Hari-hari dilalui Vinaya dengan murung. Ia masih berduka apalagi selama ini ia hanya hidup berdua dengan sang ayah,tapi kini ayahnya telah pergi untuk selama-lamanya membuat hatinya terasa hampa. Gadis itu bahkan tak berselera makan,buat mandi dan beraktivitas seperti biasa saja rasanya enggan.
Winda yang paling sering mengunjungi nya selalu mengatakan hal-hal positif dan kata-kata semangat.Bahkan setiap hari wanita paruh baya itu yang selalu memberikan makanan untuk Vinaya.
Hingga suatu ketika saat Vinaya baru saja makan setelah dibujuk Winda,banyak warga yang berdatangan sambil berteriak.
Vinaya dan Winda pun keluar dari dalam rumah." Ada apa ini rame-rame ? Pak,Bu ?" Tanya Winda
"Begini Bu Winda....."Salah satu warga mengutarakan apa yang menjadi ketakutan nya ,mereka mengatakan jika status janda Vinaya akan membawa bala untuk desa nya, mengingat sudah dua orang yang meninggal dengan jarak berdekatan
"Kalian g*la ya ! Dapat pemikiran konyol seperti itu dari mana hah ? Dani dan mas Fahmi meninggal karena memang takdir.Sedangkan status janda siapa yang menginginkan nya ? Di desa ini banyak kok yang menyandang status janda. Kalian ini jangan aneh-aneh deh " Seru Winda tak terima
"Apa yang kalian inginkan ?" Tanya Vinaya dengan tatapan datar nya
"Kau pergi dari kampung ini ! Tak sudi kami menerima janda kembang pembawa sial macam kamu ! " Hardik salah satu warga
Vinaya menghela nafas ,ingin dia menyangkal semua ucapan warga tapi ia merasa tak punya tenaga,di saat itu muncul pak RT dan seorang ustadz. Mereka mendapat laporan jika para warga menyerbu rumah Vinaya.
"Ada apa ini rame-rame,lagi antri sembako ya ?" Tanya pak RT
"Bukan pak RT , tapi......" salah satu warga menjelaskan maksud mereka
"Astaghfirullah.....kenapa kalian bisa sampai berfikiran seperti itu ?" Lirih ustadz Romi,seorang ustadz muda yang terkenal ramah dan santun
Kemudian sang ustadz melirik Vinaya yang wajah nya pucat dengan kedua mata sembab.
"Bisa kita bicara empat mata !" Pinta ustadz Romi pada Vinaya
"Ustadz kan ngerti agama,tidak baik jika kita hanya bicara berdua " Skak Vinaya
Ustadz itu pun gelagapan,"Kalau gitu bibi temani " Cetus Winda
Di sini lah mereka bertiga ,di ruang tamu sementara pak RT tengah menenangkan warga yang nampak penasaran dengan obrolan Vinaya dan ustadz Romi
"Ada apa ustadz?" tanya Vinaya dengan tidak menatap lawan bicara nya
"Saya tidak tega jika kamu harus terusir dari desa ini,kamu baru saja mendapatkan musibah ,kehilangan dua orang yang paling disayang pasti berat "
"To the poin saja ustadz,saya lelah jika harus berlama-lama " Ucap Vinaya ,bukan nya ia tak sopan hanya saja ia sudah mencium gelagat aneh dari ustadz tersebut
"Menikahkan dengan saya ,saya yakin semua warga tidak akan ada lagi yang berani berfikir macam-macam pada mu !" Ucap ustadz Romi enteng tanpa beban
Vinaya yang saat itu sedang menunduk pun sontak mengangkat wajah nya ,ia merasa tercengang dengan ucapan sang ustadz meski sebelum nya ia sudah memprediksi hal itu. Ustadz Romi memang terkenal dengan sikap ramah dan santun nya saking ramah nya ia sampai sudah menikah lebih dari satu kali.
"Maaf ustadz,saya tidak mau menjadi madu istri-istri ustadz,saya orang nya egois tak suka berbagi,jika ada satu orang saja yang berani mengusik kepunyaan ku maka aku gak segan untuk mengibarkan bendera perang ,membunuh pun aku sanggup untuk mempertahankan kan apa yang aku miliki " Ucapan bernada keras dan tegas itu tentu saja membuat sang ustadz tak kalah tercengangnya ,ia tak menyangka jika gadis yang selama ini terlihat lembut dan penyayang ternyata bisa ganas juga
"Terima kasih atas perhatian yang ustadz berikan pada saya,tapi saya tekankan jika saya menolak ajakan nikah ustadz,permisi " Vinaya pun beranjak ke luar
Winda hanya bisa menggeleng kan kepala melihat ustadz Romi yang masih terdiam dalam duduk nya , dalam hati ia merasa gedek juga dengan sang ustadz, bisa-bisanya dia ngajak nikah anak gadis orang sementara di rumah sudah ada dua istri yang menunggu nya pulang.
"Jadi ustadz kok hobi banget nikah " Batin Winda
Sementara itu Vinaya yang baru saja tiba di luar dibuat bingung dengan kedatangan sebuah mobil sedan biru ,tentu ia sangat mengenal mobil itu ,karena mobil itu merupakan mobil pertama yang ayah nya beli dari hasil kerja kerasnya menjual parfum. Namun hatinya dibuat panas ketika sang pengendara yang tak lain adalah Heri,orang yang telah mengkhianati sang Ayah keluar dari mobil itu.
"Wah,ada apa ini rame-rame begini ?" Tanya nya dengan gaya yang menyebalkan
"Mau apa om ke sini? Belum puas dengan apa yang sudah om lakukan pada keluarga ku ?" Tanya Vinaya ketus
"Belum " Jawab nya santai
"Terus om mau apa lagi ? Toko dan mobil sudah om ambil ,ayah sudah tiada ,mau apa lagi datang ke sini ?" Tanya Vinaya lagi
"Rumah ini. Rumah ini juga sudah berpindah nama menjadi rumah ku ,dan ayahmu yang tolol itu mau saja dibegoin,dia percaya saja dengan apa yang aku katakan ,hahahaha...."
"Kurang ajar " desis Vinaya marah
"Jangan marah lah,kamu masih bisa tinggal di sini kok,asalkan kamu mau menikah dengan putra ku ,atau kamu mau nikah dengan ku saja ,aku kan duda " seloroh nya sambil mengedipkan satu mata nya
"Najis amit-amit,lebih baik aku jadi perawan tua daripada harus nikah dengan om atau anak om itu" Hardik Vinaya menunjuk wajah cengos pria pengkhianat itu ,dalam hati ia mengumpat habis-habisan,bagaimana tidak anak nya Heri merupakan pria dengan kebutuhan khusus untuk makan saja harus disuapi apalagi yang lain nya
"Hati-hati kalau bicara nona " Heri nampak tak terima
"Sekarang lebih baik om pergi ! Aku sudah muak lihat wajah om "
"Apa tidak salah,seharusnya yang pergi dari sini itu kamu ,bukan aku. Tapi baiklah jika kamu tidak suka ,aku akan pergi setelah kau juga pergi dari rumah ini,sekarang ini adalah rumah ku " Kata-kata nya penuh dengan tekanan,Heri juga menatap tajam Vinaya ,berharap gadis itu akan ciut,namun usaha nya sia-sia karena dari ekspresi nya Vinaya sama sekali tidak terintimidasi sama sekali
Heri menujukan bukti jika rumah itu sudah berpindah kepemilikannya,bak terkena godam,hati Vinaya berdenyut nyeri. Begitu banyak kenangan ia bersama sang ayah di rumah itu,sekarang mau tidak mau ia harus pergi dari rumah itu ,melawan pun percuma ia tak memiliki power untuk melawan Heri apalagi dirinya sudah lelah karena terus menangis dan meratapi nasib nya tanpa sang ayah.
"Baiklah,semoga om bisa hidup BAHAGIA dengan apa yang sudah om dapatkan dari hasil mencuri " setelah mengatakan itu Vinaya pun bergegas mengemasi barang-barang nya ,semua pakaian,dokumen seperti ijazah tak lupa ia masukan ke dalam koper. Melihat ijazah ia seharusnya sudah masuk bangku kuliah saat ini,hanya saja rencana pernikahan nya membuat nya harus menunda pendaftaran kuliah.Sekarang ia pesimis untuk bisa berkuliah ,uang yang berada di kartu ATM peninggalan ayah nya pun mungkin hanya bisa untuk biaya daftar sementara ke depan nya mungkin akan butuh banyak biaya.
Winda pergi menyusul Vinaya ke dalam kamar.
"Kamu mau pergi kemana ?" Tanya Winda
"Entahlah bi,mungkin aku akan merantau ke kota saja ,mencari pekerjaan , syukur-syukur uang nya terkumpul agar aku bisa masuk kuliah,di kota kan ada banyak kampus yang ada program beasiswa nya " Jawab Vinaya,entah kenapa rasa pesimis yang tadi bergelayut manja dibenaknya tiba-tiba hilang begitu saja ,ia yakin jika ia bisa mendapatkan beasiswa di salah satu universitas di kota,mengingat segala prestasi yang ia raih selama di sekolah ,juara umum ,juara kelas belum juara-juara lain seperti pencak silat,vokal dan tari,dan masih banyak pula prestasi lain nya
Tak lupa Vinaya juga membawa semua piala dan piagam milik nya ,sampai satu tas besar pun tak muat karena begitu banyak nya piala-piala tersebut.
"Sekarang kan sudah sore sebentar lagi malam ,kamu nginap di rumah bibi saja ya,kebetulan bibi ada teman di kota ,nanti bibi tanya deh ada lowongan pekerjaan gak untuk kamu ,tapi mungkin pekerjaan nya art gak apa-apa?" Tanya Winda tak enak hati
"Gak apa-apa bi,yang penting kan halal ,terima kasih karena bibi selalu baik dan perhatian pada ku " lirih Vinaya memeluk Winda
"Karena kamu sudah bibi anggap anak sendiri,kamu ingat kan Elis sampai kabur ke pondok karena dia cemburu pada mu,yah....meskipun begitu anak itu selalu bertanya kabar kamu kalau dia dikasih izin nelpon , begitu-begitu dia juga sayang loh sama kamu " ucap Winda membahas putri nya yang hanya berjarak satu tahun dari Vinaya
"Iya bi,aku tahu kok "
"Ya sudah ,ini sudah beres kan semua ? Yuk ke rumah bibi !" ajak Winda
Sebelum melangkah pergi,Vinaya menatap terlebih dahulu kamar nya ,kamar yang menjadi saksi bisu saat ia menumpahkan rasa sedih nya.
"Ibu.....ayah....." lirih gadis itu dalam hati
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 291 Episodes
Comments
Heri Wibowo
tetap semangat vinaya
2024-09-20
0