Mencari titik terang

...🔥🔥🔥🔥🔥...

"Maaf pak, sebenarnya saya ingin mengadu nasib di kota besar. saya ingin menjadi orang sukses dengan mencari kerja di kota atau membangun usaha sendiri. Jadi saya ijin keluar dari perusahaan tanpa di ketahui sahabat saya dan juga keluarga! Saya hanya ingin membuktikan pada mereka jika saya bisa lebih maju lagi!"ucapnya dengan menggebu. Agaknya Agus mulai sedikit tersinggung dengan Pertanyaan yang di lontarkan oleh pak ustadz.

"Oh gitu. Maaf jika pertanyaan bapak menyinggung kamu ya gus, bapak ti______"ucapan pak ustadz terputus karena Agus lebih dulu menyela.

"Tidak apa-apa pak. Maaf jika sudah tidak ada yang perlu di tanyakan lagi saya permisi lebih dulu, ada yang lebih penting untuk saya lakukan!"Ucap Agus penuh sindiran.

Pak ustadz yang paham arah pembicaraan Agus pun langsung mempersilahkan Pria muda itu untuk pergi. Walau ia masih menyimpan curiga dengan apa yang sudah terjadi, kenapa tadi ia seperti melihat jin Qorin mirip Fiki seperti tersiksa dan di tarik-tarik oleh dua orang wanita berbaju merah menyala. Serta kemunculan Agus yang tiba-tiba dan seperti membawa aura berbeda semakin menambah aura mencekal dengan kejadian dadakan ini. Apalagi pak ustadz melihat jika Qorin Fiki seperti begitu marah kepada Agus, membuat tanda tanya besar, sebenarnya apa yang sudah terjadi dan apa yang di tutupi Agus dari keluarganya?

Pak ustadz memilih pulang dari pada kembali ke dalam rumah. Toh besok dia juga akan kembali ke rumah itu untuk melakukan tahlilan 3 hari meninggalnya almarhum Fiki.

Sepanjang perjalanan, pak ustadz seperti mendengar teriakan seseorang yang saling bersahutan.

"Pak tolong saya pak!"Ucap Seseorang yang begitu mengagetkan pak ustadz yang berjalan sendiri di bawah sinar rembulan yang temaram.

"Siapa?" Ucap pak ustadz setelah menghentikan langkahnya.

"Fiki pak."

Deg

Jantung pak ustadz seakan berhenti berdetak mana kala melihat sosok Fiki yang nampak di cambuk oleh seseorang tapi entah siapa? Bahkan kaki dan tangannya di ikat menggunakan rantai, serta pemberat berbetuk bulat seperti bola.

"Astaghfirullah al'Azim."Pekik pak ustadz sesaat setelah menghentikan langkahnya. Pak ustad sampai mengucek beberapa kali kedua matanya guna memastikan benar atau tidaknya yang ia lihat tadi.

Tetapi semakin ia kucek mata, semakin terlihat jelas bahwa yang ia lihat itu nyata."Ya Allah Fik, itu benar kamu? Kenapa qorin kamu jadi begitu Fik? Apa salah yang kamu lakukan le?"Ucap Pak ustadz yang merasa sangat kasihan.

"Mas Agus pak. Mas Agus."Hanya itu yang Fiki katakan sesaat sebelum jin qorin itu menghilang.

"Astaga. sebarnya apa yang di lakukan Agus? kenapa sampai Fiki tidak tenang seperti itu?" batin pak ustad bergumam.

Sementara Agus yang baru saja masuk ke dalam rumah, di cegat oleh kedua sahabatnya yang ingin menginterogasi dirinya sejak tadi.

"Eitt mau kemana?"Ucap Yono sembari merentangkan sebelah tangannya.

"Ck. minggir, aku mau masuk!"Ucap Agus yah Malas meladeni kedua sahabat, ia tahu pasti keduanya ingin bertanya kemana selama ini ia berada? Ia tau betul pasti keduanya sudah mengetahui fakta yang sudah terjadi. "Kalau kalian hanya ingin bertanya mengenai kemana aku pergi dan untuk apa aku resign, mending nanti saja. Aku masih lelah !" Ucapnya tanpa perduli dengan apa yang di ucapkan kedua sahabatnya lagi. ia langsung menghempaskan tangan Yono yang menghalangi langkahnya.

"Sudah nanti saja!" Ucap Barata menghalangi Yono yang ingin mencecar Agus dengan pertanyaan lagi.

"Ck. Kamu itu bagaimana? Jelas-jelas aku ingin bertanya padanya selama ini kemana kok tega-teganya sampai membohongi kita? Padahal sejak dulu kita tidak ada yang main rahasia-rahasiaan segala!"Ucap Yono dengan menggebu.

Barata sampai memegangi pundak sahabatnya itu untuk menenangkannya."Sudah besok saja Yon, biar kita sama-sama tenang dulu. Toh besok kan kita ke sini lagi! Tidak enak juga kalau kita menganggu keluarga yang masih dalam keadaan berkabung!"Ucap Barata memberi solusi.

Yono mengusap wajahnya dengan kasar, seraya membetulkan kerah bajunya. benar apa yang di katakan Barata tadi, ia harus menenangkan diri terlebih dulu agar tidak mudah tersulut emosi jika saja sahabatnya yang bernama Agus bicara tidak baik padanya nanti. mengingat apa yang akan mereka bicarakan menyangkut hal pribadi orang yang bersangkutan, tentu saja itu sangatlah sensitif.

Yono memilih berbalik dan berjalan pergi lebih dulu, meninggalkan Barata yang terbelalak tidak terima sudah tinggal begitu saja.

"Wi bocah semprul, malah di tinggal!" Umpat Barata kesal. Namun tetap saja ia berlari menyusul langkah kaki Yono yang sudah menjauh dari rumah Agus untuk pulang."Yon tunggu, kamu mau pulang naik apa hah?" Imbuh Barata dengan tersenyum meledek.

Deg.

Yono menghentikan langkahnya mendadak, di ikuti pula oleh Barata yang juga berhenti di belakangnya. Yono dengan cepat langsung membalikkan badan, lalu dengan cepat ia menarik kerah baju Barata untuk segera menuju ke arah motornya, agaknya Yono yang kalem berubah menjadi Yono yang tidak sabaran dan emosian. Terbukti sejak kedatangannya di kediaman Agus, ia tidak henti-hentinya marah-marah kepadanya dan juga Agus.

Selama perjalanan Yono nampak diam saja tidak mengucapkan sepatah katapun, membuat suasana semakin kikuk saja antara keduanya!

"Bro, kamu curiga gak sama gerak-gerik Agus selama ini?"Ucap Yono memulai obrolan dengan menepuk pundak Barata sekilas, agar mendengarkan ucapannya.

"Hah Apa?"Ucap Barata yang tengah fokus ke arah depan saat mengemudi.apalagi saat ini dirinya memakai helm jadi sulit sekali mendengar ucapan Yono tadi.

"Ya ampun kami budek ya?"Umpat Yono kesal. Padahal dia sudah berteriak kepayahan untuk berbicara.

"Maksudmu bagimanan? Aku gak ngerti!"Jawab Barata jujur.

"Halah, besok saja lah. Wes gak mood aku!" Ucap Yono sembari memutar bola matanya malas

"Yaudah, lagi pula kamu ini aneh. Sudah tau aku sedang mengemudi malah di ajak bicara, jelas saja aku tidak dengar Yon, Yono!"Ucap Barata Menggerutu.

Sesampainya di depan rumah Yono. Barata langsung pamit pulang setelah sahabatnya itu turun, ia tidak bisa mampir karena hari sudah sangat malam dan jalanan sudah mulai sepi. "Aku pamit dulu ya Yon.Besok aku jemput lagi jam sepuluh!"Ucap Barata sembari memperlihatkan 10 jarinya ke hadapan Yono dengan expresi lucu.

"Ck. Kamu pikir aku anak kecil sampai kamu ledek begitu? Gemblung! Umpat Yono kesal sembari mentoyor kening Barata.

Walau kepalanya terdorong, Barata sama sekali tidak marah dengan sikap sahabatnya itu. Menurutnya hal seperti itu sudah biasa di antara mereka bertiga. Dan itu hanya bermaksud sebagai candaan saja!

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!