Mafia 19

"Si–silakan, Nyonya Ketua. Jangan sampai perbannya terkena air ya. Nanti sore saya akan kembali untuk menggantinya," jelas perawat wanita sambil menyerahkan waslap serta baskom berisikan air hangat.

"I-Iya, baik. Terima kasih," ucap Arumi pelan.

Setelah kedua perawat yang merupakan anggota black hawk itu pergi, Arumi menghela napasnya. Setelah itu, dia berjalan pelan untuk mendekati suaminya.

"Mas. Bisa tidak, lain kali kalau bicara itu jangan membuat jantung orang serasa mau lepas," protes, Arumi dengan suara yang lembut.

"Salah mereka sendiri, karena telah berani kurang ajar. Seharusnya kan, ketuk pintu dulu!" kilah Max, dengan ekspresi kesal yang masih bertahan di wajahnya. Bagaimana tidak marah, jika rambut dan leher istrinya itu hampir saja jadi santapan umum. Entah kenapa, Max merasa tak rela jika orang lain melihat keindahan yang ada pada istrinya.

"Mas ini, kenapa tidak pernah merasa bersalah," gemas Arumi. Ingin rasanya dia meremas pria kepala batu di hadapannya itu.

"Jangan memandangiku seperti itu, Rum. Sebaiknya, cepat lakukan tugasmu sebagai istriku," titah Max, dengan seringai penuh arti.

"Apa!" Arumi terkesiap , ketika suaminya itu menagih kewajibannya. "Se-sekarang ya?" tanya, Arumi terbata. Tiba-tiba tangannya menjadi keram dan kaku untuk digerakkan.

"Memangnya kapan lagi, besok! Seluruh tubuhku ini sudah gatal. Ayo cepat, lakukan!" tegas Max, yang mana bagian atas tubuhnya memang sudah polos.

Arumi dengan tangan gemetar mulai mengusap wajah, Max kemudian beralih ke bagian atas tubuhnya. Arumi, menelan ludahnya kasar di saat tangannya mengusap dada bidang, suaminya yang tanpa bulu itu.

Glek!

Untung saja, saat ini Arumi masih mengenakan niqobnya sehingga, Max tidak tau jika saja ada air liur yang nantinya menetes. Bagaimana pun, Arumi perempuan normal bukan? Jadi, tidak ada salahnya jika dirinya bersyahwat apalagi dengan pria yang sudah halal baginya.

"Jangan lupa bagian bawah juga." Max berkata tanpa ekspresi seperti biasa. Bukannya tak malu, tetapi dirinya sengaja berkata begitu untuk menggoda, Arumi.

Max, pikir Arumi pasti akan bertingkah seperti semalam yang melengos ketika harus melihat benda keramatnya. Apalagi, pada saat melepaskan kateter, saking gugupnya Arumi sampai menarik selang itu dengan cukup keras. Max, sebenarnya takut jika istrinya membersihkan bagian itu maka, senjatanya bisa tiba-tiba di remas bagaimana.

Max, menggelengkan kepalanya membayangkan kejadian yang belum tentu terjadi itu. Semua itu karena belum pernah ada wanita manapun yang melihat bagian sensitifnya. Walaupun dirinya seorang mafia, bukan berarti Max bebas berhubungan dengan para wanita. Justru, selama ini dirinya antipati terhadap mahluk ribet satu itu.

Max membenci wanita dan pernikahan. Tetapi kini dirinya justru terjebak dengan keduanya. Max, mungkin sedang membenci dan merutuki takdirnya. Jalan hidupnya semakin rumit saja setelah ini.

Max yang sedang menerawang, tidak menyadari kalau wajah wanita di hadapannya ini sudah semerah tomat matang.

Arumi, masih mengerakkan tangannya untuk mengusap perut kotak delapan milik, Max. "Oh perut, bagaimana bisa terbentuk indah seperti ini. Apakah bentuk tubuh pria tampan memang seperti ini?" batin Arumi bertanya-tanya. Memang selama ini dirinya sangat polos dari hal-hal semacam ini. Arumi benar-benar terjaga dari apapun yang berbau erotisme maupun pornografi. Karena, Arumi termasuk Hafidzah ( penghafal dan penjaga Al Qur'an )

Walaupun, hafalan Arumi belum banyak, baru sampai juz 15. Namun itu cukup sebagai bekalnya untuk mengajar dan membagikan ilmunya di madrasah. Arumi juga mengerti sedikit ilmu fiqih dan memiliki hafalan beberapa hadist.

Arumi, bahkan sempat sedih pada saat dirinya mengundurkan diri dari madrasah itu. Dimana dirinya sudah mengajar selama beberapa tahun. Salah satu temannya sesama guru di sana, berkali-kali mendesak Arumi agar tidak pindah. Namun, tak ada siapapun yang memiliki hak pada Arumi selain suaminya.

Max, menatap istrinya yang sejak tadi hanya mengusap bagian perutnya saja. "Mau sampai kapan kamu mengagumi perut seksiku?" goda Max, jahil sekali.

"Lebih baik Arum bersihkan bagian punggung dulu saja," kilahnya mengulur waktu. Arumi perlu waktu lebih lama lagi untuk menyiapkan mental dan juga nyalinya.

Max hanya tersenyum tipis, mengetahui istrinya terus menghindar. Dia tau, bahwa Arumi tidak seberani itu. Namun, perkiraan Max seketika meleset. Ketika, Arumi telah selesai dengan bagian punggungnya, kini wanita itu dengan santai membuka penutup bagian bawah tubuhnya lalu membersihkan bokongnya tanpa aba-aba.

"Hei, Arumi!" Mendengar suaminya menjerit keras, Arumi langsung menghentikan gerakan tangannya.

Terpopuler

Comments

Rifa Endro

Rifa Endro

lah, dia sendiri yg menggoda. dia juga yg tidak tahan

2024-04-22

1

Nur Lizza

Nur Lizza

lanjut5 thor

2024-04-22

1

Ari Ari

Ari Ari

😃😃😃😃lanjut thor.

2024-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!