceraian dari Laras.

Benar saja, ketika Jefri membuka surat itu dengan rasa penasaran matanya langsung tertuju pada nama Laras yang telah menggugat cerai.

“I-ini surat perceraian antara aku dan Laras, Ma?” tanya Jefri memastikan.

“Iya, Nak. Itu berarti sebentar lagi kamu akan bebas dari jeratan wanita kampungan yang sudah tidak berguna. Lagian ngapain kamu masih dipertahankan coba, sekarang kamu sudah ada Dania. Lebih baik fokus aja sama hubungan kalian biar bisa secepatnya diresmikan, ya, ‘kan?”

Perkataan Tuti ada benarnya. Jefri menganggukkan kepala karena sudah tidak sabar ingin segera menikahi Laras. Namun terbesit pikiran kecil yang mengganjal di dalam isi kepalanya.

“Tunggu, Ma. Untuk menggugat cerai itu butuh biaya yang tidak sedikit bukan? Apalagi di dalam surat ini terlihat jelas kalau mereka mengajukan surat perceraian menggunakan pengacara. Bagaimana bisa orang miskin itu menyewa pengacara yang terkenal ini?”

Jefri menunjukkan nama pengacara yang tertulis di dalam surat sebagai penguasa hukum dari Laras. Tuti pun heran, tetapi dia masa bodo yang terpenting anak serta menantu tak tahu diri itu bisa segera berpisah.

“Udahlah Jefri jangan mikirin itu. Palingan juga mereka sewa pengacara dari hasil hutang atau jual rumah warisan bapaknya itu. Lagipula kamu dengarkan Mama ya, pengacara mahal itu paling hanya akan hadir di persidangan pertama dan kedua selebihnya pasti dia tidak punya pengacara karena uangnya sudah habis. Di situ kita bisa manfaatkan. Kita berbelit aja jalan persidangan biar Laras semakin keluar uang banyak untuk bayar pengacara itu. Lagian gaya banget dewa pengacara makan aja masih senin kamis hahah ….”

Tuti dan Jefri tertawa setelah menghina keadaan Laras yang menurut mereka masih sangat susah. Desi hanya bisa menggelengkan kepala, beristighfar atas sikap ibu dan adiknya yang tidak punya rasa malu menjelekkan seseorang.

“Benar banget, Ma. Lagian sok-sok’an banget nyewa pengacara. Cerai mah, tinggal cerai aja. Lagian juga aku udah nggak cinta sama dia. Mending Dania ke mana-mana. Udah cantik, baik, body bagus, muka mulus, penampilan oke, walaupun janda dia selalu bisa membuatku tergila-gila daripada Laras. Taunya cuma uang, uang, dan u—”

“Jefri!”

Degh!

Semua orang menoleh ke arah seseorang yang baru saja pulang dinas dari luar kota. Di mana wajah pria itu terlihat sangat marah ketika mendengar semua hinaan terhadap Laras, menantu kesayangan.

“Pa-papa?” ucap Desi dengan mata berbinar, “Akhirnya Papa pulang juga. Desi kangen sama Papa. Desi nggak kuat melihat semua penyiksaan ini terhadap Laras, Pah, Desi nggak bisa hiks ….”

Desi memeluk sang ayah sambil menggendong anaknya. Membuat Daryono selaku ayah mereka dan suami Tuti merasa sangat kecewa terhadap sikap binatang yang semena-mena menjatuhkan harga diri wanita baik seperti Laras.

“Kamu tenang, bawa anakmu ke kamar. Kasihan dia jika sampai mendengar pembicaraan yang tidak baik,” ucap Daryono mengusap kepala Desi.

“Iya, Pa, aku taruh anakku dulu di kamar,” jawab Desi langsung pergi ke kamar untuk menaruh anaknya di box bayi, lalu menutup kembali pintu supaya tidak mengganggu tidur sang anak ketika mendengar suara perdebatan orang-orang di ruang tengah.

“Apa maksud kalian berbicara itu sama Laras? Dan apakah yang aku dengar barusan benar, jika Laras dan Jefri akan segera bercerai?” tegas Daryono dengan mata beredar menatap istri juga putranya.

“Ya ampun, Papa sudah pulang. Ayo, duduk dulu sini, kita bicarakan baik-baik. Papa pasti capek banget, ‘kan? Nanti Mama jelasin pelan-pelan,” ucap Tuti berdiri sambil menarik lembut tangan suaminya untuk duduk di dekat mereka demi mengambil perhatiannya.

Daryono duduk tetap dalam posisi wajah yang sangat datar. Dia mulai curiga ketika mendengar istri dan putranya melakukan hal yang sudah kelewat batas.

“Mbak tolong buatkan Bapak min—-”

Tuti yang berteriak kepada pembantunya, tetapi terhenti ketika Daryono langsung membentaknya lantaran tidak ingin basa-basi.

“Cukup, Tuti! Aku ingin penjelasan tentang Laras dari kalian berdua, bukan untuk minum. Cepat katakan apa yang telah terjadi sampai Laras mengajukan perceraian seperti ini. Ada apa? Kenapa tidak ada satu orang pun di rumah ini yang memberitahuku jika hubungan rumah tangga Jefri dan Laras sedang terkena badai. Kenapa!”

Tuti terlonjak kaget. Baru kali ini suaminya berani membentaknya hanya demi membela Laras. Kebencian wanita paruh baya itu terhadap mantan menantunya semakin membesar, seakan-akan dia berpikir Laras telah membuat suaminya terhipnotis akan kebaikan yang palsu itu.

“Pah, jangan bentak Mama seperti itu. Ini semua salah Laras. Dia yang selalu menuntut Jefri untuk memberikan uang bulanan jauh lebih besar dari gaji Jefri, lebih parahnya dia tidak mengizinkan Jefri untuk memberikan sedikit kerja keras Jefri kepada Mama, ibu kandung Jefri sendiri. Jefri sudah muak, Pah, sama Laras. Wanita itu selalu saja buat Jefri kesal setiap pulang ke rumah. Papa bayangkan saja setiap hari Laras selalu menanyakan soal uang, uang, dan uang terus. Jefri capek, Pah, Jefri capek!”

Sang putra memberanikan diri membela haknya sendiri di depan sang ayah. Jefri tahu dari tatapan Daryono yang pro ke arah Laras membuat posisinya mulai terancam, sehingga dia harus berpikir keras untuk mengembalikan keadaan supaya ayahnya berada di pihak keluarga bukan mantan istri.

Hanya saja perkataan Jefri barusan dibantah habis-habisan oleh Desi yang sangat tahu bagaimana keadaan di rumah selama sang ayah tidak ada.

“Itu semua bohong, Pa, bohong! Jefri seperti ini karena hasutan dari Mama yang ingin menjodohkan dengan Dania, janda kegatelan itu! Hubungan Dania dan Jefri sudah sangat jauh, bahkan mereka telah melakukan acara tunangan di rumah ini. Lebih parahnya Laras tahu semua itu. Awalnya dia datang ke sini ingin memberikan kabar mengenai keadaan Langit yang kritis dan membutuhkan biaya untuk dibawa ke rumah sakit besar. Namun apa?”

“Jefri dan Mama malah mempermalukan Laras di depan semua orang tepat di acara pertunangan itu, sehingga Dania pun ikut-ikutan menjatuhkan harga diri Laras. Di saat Laras mati-matian berjuang supaya Langit tetap sembuh, Jefri malah kembali melanjutkan acara sampai selesai. Papa tahu, saat itu Langit terkena penyakit paru-paru. Sedikit saja telat mendapatkan penanganan maka Langit sudah tiada untuk selamanya!”

“Dan satu lagi. Jefri dan Dania dengan santainya tinggal di rumah peninggalan orang tua Laras serta melakukan hubungan suami istri tepat di kamar Laras. Sakit, Pah, sakit! Anak laki-laki Papa memang sudah gila karena Mama yang terus menghasutnya, ditambah janda kegatelan itu terus mengikat Jefri hingga membuatnya terlena dengan rayuan busuknya itu. Satu lagi, saat kejadian Dania sama Jefri di kamar Laras. Semua itu terekam jelas di jejak media sosial sampai mereka berdua dipermalukan di kampungnya, tetapi tidak ada rasa malu di wajah mereka. Namun yang buat aku sakit hati hanya satu!”

“Mama dengan teganya berpihak sama Jefri dan Dania yang jelas-jelas telah bersalah melakukan perzinahan di rumah Laras, sampai akhirnya Mama mendorong Laras sampai dia keguguran. Laras kehilangan anak keduanya, di saat mengetahui perselingkuhan suaminya dengan wanita lain dan harus tetap berjuang demi nyawa Langit!”

Tuti dan Jefri yang mendengar penjelasan dari Desi sungguh memalukan. Dia tidak menyangka ternyata segitu kejamnya anak dan istrinya menyiksa Laras sampai menghancurkan mental yang seharusnya dijaga.

Terlebih Daryono harus kehilangan cucunya hanya karena ulah binatang yang selama ini dipelihara. Sungguh, kekecewaan yang tersorot tajam di mata pria paruh baya tersebut benar-benar telah dipenuhi oleh kebencian.

Dia tidak pernah membayangkan kejadian ini bisa terjadi di keluarganya sendiri, padahal selama ini Laras merupakan menantu yang sangat baik juga pengertian. Tidak pernah menuntut apa-apa dari sang suami, tetapi jika Jefri telah dibutakan oleh cintanya Dania tetap tidak bisa disadarkan.

“Benar-benar bia*dap kalian!”

Bugh …

Duak …

Daryono langsung memberikan pukulan demi pukulan terhadap wajah Jefri sampai membabi buta. Kemarahan juga kekecewaan yang dialami sang ayah kepada anak tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata selain bermain fisik.

Maklum saja, sejatinya seorang pria adalah berduel bukan berargumen. Berbeda sama wanita yang lebih cenderung beradu mulut, daripada berduel jika keadaan masih baik-baik saja.

Akan tetapi, berbeda sama Daryono yang telah kecewa berat oleh sang anak sampai-sampai dia tidak peduli dengan nyawa Jefri. Setidaknya dia puas membalaskan semua rasa sakit yang Laras alami, meski tidak sebanding dengan rasa sakit dihati wanita tak bersalah itu.

“Dari kecil Papa selalu ajarkan kamu tentang pentingnya menyayangi keluarga, hingga Papa selalu menasihati untuk tidak menyakiti perempuan. Namun apa yang Papa dengar kali ini Jefri? Apa! Kamu benar-benar telah membuat Papa murka, dasar baji*ngan penge*cut!”

“Arrrghhh … Papa, hentikan!”

Tuti berteriak mencoba untuk memisahkan Daryono yang suda mengunci tubuh sang anak di sofa sampai di pukul bolak-balik membuat wajahnya terluka hingga mengeluarkan cairan merah.

Daryono tidak memperdulikan teriakan Tuti yang dari tadi berusaha untuk menolong anaknya, sampai tak sengaja tangan sang suami mendorong Tuti hingga terduduk jatuh di sela-sela meja.

Desi melihat itu berusaha menolong Tuti, tetapi malah di tangkis olehnya dan langsung berdiri untuk menampar keras Desi yang telah menghasut ayahnya.

“Dasar anak durhaka! Bisa-bisanya kamu memprovokasi papamu sendiri, ketika kamu tahu yang bersalah itu Laras bukan adikmu!” bentak Tuti melihat Desi jatuh di lantai dalam keadaan sudut bibir terluka.

Terpopuler

Comments

Boedi Harjanto Admopradjitno

Boedi Harjanto Admopradjitno

efek dari video viral itu apa yaa? apa jefri langsung di pecat dari kerjaan mengingat pastinya pihak perusahaan akan kena dampaknya juga.

2024-11-05

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

gimana gak tanya uang wong uangnya di habisin ibumu

2024-12-04

0

Laurensia Listianawati

Laurensia Listianawati

rasain kamu Jefry n Tuti

2024-12-29

0

lihat semua
Episodes
1 Hasutan Mertua
2 Teror
3 Tunangan
4 Keadaan Langit
5 Kemarahan Bayu
6 Kedatangan mertua
7 Kehilangan
8 Kembali sakit
9 Memberi Dukungan
10 Mulai bersinar
11 Makan malam
12 Surat Cerai
13 Jatuhnya Talak
14 Sidang cerai
15 Permohonan
16 Elsa Ketakutan
17 Provokasi
18 Hasil sidang
19 Keterkejutan Laras
20 Pria Gila?
21 Langit di Sekap
22 Jangan menangis
23 Tunggu Hasilnya
24 Permainan Bayu
25 Jual Beli
26 Kamrahan Jefri
27 Matre?
28 Baku hantam
29 Cemburu
30 Permintaan maaf
31 Dia lagi
32 Kembalikan hartaku!
33 Tersandung
34 Di ejek
35 Berhak bahagia
36 Permintaan Langit
37 Syok
38 Di sita
39 Kolaborasi
40 Pelaku sebenarnya
41 Menguping
42 Sebuah Dendam
43 Mencoba pakaian
44 Penjiplak
45 Karya Seni Nando
46 Kelelahan
47 Menemukan pelaku
48 Drop
49 Ungkapan Aiman
50 Nove baru Judulnya "Mengandung Benih Si Culun"
51 Keraguan Laras
52 Keresahan Zoya dan Kelegaan Laras
53 Keputusan Laras.
54 Tidak terima
55 Kekecewaan Aiman
56 Aksi Fatih
57 Hasil Rencana
58 Dia kembali
59 Memulai lembaran baru
60 Geprek Belalai
61 Hari lamaran
62 Makan siang
63 Sok Psycho
64 Pindah
65 Teror Nesi
66 Marah
67 Usul Nando
68 Keberatan
69 Masuk perangkap
70 Ceroboh
71 Mengundang Wartawan
72 Kabar kepergian Nesi
73 Rengekan Langit
74 Terjatuh
75 Di urut
76 Hari bahagia.
77 Persembahan Nando dan Langit
78 Resepsi
79 Malam pertama
80 Langit menghilang.
81 Huru Hara
82 Buat adik
83 Mengadu
84 Berdoa
85 Menikah
86 Akad nikah
87 Dugong
88 Pertanyaan Langit
89 Pertanyaan Zoya
90 Encok
91 Lelaki setia
92 Misteri box
93 Minyak Rambut
94 Hasilnya
95 Calon mantu
96 Lebay
97 Tercapai
98 Surprise
99 Mengenaskan
100 Melahirkan
101 Titik Lokasi
102 Kontraksi.
103 Melahirkan
104 Selamat
105 Memberi nama
106 Melahirkan
107 Pingsan
108 Aiman kesal
109 Minya di pijit
110 Novel Baru "Langit Maheswara"
111 Spill Novel baru lagi nih " Kasih sayang Cahaya" jangan lupa di baca ya guys
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Hasutan Mertua
2
Teror
3
Tunangan
4
Keadaan Langit
5
Kemarahan Bayu
6
Kedatangan mertua
7
Kehilangan
8
Kembali sakit
9
Memberi Dukungan
10
Mulai bersinar
11
Makan malam
12
Surat Cerai
13
Jatuhnya Talak
14
Sidang cerai
15
Permohonan
16
Elsa Ketakutan
17
Provokasi
18
Hasil sidang
19
Keterkejutan Laras
20
Pria Gila?
21
Langit di Sekap
22
Jangan menangis
23
Tunggu Hasilnya
24
Permainan Bayu
25
Jual Beli
26
Kamrahan Jefri
27
Matre?
28
Baku hantam
29
Cemburu
30
Permintaan maaf
31
Dia lagi
32
Kembalikan hartaku!
33
Tersandung
34
Di ejek
35
Berhak bahagia
36
Permintaan Langit
37
Syok
38
Di sita
39
Kolaborasi
40
Pelaku sebenarnya
41
Menguping
42
Sebuah Dendam
43
Mencoba pakaian
44
Penjiplak
45
Karya Seni Nando
46
Kelelahan
47
Menemukan pelaku
48
Drop
49
Ungkapan Aiman
50
Nove baru Judulnya "Mengandung Benih Si Culun"
51
Keraguan Laras
52
Keresahan Zoya dan Kelegaan Laras
53
Keputusan Laras.
54
Tidak terima
55
Kekecewaan Aiman
56
Aksi Fatih
57
Hasil Rencana
58
Dia kembali
59
Memulai lembaran baru
60
Geprek Belalai
61
Hari lamaran
62
Makan siang
63
Sok Psycho
64
Pindah
65
Teror Nesi
66
Marah
67
Usul Nando
68
Keberatan
69
Masuk perangkap
70
Ceroboh
71
Mengundang Wartawan
72
Kabar kepergian Nesi
73
Rengekan Langit
74
Terjatuh
75
Di urut
76
Hari bahagia.
77
Persembahan Nando dan Langit
78
Resepsi
79
Malam pertama
80
Langit menghilang.
81
Huru Hara
82
Buat adik
83
Mengadu
84
Berdoa
85
Menikah
86
Akad nikah
87
Dugong
88
Pertanyaan Langit
89
Pertanyaan Zoya
90
Encok
91
Lelaki setia
92
Misteri box
93
Minyak Rambut
94
Hasilnya
95
Calon mantu
96
Lebay
97
Tercapai
98
Surprise
99
Mengenaskan
100
Melahirkan
101
Titik Lokasi
102
Kontraksi.
103
Melahirkan
104
Selamat
105
Memberi nama
106
Melahirkan
107
Pingsan
108
Aiman kesal
109
Minya di pijit
110
Novel Baru "Langit Maheswara"
111
Spill Novel baru lagi nih " Kasih sayang Cahaya" jangan lupa di baca ya guys

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!