Makan malam

Malam hari, Laras dan Langit sudah sangat siap untuk pergi ke rumah Aiman dan bertemu dengan anak satu-satunya yang jarang sekali dikenali oleh siapa pun.

Bayu dan Kiara tidak bisa ikut, lantaran mereka juga mendapatkan undangan makan malam dari kolega bisnis Bayu yang cukup terkenal demi kelancaran usaha di cabang berikutnya.

Sesampainya di rumah Laras, Aiman turun dari mobil dan langsung disambut oleh Langit yang sangat antusias bertemu dengannya. Begitu juga wanita itu yang terlihat jauh lebih cantik dan sangat keibuan.

Langit sebenarnya sudah tahu jika Jefri dan Laras tidak akan bisa bersama, apalagi anak itu sangat pintar bisa mengerti keadaan dikarenakan apa yang dialami oleh sang ibu dia pun bisa merasakannya.

“Loh, kalian hanya berdua? Di mana Bayu sama Kiara?” tanya Aiman bingung.

“Kak Bayu sama Kak Kiara sudah pergi 5 menit yang lalu, ada acara makan malam juga sama teman bisnisnya. Jadi mereka minta maaf nggak bisa ikut, gapapa ‘kan, kalau aku sama Langit berdua saja ke rumah Mas Aiman?” tanya Laras tak enak hati.

“Gapapa dong, ayo, kita berangkat,” ucap Aiman penuh semangat.

Mereka semua pergi menaiki mobil Aiman menuju suatu perumahan elit yang sangat mewah. Sesampainya di salah satu rumah dengan desain sederhana, tetapi terlihat begitu mewah membuat Laras terteguk.

Selama ini Aiman selalu berpenampilan apa adanya, tidak seperti pria kaya lainnya. Namun, nyatanya dibalik itu semua sang pria memiliki kemewahan yang pastinya tidak akan pernah habis tujuh turunan.

Langit sendiri merasa terkejut melihat rumah yang sangat luas mirip seperti istana, membuat Aiman tersenyum.

“Sudah jangan dilihatin aja, ayo turun,” ucap Aiman sambil keluar mobil.

Laras dan Langit pun turun, lalu mereka berjalan mengikuti arahan dari Aiman ke ruang tamu. Di mana pria itu pergi sebentar ke arah kamar untuk memanggil anaknya.

Hanya saja Elsa tidak mau keluar kamar karena merasa takut akan teman sang ayah yang tidak dikenalnya. Dengan putus asa Aiman kembali ke ruang tamu menemui Laras dan Langit dengan wajah sedikit murung.

“Gimana, Mas? Mana Elsa?” tanya Laras yang sudah penasaran.

“Maaf, Elsa nggak mau turun dari kamar. Dia masih takut dengan kedatangan orang asing,” jawab Aiman penuh kesedihan.

“Kalau boleh diizinkan aku dan Langit mau kenalan secara langsung ke kamarnya Elsa, boleh, Mas?” tanya Laras.

“Boleh kok, ayo, kita ke kamar Elsa. Cuma pelan-pelan ya, jangan dipaksa karena dokter menyarankan supaya Elsa tidak boleh terlalu stres nanti rasa takut akan semakin mempersulit dia untuk beradaptasi pada dunia luar, paham ‘kan, maksudku?”

Laras mengangguk perlahan. Dia sangat mengerti kalau Elsa memang memiliki trauma yang cukup berat. Jadi dia harus berjuang supaya bisa dekat dengannya.

Mereka berjalan menuju kamar Elsa, lalu Aiman membuka pintu kamar secara perlahan membuat gadis kecil itu langsung memeluk babysitter yang berada di dekatnya.

“Assalamualaikum, Cantik. Tante dan anak Tante izin masuk ya, boleh?” tanya Laras penuh senyuman menatap tulus ke arah Elsa.

Tidak ada jawaban perlahan Laras mendekati Elsa yang semakin mengeratkan pelukannya sama babysitter, sedangkan Langit diam di tempat bersama Aiman sambil melihat reaksi gadis kecil itu.

“Tante izin duduk, boleh? Baiklah, Tante janji tidak akan dekat-dekat sama Elsa. Tante duduk di sini, ya,” ucap Laras ramah. Dia duduk tepat di ujung ranjang milik Elsa membuat gadis itu sesekali melirik ke arahnya.

“Ohh, ya, kita belum kenalan. Nama Tante, Laras. Itu anak Tante, Kakak Langit. Salam kenal, Cantik. Tenang aja Tante nggak gigit kok, tujuan Tante ke sini ingin sekali bisa jadi teman Elsa. Apalagi Kakak Langit. Dia juga sama loh, kaya Elsa tidak punya teman. Boleh Kakak Langit jadi teman Elsa?”

Elsa hanya melirik ke arah Laras, bergantian ke arah Langit juga Aiman yang ada di dekat pintu sambil tersenyum ke arahnya.

“Hai, aku, Langit. Nama kamu, Elsa, ya? Seneng deh, akhirnya bisa ketemu sama kamu. Ternyata kamu cantik ya, jauh lebih cantik dari foto yang Om Aiman kasih lihat hehe … Aku pengen deh, punya adik kaya kamu. Cuma sayangnya, adikku sudah tiada. Padahal seharusnya aku sudah punya adik, tapi Allah lebih sayang sama dia. Akhirnya adikku dibawa deh, tapi gapapa. Aku tidak sedih, kalau Elsa mau kita bisa jadi teman atau dengan senang hati aku mau jadi kakaknya Elsa.”

Senyuman yang tulus dari Langit berhasil membuat semua orang menatap kagum akan kebaikan anak itu. Sayang sekali Elsa masih butuh waktu untuk beradaptasi.

“Tidak apa-apa, kalau Elsa belum siap jadi teman kita. Setidaknya melihat Elsa sudah buat kami sangat senang. Ya, sudah kami keluar ya,” ucap Laras sambil berdiri melihat reaksi Elsa yang hanya terdiam.

Gadis cantik itu tidak sedikit pun bergerak atau berbicara kepada mereka, sehingga Laras memutuskan untuk pergi keluar bersama Aiman dan Langit demi kenyamanan Elsa.

Mereka bertiga terpaksa makan malam tanpa kehadiran Elsa yang masih sulit beradaptasi. Berulang kali Aiman meminta maaf membuat Laras dan Langit memaklumkan keadaan gadis itu yang penuh akan ketakutan.

Entah trauma apa yang dialaminya, sehingga membuat karakter anak seusia Elsa yang masih 5 tahun harus terlihat murung dan menyendiri. Padahal di usia seperti itu dia lagi lucu-lucunya berbicara, main, bahkan bermanja. Namun tidak dengan anak Aiman.

Babysitter Elsa pergi ke arah dapur melewati mereka untuk mengambilkan makan malam buat Elsa. Namun tiba-tiba gadis kecil itu berteriak kencang karena mendengar suara petir sampai membuat panik semua orang.

Dengan cepat Laras berlari menghampiri Elsa, lalu memeluknya sambil berusaha menenangkannya. Sementara Aiman dan Langit terdiam mematung ketika gadis itu membalas pelukannya dengan erat.

“Bunda, Elsa takut hiks ….”

Degh!

Hati Laras tersentuh ketika mendengar panggilan itu terucap spontan dari Elsa tanpa sadar. Aiman sendiri pun tidak bisa berkata apa-apa selain tertegun menyaksikan kasih sayang Laras yang sangat tulus pada anaknya.

“Tenang ya, Sayang. Ada Tante di sini, selama Tante ada di dekat Elsa. Nggak usah takut, sebentar lagi petir itu pasti hilang dan nggak akan pernah melukai Elsa,” ucap Laras yang terus berusaha menenangkannya.

“Elsa takut, Bun, Elsa takut. Jangan tinggalin Elsa lagi ya, Bun. Elsa mohon hiks ….”

“Tante nggak akan ninggalin Elsa kok, Tante ada di sini. Udah ya, nangisnya kasihan loh, nanti wajah cantiknya hilang,” jawab Laras.

“Nggak mau, nggak mau. Elsa takut petil, Bun, takut hiks ….”

“Suuttt, Sayang. Dengerin Tante ya, sekarang lihat, Tante. Elsa nggak boleh takut sama petir, atau siapa pun. Elsa hanya boleh takut sama Allah. Jika ada yang menyakiti Elsa bilang sama Tante, biar nanti Tante marahi kaya gini, ‘hei, kamu jangan nakal lagi ya, sama Princes Tante. Awas saja kalau sampai nakal, nanti Tante jadikan perkedel atau ayam geprek biar mateng kalian’ hihih ….”

Elsa yang tadinya menangis lantaran takut, sekarang menjadi tersenyum dan tertawa mendengar kelucuan yang Laras katakan.

Sumpah, Aiman sendiri tidak percaya jika anaknya bisa kembali tersenyum hanya karena candaan dari Laras yang menurutnya tidak terlalu lucu.

Sementara dia selalu berusaha melucu, tetapi Elsa tidak pernah menertawakannya malah lebih cenderung diam dan tidak menanggapi.

“Bener tuh, nanti kalau ada yang nyakitin Elsa bilang sama Kak Langit, oke? Nanti Kakak akan bikin dia jadi biskuit. Diputar, dijilat, dicelupin, digigit deh, nyam-nyam biar berantem sama cacing di perutku hihih ….”

Elsa melirik ke arah Langit, lalu tertawa mendengar kelucuan pria itu sampai-sampai membuat Aiman ikut terkekeh.

Sungguh, hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan untuk Aiman. Dikarenakan putri kecil yang selalu murung perlahan tertawa senang.

Tak lama Elsa mulai beradaptasi dengan Laras dan Langit. Setelah mulai nyaman barulah mereka meneruskan makan bersama sambil sesekali wanita itu memancing suasana hati gadis cantik itu.

Selesai mereka makan, Langit main dengan Elsa meski masih menjaga jarak setidaknya mereka bisa sedikit demi sedikit berbicara.

Tak lupa Aiman mengabadikan momen langka itu menggunakan ponsel. Sama halnya seperti Laras yang merasa senang bisa melihat Elsa berteman dengan Langit, walaupun masih terlihat sedikit takut.

Selesai bermain, Langit dan Laras berpamitan kepada Elsa. Wajah gadis itu kembali murung. Dia baru saja merasakan sesuatu yang berbeda dari hidupnya, sekarang kembali harus direnggut hanya karena waktu.

Akan tetapi, Laras dan Langit janji akan bermain kembali sama Elsa setiap hari libur dan mengajaknya jalan-jalan. Elsa hanya mengangguk sambil memegangi boneka kesayangan, di mana babysitter di belakang sambil memegang kedua pundak anak asuhnya.

Laras dan Langit melambaikan tangan dari dalam mobil, lalu dibalas oleh Elsa dengan wajah murungnya. Begitu juga Aiman yang akan mengantarkan mereka pulang karena hari sudah mulai larut.

Di dalam mobil tak henti-hentinya Aiman berterima kasih. Mereka sudah membawa pelangi di dalam hati Elsa yang biasanya selalu mendung penuh kesedihan.

Sesampainya mengantar Laras dan Langit, Aiman langsung kembali pulang ke rumah tanpa mampir karena sudah sangat larut.

Selepas perginya Aiman, Langit begitu senang menceritakan tentang kebahagiaan hati karena memiliki teman seperti Elsa yang sangat lucu.

Cuma amat disayangkan gadis berusia 4 tahun itu harus terjebak di dalam trauma yang tidak diketahui oleh banyak orang selain Aiman.

*****

Bersambung.

Terpopuler

Comments

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Kira2 trauma napa ya Elsa?. Kasian banget ya anak sekecil itu harus trauma.

2024-04-30

1

Truely Jm Manoppo

Truely Jm Manoppo

Thor ... Elsa trauma apa ya ? bikin penasaran deh. 😍😍😍

2024-04-05

1

jaran goyang

jaran goyang

𝑑𝑚𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑑𝑎 𝑛𝑦....
𝑎𝑝𝑘ℎ 𝑛𝑔𝑙

2024-04-02

0

lihat semua
Episodes
1 Hasutan Mertua
2 Teror
3 Tunangan
4 Keadaan Langit
5 Kemarahan Bayu
6 Kedatangan mertua
7 Kehilangan
8 Kembali sakit
9 Memberi Dukungan
10 Mulai bersinar
11 Makan malam
12 Surat Cerai
13 Jatuhnya Talak
14 Sidang cerai
15 Permohonan
16 Elsa Ketakutan
17 Provokasi
18 Hasil sidang
19 Keterkejutan Laras
20 Pria Gila?
21 Langit di Sekap
22 Jangan menangis
23 Tunggu Hasilnya
24 Permainan Bayu
25 Jual Beli
26 Kamrahan Jefri
27 Matre?
28 Baku hantam
29 Cemburu
30 Permintaan maaf
31 Dia lagi
32 Kembalikan hartaku!
33 Tersandung
34 Di ejek
35 Berhak bahagia
36 Permintaan Langit
37 Syok
38 Di sita
39 Kolaborasi
40 Pelaku sebenarnya
41 Menguping
42 Sebuah Dendam
43 Mencoba pakaian
44 Penjiplak
45 Karya Seni Nando
46 Kelelahan
47 Menemukan pelaku
48 Drop
49 Ungkapan Aiman
50 Nove baru Judulnya "Mengandung Benih Si Culun"
51 Keraguan Laras
52 Keresahan Zoya dan Kelegaan Laras
53 Keputusan Laras.
54 Tidak terima
55 Kekecewaan Aiman
56 Aksi Fatih
57 Hasil Rencana
58 Dia kembali
59 Memulai lembaran baru
60 Geprek Belalai
61 Hari lamaran
62 Makan siang
63 Sok Psycho
64 Pindah
65 Teror Nesi
66 Marah
67 Usul Nando
68 Keberatan
69 Masuk perangkap
70 Ceroboh
71 Mengundang Wartawan
72 Kabar kepergian Nesi
73 Rengekan Langit
74 Terjatuh
75 Di urut
76 Hari bahagia.
77 Persembahan Nando dan Langit
78 Resepsi
79 Malam pertama
80 Langit menghilang.
81 Huru Hara
82 Buat adik
83 Mengadu
84 Berdoa
85 Menikah
86 Akad nikah
87 Dugong
88 Pertanyaan Langit
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Hasutan Mertua
2
Teror
3
Tunangan
4
Keadaan Langit
5
Kemarahan Bayu
6
Kedatangan mertua
7
Kehilangan
8
Kembali sakit
9
Memberi Dukungan
10
Mulai bersinar
11
Makan malam
12
Surat Cerai
13
Jatuhnya Talak
14
Sidang cerai
15
Permohonan
16
Elsa Ketakutan
17
Provokasi
18
Hasil sidang
19
Keterkejutan Laras
20
Pria Gila?
21
Langit di Sekap
22
Jangan menangis
23
Tunggu Hasilnya
24
Permainan Bayu
25
Jual Beli
26
Kamrahan Jefri
27
Matre?
28
Baku hantam
29
Cemburu
30
Permintaan maaf
31
Dia lagi
32
Kembalikan hartaku!
33
Tersandung
34
Di ejek
35
Berhak bahagia
36
Permintaan Langit
37
Syok
38
Di sita
39
Kolaborasi
40
Pelaku sebenarnya
41
Menguping
42
Sebuah Dendam
43
Mencoba pakaian
44
Penjiplak
45
Karya Seni Nando
46
Kelelahan
47
Menemukan pelaku
48
Drop
49
Ungkapan Aiman
50
Nove baru Judulnya "Mengandung Benih Si Culun"
51
Keraguan Laras
52
Keresahan Zoya dan Kelegaan Laras
53
Keputusan Laras.
54
Tidak terima
55
Kekecewaan Aiman
56
Aksi Fatih
57
Hasil Rencana
58
Dia kembali
59
Memulai lembaran baru
60
Geprek Belalai
61
Hari lamaran
62
Makan siang
63
Sok Psycho
64
Pindah
65
Teror Nesi
66
Marah
67
Usul Nando
68
Keberatan
69
Masuk perangkap
70
Ceroboh
71
Mengundang Wartawan
72
Kabar kepergian Nesi
73
Rengekan Langit
74
Terjatuh
75
Di urut
76
Hari bahagia.
77
Persembahan Nando dan Langit
78
Resepsi
79
Malam pertama
80
Langit menghilang.
81
Huru Hara
82
Buat adik
83
Mengadu
84
Berdoa
85
Menikah
86
Akad nikah
87
Dugong
88
Pertanyaan Langit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!