Kepergian adik Agus secara mendadak

...🔥🔥🔥🔥🔥...

"Fik bangun Fik, ini masmu pulang Fik. Katanya kamu mau beli Ponsel dan motor baru? Ayo Fik, mas sudah punya uang Fik. Bangun Fik" Ucap Agus berteriak kesetanan dengan menggoyangkan tubuh sang adik.

"Sadar Gus, nyebut!" Ucap Yono yang ternyata ada di sana juga.

Deg

Agus terperanjat kaget ketika mendengar Suara sahabatnya dan juga merasakan sentuhan tangan seseorang di atas pundaknya. Dengan memberanikan diri Agus nampak menoleh ke arah suara yang tadi nampak menenangkannya.

Glek

Agus menelan ludahnya kasar, ketika tidak hanya mendapati Yono di sana. Melainkan juga mendapati Sahabatnya yang lain yaitu Barata sedang duduk menatap Agus dengan pandangan tak terbaca.

"Yon kamu di sini?" Ucap Agus dengan sesenggukan.

Yono tersenyum lembut sembari menganggukkan kepala. Ia tidak mau banyak bicara di saat hari yang sedang berduka, biar nanti saja ia bicara dengan sahabatnya itu. Kemana saja ia selama 2 Minggu ini kok tidak pulang ke rumahnya? Sampai ia tahu jika ternyata sahabatnya tidak pulang mana kala mendapati kabar dari ayah sahabatnya jika adik Agus meninggal. Tapi ponsel sahabatnya itu sama sekali tidak bisa di hubungi oleh keluargaku sejak 2 Minggu yang lalu, padahal sejak dua Minggu lalu sahabatnya itu sudah mengajukan cuti pulang dari sana, nyatanya bukan cuti. Yono dan Barata baru mendapati fakta jika sahabatnya itu Sudah mengundurkan diri dari PT tempat mereka bekerja.

Agus baru sadar jika ponselnya sejak hari itu tidak bisa di nyalakan karena kehabisan daya. Pantas saja dia tidak tau apa-apa soal kecelakaan yang di alami adiknya? Bahkan ia tidak tau jika adiknya itu 5 hari di rawat di rumah sakit sebelum di nyatakan meninggal dunia. Selain itu seluruh keluarganya bingung kenapa ponselnya tidak bisa di hubungi ketika Fiki adiknya terus saja menyebut namanya walau dalam keadaan koma. Awalnya keluarga aku berfikir memang di sana tidak ada sinyal, tapi mereka baru tau fakta jika Agus sudah pulang ke awa sejak 2 Minggu yang lalu dari keluarga Barata yang tidak sengaja menjenguk adik Agus yang di rawat di rumah sakit kala itu.

Barata mendekat ke arah Agus yang nampak melamun saat ini."Kemana saja kau 2 Minggu ini bung? Ayahmu mencari mu dan bertanya terus padaku! Untung saja saat itu ibu dan ayahku datang menjenguk adikmu di rumah sakit, sehingga mereka memutuskan menghubungiku saat itu juga untuk bertanya keberadaan mu di mana, nyatanya selama ini kau membohongi kami semua! Kau harus jelaskan ini semua kepada kami setelah ini bung!" Ucap Barata sembari berbisik. Lalau ia memilih kembali merangkak ke tempatnya semula guna menghormati semua tamu yang ada di sana.

Wajah Agus nampak Pias, niatnya ingin membahagiakan keluarga dan mengangkat derajat keluarga malah berakhir nestapa. Ia pikir jika menjadi orang kaya nanti ia bisa membahagiakan adik satu-satunya yang bernama Fiki. Adiknya itu begitu berharap bisa menjadi orang kaya agar tidak terus di hina atau di rendahkan oleh orang lain. Tapi takdir berkata lain, nyatanya belum sempat ia menikmati kekayaan milik kakaknya, Fiki sudah tidak ada. apakah ini karena ulah Nala? Istri gaib Agus.Tiba-tiba saja pikiran jelek itu terlintas di dalam otak Agus yang sudah di buatkan oleh harta.

beberapa saat kemudian, seluruh orang berusaha mengangkat keranda milik namun tidak ada yang berhasil sama sekali. "Kenapa ini?" Ucap Pak kiyai yang baru saja datang karena habis azan di masjid.

"Ini pak, entah kenapa jenazah Fiki sulit sekali di angkat! Padahal tubuhnya terbilang kecil jika di bandingkan dengan orang-orang yang berusaha mengangkatnya!" Ucap Salah satu orang yang tadi ikut mengangkat Tubuh Fiki. Apalagi di tambah anggukan dari semua orang yang terlihat ada di samping tubuh Fiki sejak tadi.

"Astaghfirullah kok bisa sampai seperti itu? kalian jangan mengada-ada, kasihan jenazah deh Fiki kalau tidak segera di semayamkan!" Ucap Pak ustadz yang subuh mengelus dada. Lalu dengan segera pak ustadz mendekati tubuh Fiki yang terbujur kaku di dalam keranda dengan ditutup kain berwarna hijau berlafaz arab.

perlahan kan ustadz membuka kerandanya dan berusaha menggapai tubuh itu untuk di doakan, namun betapa kagetnya saat pak ustad tidak sengaja ingin memegang tubuh yang di bungkus kain itu. Nyatanya tubuh itu seperti selonjor pohon pisang yang di bungkus kain saja. Karena masih penasaran pak kiyai menyuruh beberapa orang untuk membuka tali pengikat pocong nya untuk di cek kembali apakah benar dugaannya tadi.

Setelah di buka, pak ustadz berusaha menggapai kapas yang menutupi kedua mata fiki dengan hati-hati.

Brak

Tiba-tiba saja tubuh pak ustadz limbung. Matanya nampak mengerjab beberapa kali, dadanya naik turun seperti seseorang yang baru saja melihat sesuatu yang menakutkan.

Seluruh orang yang ada di sana nampak bingung dengan sikap pak ustadz yang tiba-tiba beringsut mundur. "Ada apa pak?" Ucap bapak Agus yang mendekat ke arah pak Ustadz sembari menyentuh kakinya.

"Di mana Agus?" Ucap pak ustadz mencari keberadaan Agus

"Maksud bapak Agus anak pertama saya?" Ucap bapak Agus dengan expresi wajah serius.

"Ya Agus, suruh Agus ke sini dan angkat adiknya sendiri!" Ucap Pak ustadz sembari menatap lurus ke arah Jasad Fiki sejak tadi.

Semua orang nampak bingung, mereka saling menyenggol satu sama lain untuk saling menginterupsi. Pak ustadz sadar akan itu, tapi lagi-lagi ia mengesampingkan cemoohan orang-orang yang tidak paham akan sesuatu yang tidak lazim yang pastinya tidak semua orang tau.

"Itu Agus. Gus sini!" Ucap Bapak Agus memanggil Putra pertamanya untuk mendekat. Agus tadi sempat keluar untuk mengecek kesiapan lahan pemakaman yang akan di gunakan mengubur jasad adiknya dan tidak tau jika ada insiden aneh menjelang keberangkatan semua orang ke pemakaman barusan. Itu saja dia pulang karena sejak tadi di tunggu-tunggu kok rombongan yang membawa Fiki tidak kunjung datang, karena penasaran akhirnya ia memutuskan untuk pulang mengecek terlebih dahulu.

"Ada apa pak?" Ucap Agus yang baru saja sampai ke samping bapaknya.

"Pak ustadz menyuruhmu untuk mengangkat jenazah Fiki sendiri!"Celuk bapak Agus.

Deg

Mata Agus membola. "Apa, kenapa tidak sejak tadi pak? Jadi karena ini kalian tidak berangkat-berangkat sejak tadi?" Ucap Agus dengan suara yang meninggi. Ia heran, aneh sekali kenapa dirinya di suruh mengangkat jenazah adiknya sendiri? Lalu kenapa semua orang ada di sana jika tidak mau membantu mengangkat tubuh adiknya? Agus menatap lekat semua orang yang ada di sana dengan tatapan benci. Kecewa sekali rasanya melihat semua orang yang nampak abai dengan keadaan adiknya!.

Bersambung..

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!