Mafia 7

"Cari ke kampung itu. Mungkin saja kita menemukan petunjuk," kata Evander. Mereka masuk ke wilayah itu dan kebetulan bertemu dengan pemuda bertubuh kurus di tepi jembatan.

Pemuda itu agak sedikit takut karena sosok serta penampilan dari Evander dan anak buahnya yang perlente tapi nampak kejam.

"Hei kau! Sini!" panggil Evander.

"Eh, iya, Pak. Ada apa ya?" tanya pemuda dengan pakaian sederhana itu. Panggil saja Isman. Dalam pikirannya, Evander dan anak buahnya adalah seorang DC atau dept kolektor yang sedang menagih hutang.

"Saya sedang mencari pengedar barang haram. Saya curiga jika pelakunya kabur dan bersembunyi di kampung ini," jelas Evander mengaburkan hal yang sebenarnya.

"Wah, jadi mereka ini Intel," batin Isman. Dengan ekspresi kaget yang nampak di wajahnya.

"Oh begitu, Pak. Serem juga ya, kalau sampai ada pengedar barang haram yang masuk kampung ini. Kredibilitas saya sebagai anak karang taruna bisa jatuh nih," ucap Isman.

Evander mengerutkan keningnya ketika mendengar ucapan pemuda di hadapannya.

"Kalau boleh saya tau, bagaimana ciri-cirinya orang itu. Dia laki-laki atau perempuan?" cecar Isman.

Tentu saja hal tersebut menjadi sebuah pencerahan bagi, Evander. Ia sudah muak blusukan begini demi menyelesaikan urusan ayahnya. Evander tidak suka perkelahian yang mungkin akan membahayakan nyawanya.

"Dia laki-laki dewasa. Posturnya tinggi besar. Wajahnya kebarat-baratan dengan rambut hitam sebahu," jelas Evander.

Isman langsung mengerutkan keningnya tanda berpikir. Mencocokkan data yang barusan di sebutkan oleh pria di hadapannya ini.

"Gak mungkin ah. Masa temen kumpul kebonya, Arumi pengedar? Tapi kalau itu semua benar, wah mantab lah. Biar sekalian di usir saja mereka dari kampung ini. Dasar perempuan sok suci, cuih!" batin Isman.

"Hei! Kau tau tidak!" tegur Evander dengan suara baritonnya.

"Eh, i–iya, Pak, eh Bang. Kayaknya sih saya pernah lihat yang ciri-cirinya seperti tadi anda sebutkan. Tetapi saya tidak dapat memastikan kalau orang itu adalah yang kalian cari,"jawab Isman takut-takut.

"Dimana? Cepat antar saya kesana!" hardik Evander.

"Boleh, Pak. Tetapi, saya mau solat maghrib dulu ke musholla. Kebetulan, sudah adzan tuh," jelas Isman. Disahuti oleh gema suara panggilan solat untuk umat muslim itu.

"Baiklah. Kami akan ikut dan menunggu di sana," ucap Evander, meskipun sedikit tak mengerti apa yang di maksud oleh Isman.

Mereka semua, Evander dan anak buahnya mengikuti Isman yang ternyata mau ke musholla.

Kebetulan, di saat yang sama Mustafa juga mengajak, Max ke musholla untuk solat. Pria berwajah tampan kebulean itu masih mengenakan baju kemeja jadul milik mendiang ayah Arumi dan juga kain sarung lusuh milik Mustafa yang lusuh.

"Sampai kapan aku pakai baju begini? Percuma saja mandi sampai bersih kalau pakaiannya saja bau," batin Max, menggerutu. Ia menyesali keadaannya yang belum bisa bergerak bebas. Setengah mati mengakali ponselnya dengan alat charger yang ada tapi tidak ada yang pas dengan ponsel mahal miliknya itu.

Baru setengah jalan, dari rumah Arumi. Max, menangkap siluet penampakan dari Evander dan anak buahnya dari kejauhan.

"Oh, shit! Mereka ada di sini," umpat Max dan langsung balik badan.

"Kenapa, Nak? Ayo, nanti keburu Iqamah," ajak Mustafa seraya menarik lengan, Max.

"Sa–saya solat sama Arumi saja ya di rumah. Kasian kan dia sendirian," kata, Max beralasan.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Kalau kamu memilih menjadi imam solatnya Arumi. Pakde malahan senang," kata Mustafa tersenyum. Max pun langsung berjalan cepat. Bahkan kini setengah berlari. Max memegangi bahunya yang kembali terasa nyeri. Untung saja, ia membawa obat paten yang cukup untuk beberapa hari. Ya,mafia harus selalu membawa obat hasil racikan mereka. Sebagai pertolongan pertama apabila terluka.

Evander dan anak buahnya itu tidak masuk ke dalam tempat ibadah tersebut, mereka semua menunggu di pelataran masjid saja.

"Maaf. Kalian semua mau menunggu di sini atau mau sekalian masuk ke--"

Evander mengangkat tangannya sebagai jawaban sebelum pemuda itu menyelesaikan ucapannya.

"Oh. Maaf deh, kirain--" Isman menggaruk kepalanya dan berlalu meninggalkan orang-orang asing ini di depan musholla.

Evander sudah muak karena harus menunggu selama hampir setengah jam. Ternyata, Isman tengah berkompromi dengan pak RT dan juga sebagian warga. Terbukti, yang kini menghampiri Evander ada beberapa orang.

"Mari, kita ke rumah saya," ajak pak RT. Evander berdecak menahan geram. Memusingkan sekali pikirnya. Mencari seorang saja sungguh memakan waktunya.

Hingga malam, Evander dan para anak buahnya terus diinterogasi oleh pak RT. Mafia model apa mereka ini. Pak RT justru curiga jika Evander dan anak buahnya adalah komplotan pengedar itu juga.

Sebagai aparat dirinya tidak akan gegabah membiarkan orang asing berbuat kegaduhan di kampungnya. Karena itulah, aparat RT tersebut berinisiatif mencari tau dulu siapa mereka ini sebenarnya.

Evander yang sudah lelah dan bosan memilih untuk menyerah dan pergi. Tentu dengan rencana yang ia susun untuk hari berikutnya.

"Kenapa mereka di biarkan pergi Pak RT? Kan ciri-ciri yang di sebutkan mirip dengan suaminya Arumi?" cecar Isman. Pemuda yang memergoki Max saat itu. Pemuda pengangguran yang lamarannya di tolak oleh Arumi.

Bukan karena pemuda itu tidak tampan dan pengangguran sehingga Arumi menolaknya. Akan tetapi, karena pemuda itu sama sekali tidak ada niat untuk bekerja dan memilih menikmati harta dari kedua orang tuanya saja.

Di rumah, Arumi sedang bersiap untuk solat namun pintu kamarnya tiba-tiba di buka dengan kasar.

Brakk!

"Astagfirullah!" kaget Arumi seraya berbalik. Ia pun semakin kaget ketika melihat siapa yang telah membuka pintu kamarnya dengan tidak sopan begitu.

"Ng–ngapain kamu balik lagi!" panik Arumi yang langsung mencari atasan mukena untuk menutupi bagian atas kepala serta wajahnya. Sementara itu, pria di hadapannya justru mematung kaku dengan kedua mata terbelalak.

"Kamu, Arumi?" tanya Max dengan ekspresi seperti orang bodoh.

"Bukan. Aku kuntilanak penunggu rumah ini," sahut Arumi asal.

"Hah!" Max semakin terkejut. Sebenarnya dia masih tidak percaya kalau wanita cantik luar biasa di hadapannya ini adalah si gadis ninja yang ia nikahi dadakan.

"Aku mau solat. Kalau kamu masih mau melongo silakan," kata Arumi yang kini sudah rapi dengan mukenanya. Tak ada jawaban dari Max. Arumi meneruskan ibadah wajibnya itu dengan perasaan yang tidak karuan. Hingga, wanita muslimah ini mengucapkan istighfar berkali-kali demi mendapatkan ketenangan.

Max, memilih duduk di pinggir kasur dan memperhatikan setiap gerakan solat yang Arumi lakukan. Tapi, bukan itu yang sebenarnya ia pikirkan.

"Gila. Ku pikir dia menutup wajahnya karena berwajah jelek atau cacat. Tapi ternyata--" Max tidak meneruskan apa yang terucap di dalam hatinya. Meskipun ia sama sekali tak habis pikir. Kenapa Arumi melakukan itu semua. Untuk apa? Apakah dia ini seorang agen rahasia yang tidak boleh di ketahui identitasnya? Ah, Max malah semakin mumet dengan jalan pikirannya sendiri. Hingga tanpa ia sadari, Arumi sudah selesai dengan kegiatannya dan kini berdiri di hadapannya.

"Silakan. Kamu bisa gantian pakai sajadahnya," kata Arumi, seraya menundukkan wajahnya. Ia tak memiliki keberanian untuk menatap, Max apalagi mata kebiruan pria itu begitu menyihirnya. Walaupun Arumi sadar jika ia sah saja dan halal untuk menatap suaminya sendiri.

"A–apa? So–solat?" Max bertanya dengan tergagap. Ia masih syok dengan kenyataan yang di saksikannya saat ini. Bayangannya wajah Arumi itu buruk rupa.

Mendengar pertanyaan dari Max barusan, sontak membuat Arumi mendongak. "Kamu kan belum bisa solat. Kenapa malah pulang kerumah? Sedangkan, kalau di Mushola kan kamu bisa mengikuti gerakan imam?" cecar Arumi heran.

Max, menelan ludahnya susah. Tenggorokannya tiba-tiba tercekat. Wajah tanpa cela dihadapannya ini membuat lidahnya kaku.

Terpopuler

Comments

febby fadila

febby fadila

tu max istrix cantik seperti bidadari nyesal nggak tu

2025-03-14

0

Dhafitha Fitha Fitha

Dhafitha Fitha Fitha

/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2025-01-02

1

Imam Sutoto Suro

Imam Sutoto Suro

dahsyat banget gan lanjut

2024-10-15

2

lihat semua
Episodes
1 MAFIA 1.
2 Mafia 2
3 Mafia 3
4 Mafia 4
5 Mafia 5
6 Mafia 6.
7 Mafia 7
8 Mafia 8
9 Mafia 9
10 Mafia 10
11 Mafia 11
12 Mafia 12
13 Mafia 13
14 Mafia 14
15 Mafia 15
16 Mafia 16
17 Mafia 17
18 Mafia 18
19 Mafia 19
20 Mafia 20
21 Mafia 21
22 Mafia 22
23 Mafia 23
24 Mafia 24
25 Mafia 25
26 Mafia 26
27 Mafia 27
28 Mafia 28
29 Mafia 29
30 Mafia 30
31 Mafia 31
32 Mafia 32
33 Mafia 33
34 Mafia 34
35 Mafia 35
36 Mafia 36
37 Mafia 37
38 Mafia 38
39 Mafia 39
40 Mafia 40
41 Mafia 41
42 Mafia 42
43 Mafia 43
44 Mafia 44
45 Mafia 45
46 Mafia 46
47 Mafia 47
48 Mafia 48
49 Mafia 49
50 Mafia 50
51 Mafia 51
52 Mafia 52
53 Mafia 53
54 Mafia 54
55 Mafia 55
56 Mafia 56
57 Mafia 57
58 Mafia 58
59 Mafia 59
60 Mafia 60
61 Mafia 61
62 Mafia 62
63 Mafia 63
64 Mafia 64
65 mafia 65
66 Mafia 66
67 Mafia 67
68 Mafia 68
69 Mafia 69
70 Mafia 70
71 Mafia 71
72 Mafia 72
73 Mafia 73
74 Mafia 74
75 Mafia 75
76 Mafia 76
77 Mafia 77
78 Mafia 78
79 Mafia 79
80 Mafia 80
81 Mafia 81
82 Mafia 82
83 Mafia 83
84 Mafia 84
85 Mafia 85
86 Mafia 86
87 Mafia 87
88 Mafia 88
89 Mafia 89
90 Mafia 90
91 Mafia 91
92 Mafia 92
93 Mafia 93
94 Mafia 94
95 Mafia 95
96 Mafia 96
97 Mafia 97
98 Mafia 98
99 Mafia 99
100 Menuju Akhir Cerita
101 Ketabahan Arumi
102 TAMAT
103 Bab BONUS!!
104 PENGUMUMAN NOVEL BARU
Episodes

Updated 104 Episodes

1
MAFIA 1.
2
Mafia 2
3
Mafia 3
4
Mafia 4
5
Mafia 5
6
Mafia 6.
7
Mafia 7
8
Mafia 8
9
Mafia 9
10
Mafia 10
11
Mafia 11
12
Mafia 12
13
Mafia 13
14
Mafia 14
15
Mafia 15
16
Mafia 16
17
Mafia 17
18
Mafia 18
19
Mafia 19
20
Mafia 20
21
Mafia 21
22
Mafia 22
23
Mafia 23
24
Mafia 24
25
Mafia 25
26
Mafia 26
27
Mafia 27
28
Mafia 28
29
Mafia 29
30
Mafia 30
31
Mafia 31
32
Mafia 32
33
Mafia 33
34
Mafia 34
35
Mafia 35
36
Mafia 36
37
Mafia 37
38
Mafia 38
39
Mafia 39
40
Mafia 40
41
Mafia 41
42
Mafia 42
43
Mafia 43
44
Mafia 44
45
Mafia 45
46
Mafia 46
47
Mafia 47
48
Mafia 48
49
Mafia 49
50
Mafia 50
51
Mafia 51
52
Mafia 52
53
Mafia 53
54
Mafia 54
55
Mafia 55
56
Mafia 56
57
Mafia 57
58
Mafia 58
59
Mafia 59
60
Mafia 60
61
Mafia 61
62
Mafia 62
63
Mafia 63
64
Mafia 64
65
mafia 65
66
Mafia 66
67
Mafia 67
68
Mafia 68
69
Mafia 69
70
Mafia 70
71
Mafia 71
72
Mafia 72
73
Mafia 73
74
Mafia 74
75
Mafia 75
76
Mafia 76
77
Mafia 77
78
Mafia 78
79
Mafia 79
80
Mafia 80
81
Mafia 81
82
Mafia 82
83
Mafia 83
84
Mafia 84
85
Mafia 85
86
Mafia 86
87
Mafia 87
88
Mafia 88
89
Mafia 89
90
Mafia 90
91
Mafia 91
92
Mafia 92
93
Mafia 93
94
Mafia 94
95
Mafia 95
96
Mafia 96
97
Mafia 97
98
Mafia 98
99
Mafia 99
100
Menuju Akhir Cerita
101
Ketabahan Arumi
102
TAMAT
103
Bab BONUS!!
104
PENGUMUMAN NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!