Mafia 8

"Kenapa, Mas?" tanya Arumi lagi. Hingga Max tersadar dari lamunannya, karena panggilan yang terdengar aneh di telinganya.

"Jadi, sebelumnya apa agama kamu, Mas? Muslim atau--"

Mendapati pertanyaan berulang dari Arumi, Max hanya menggelengkan kepalanya.

"Apa itu agama? Apakah sepenting itu?" tukas Max, dengan rahang mengeras. Sejak awal masuk rumah ini selalu saja yang di pertanyakan adalah agamanya.

Arumi langsung mengucap istighfar pelan. Gadis ini menghela napas lebih dulu. Rupanya semua tidak semudah yang ia pikirkan. Mungkin akan lebih melelahkan dan sulit di bandingkan dengan apa yang ia bayangkan.

Arumi, sebelumnya telah menolak beberapa lamaran pria yang datang padanya. Karena selain belum menemukan yang sesuai di hatinya, Arumi juga ingin mewujudkan mimpinya. Selain itu, Arumi bukan hanya menghidupi dirinya melainkan juga sang paman yang sudah tidak bisa lagi berkerja berat.

"Tentu saja penting. Karena agama adalah panduan hidup manusia," jelas Arumi, seraya ikut duduk di pinggiran tempat tidur. Max, semakin keras berusaha menguasai debaran jantungnya. Matanya tak lepas dari wajah mempesona di hadapannya ini. Wajah Arumi yang cantik alami tanpa polesan make up selapis pun.

"Ketika kecil. Mama pernah mengajakku ke sebuah tempat ibadah. Beliau membakar sebuah benda panjang seperti lidi. Setelahnya aku lupa. Karena banyak memori masa kecil yang sudah ku buang," jelas Max dengan tatapan nanar.

"Apa mamamu orang Tionghoa? Lalu ayahmu?" Kulik Arumi lagi. Ia merasa saat ini adalah momen yang tepat untuk mengorek asal-usul pria yang telah menjadi suaminya ini.

Max tidak fokus dengan pertanyaan dari Arumi. Dia malah melirik bibir merah alami wanita di hadapannya yang merekah. Ah, Max malah membayangkan bagaimana rasanya. Apakah manis atau gurih.

"Ya, mendiang mama adalah keturunan asia timur. Sedangkan papa, dia--" Max tidak meneruskan jawabannya. Hatinya mendadak panas ketika mengingat nama pria yang darahnya mengalir di dalam tubuhnya itu.

Arumi seketika paham. Ada kenangan suram yang di simpan oleh, Max. Dan, pria itu belum bisa membagi dengan saat ini. Ya, itu wajar. Hubungan mereka belum ada satu hari. Max, tentu belum bisa membuka kisah hidupnya secara keseluruhan pada Arumi. Bisa bicara banyak begini saja itu sudah cukup bagi Arumi saat ini. Setidaknya ia dapat membaca karakter, suaminya sedikit demi sedikit.

"Boleh tau apa pekerjaanmu?" tanya Arumi lagi seraya menatap lekat wajah Max. Karena Arumi pikir, saat ini tampang suaminya masih terlihat muda. Apalagi, kalau raut wajahnya sedang melongo seperti ini.

"Tidak. Aku tidak bekerja pada siapapun. Apakah itu juga merupakan masalah bagimu?" tanya Max, datar. Pria itu memalingkan wajahnya dari Arumi. Ia tak mau wanita di hadapannya ini mampu membaca isi pikirannya dari mimik wajah.

Entah kenapa, ia ingin terbuka akan kisah hidupnya kepada Arumi. Wanita bak bidadari yang secara tiba-tiba menjelma dihadapannya ini. Padahal, selama ini Max selalu menutup diri pada siapapun. Bahkan di dalam perkumpulan hitamnya. Tak ada satupun yang tau latar belakang serta basic kehidupannya. Max melampiaskan semua yang di larang dalam dunia gelap itu. Dimana isinya adalah kejahatan, kriminal serta perebutan kekuasaan.

Arumi sengaja tidak mengorek lebih jauh mengenai agama suaminya atau pun masa lalu pria itu. Sampai sini Arumi seakan tersadarkan. Mungkin saja, Allah sedang memberikannya sebuah misi spiritual padanya. Justru ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Max, hingga pria itu bisa berada di dalam kamarnya.

"Boleh Arumi tau, kenapa Mas bisa masuk ke dalam kamar ini?" telisik Arumi. Dia sungguh penasaran.

"Aku di jebak. Ada yang ingin menghabisiku. Tapi, semua itu tidak semudah apa yang mereka pikirkan. Aku, tidak semudah itu di lenyapkan!" Tanpa sadar, Max meluapkan amarah dan juga emosi yang terpendam di depan Arumi. Hebatnya, Arumi bisa menguasai keterkejutannya dengan senyum yang ia sematkan.

"Sial! Dia malah tersenyum " Max, semakin berusaha keras menahan gejolak yang timbul pada dirinya.

"Allah selalu mempunyai maksud dengan segala kejadian yang kita alami. Termasuk ketika menciptakan kita di dunia ini sebagai manusia. Entah, kalau saja Allah menciptakan, Arumi sebagai seekor capung. Mungkin, Arumi hanya bisa menikmati indahnya dunia selama dua puluh empat jam saja," tutur Arumi, sambil sesekali menoleh ke arah Max yang terus memperhatikannya.

"Jadi, kamu hanya punya Pakde Mustafa?" tanya Max. Ia mulai tertarik pada kehidupan istri dadakannya ini.

Arumi mengangguk pelan. Setelah ia mengusap ujung matanya yang berair. Max sedikit terkejut karena Arumi seperti menahan tangisnya. Entah, seberat apa kehidupan Arumi sebenarnya.

"Aku lapar," kata Max, tiba-tiba demi mengalihkan pembicaraan. Lagipula memang sejak pagi belum ada satupun makanan yang masuk ke dalam perutnya. Salah sendiri, tak suka makanan kampung. Max juga sibuk mengakali ponselnya yang mati.

Arumi menghela napas lega karena Daniel tidak melanjutkan pembicaraan yang mereka bahas barusan. Arumi terkadang masih sesak jika mengingat kepergian keluarganya.

Arumi pun pergi keluar. Tak lama dia kembali dengan mi instan dan juga telur. Arumi berpapasan dengan sang paman. Arumi meminta Mustafa agar mengajak suaminya tidur dengan sang paman.

"Mana boleh begitu, Nduk. Bagaimana pun dia suamimu. Kalau tidak di biasakan lalu mau sampai kapan terbiasa. Siapa tau kamu bisa mengulik asal-usulnya lebih cepat. Jika kamu belum siap, sampaikan dan minta keridhoannya," tutur Mustafa panjang lebar. Arumi akhirnya mengangguk patuh. Walaupun hatinya berdebar tak karuan.

Arumi membuat makanan cepat saji. Lalu menyiapkannya di depan ruang tamu. Arumi memanggil agar Max ikut duduk di atas balai. Rumah kediaman yang ia tempati bersama Mustafa memang sangatlah sederhana. Karena, memang ini rumah bangunan lama. Bahkan tak ada perabot yang bagus apalagi mewah. Hanya ada balai bambu sebagai tempat duduk.

"Makanlah, Mas. Isi perutmu," kata Arumi. Melihat mi instan yang mengeluarkan uap panas itu, selera Max langsung membuncah. Tak sadar ia menghabiskan makanan itu dalam sekejap.

"Setelah ini, tidurlah," bisik Arumi. Max sempat terkesiap.

"Dimana?" tanya Max yang berdiri di dapur sambil melihat Arumi mencuci piring.

Terpaksa, Arumi mengijinkan pria yang sudah menjadi suaminya itu tidur satu ranjang dengannya.

"Tidur saja di atas ranjang. Tapi tolong jaga jarak. Arumi belum terbiasa tidur dengan orang lain apalagi laki-laki," ucapnya jujur.

Max yang sudah merasa sangat lelah dan sakit di sekujur badannya hanya mengangguk. Ia butuh mengistirahatkan raganya yang sejak malam kemarin bergelut dengan pertempuran.

Seandainya Arumi tau, betapa pria di dalam kamarnya ini belum lama mengalami hal yang luar biasa. Hingga Max, termasuk orang yang beruntung karena bisa lolos dari maut berkali-kali.

Pemuda itu melepas kemejanya kemudian pergi tidur dengan bertelanjang dada.

Arumi hampir melompat ketika menengok ke atas tempat tidurnya. "Ya Allah. Ujian apa ini yang sedang kau berikan pada hamba," batin Arumi itu seraya mengalihkan pandangannya dari tubuh atletis milik Max. Penampakan yang menggoda naluri manusia normal sepertinya.

Seumur-umur bahkan Arumi selalu menjaga pandangannya dari penampakan seperti ini. Untung saja, pada saat ini pemuda itu sudah halal untuk dia lihat tubuhnya.

Tetapi, tetap saja Arumi tidak sanggup menghalau debaran di dadanya yang tak seperti biasa. Ada sekelumit rasa takut yang hinggap dalam hatinya.

Akhirnya, Arumi terpaksa mengalah dengan tidur beralaskan sajadah. Sedangkan Max, sebenarnya masih terjaga dengan kedua mata yang terbuka sempurna. Pikirannya sedang berkelana kemana-mana sekarang.

"Kenapa dia malah memilih tidur di bawah?" decak Max dalam hati.

Terpopuler

Comments

PANJUL MAN

PANJUL MAN

sebelumnya agamamu apa, mas ? islam atau......( gitu nanya nya, thor )

2024-04-19

1

Rifa Endro

Rifa Endro

diih, ngarep ya pingin ditemenin gitu. baru aja kenal mas. jangan sok

2024-04-22

1

Nur Lizza

Nur Lizza

lsnjut

2024-04-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!