Mafia 3

"Kalau perlu kalian itu di arak keliling kampung terus di rajam pake batu!" Sontak, ucapan anarkisnya itu membuat beberapa warga yang ikut menggerebek saling bersahutan dalam menghakimi Arumi.

"Demi Allah. Saya tidak seperti apa yang kalian sangka dan pikirkan. Tolong, percayalah. Arumi bisa menjelaskan ini semua," ucap perempuan berniqob ini dengan suara bergetar tanda menahan tangis.

"Halahh! Alasan basi! Kami tidak butuh pembelaan diri kalian!" pekik salah satu warga. Dia adalah suami dari ibu berdaster tadi. Keduanya kompak balas dendam pada wanita yang telah menolak putranya hingga anak tersebut sakit hati di buatnya. Mati segan hidup tak mau.

"Berhenti kalian semua!" seru Pak RT, dengan kedua tangan yang diangkat ke atas kepalanya. Memberi instruksi pada pada warganya untuk menyudahi aksi menghakimi Arumi. Ternyata, Mustafa selaku paman dari Arumi meminta bantuan aparat RT setempat untuk menyelamatkan nama baiknya dan juga sang keponakan.

"Udah, arak aja pak RT!"

"Enak aja buat mesum di sini!"

"Kelakuan mereka berdua bisa bikin sial kampung kita nanti!" oceh para warga yang lain.

"Tenang semuanya!" seru pak RT lagi menenangkan para warganya yang terlanjur terprovokasi. "Kita masih bisa bicarakan semuanya secara baik-baik," tegas pak RT berusaha mendinginkan suasana.

Mereka semua pun di kumpulkan pada ruang tamu, termasuk Arumi dan juga pria asing itu. Ruangan yang sempit membuat keadaan semakin sesak. Sebagian warga hanya bisa berdiri di teras rumah.

Max, duduk di dampingi oleh Pak RT. Sementara Mustafa mendampingi Arumi.

"Nak Arumi. Saya sudah menampung semua kekhawatiran para warga. Demi kebaikan kamu yang selama ini tinggal bersama pamanmu, dimana beliau adalah seorang marbot di masjid kampung ini. Juga demi menjaga nama baik kamu yang notabene juga guru ngaji, saya memutuskan agar sebaiknya kalian berdua menikah saja malam ini," tegas pria dengan raut wajah penuh wibawa yang menjabat sebagai aparat di kampung tersebut.

"APA!!"

Arumi dan pria asing itu memekik bersamaan. Keduanya pun saling pandang dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

Hanya sesaat. Karena sejurus kemudian, Arumi kembali menundukkan pandangannya. Arumi menangis tanpa suara. Mimpi apa dia tadi, sampai mengalami kejadian seperti ini ketika bangun.

"Mana bisa begitu!" protes, Max. Bahkan sampai berdiri dari duduknya. Dia tak bisa terima begitu saja keputusan yang baginya sangatlah konyol ini. Dia ini sedang sembunyi, tapi kenapa jadi di desak untuk menikah. Hal yang bahkan tak pernah terlintas dalam benaknya.

"Duduklah anak muda!" titah Pak RT tegas.

Melihat tatapan mata dari pak RT yang penuh wibawa, membuat Max memilih untuk menurut. Dengan wajah keras dan kaku, Max kembali meletakkan bokongnya di atas balai bambu.

"Siapa namamu, Nak?" tanya pak RT sopan, seraya menatap ke arah Max yang duduk di sebelahnya.

"Max Stewart," jawabnya singkat.

"Menikahlah. Itu lebih baik, ketimbang kalian di arak keliling kampung atau di rajam," ucap ketua rukun warga itu lagi dengan penuh wibawa. Hingga tak ada satu warga pun yang berani menentang maklumatnya.

Arumi hanya bisa menunduk dengan rasa lemas di sekujur tubuhnya. Gadis itu, tak tau lagi harus berkata apa. Percuma juga ia bicara, sepatah kata pembelaan maka akan memancing bantahan panjang lebar dari para warga. Arumi juga tidak mau nama baik pamannya tercemar karena hal ini.

Karena, bukti sudah jelas bahwa ada laki-laki yang bukan mahram berada di dalam kamarnya dan juga mereka kepergok dalam keadaan yang tidak menguntungkan keduanya.

Salahnya juga, karena Arumi tadi tidak buru-buru membangunkan pamannya.

"Tapi saya tidak bisa dan itu tidak mungkin--" Belum juga menyelesaikan ucapannya, pria asing itu sudah mendapatkan tatapan tajam dari semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut.

Glek!

Max, sampai menelan ludahnya kasar. Ternyata nasibnya tidak lebih baik dari sebelumnya.

"Kalau tidak mau, arak saja lalu di rajam sampai mati!" desak seorang pria kurus tinggi dengan sorot mata penuh amarah.

"Apa itu di rajam?" tanya Max. Di tidak tau hukuman apa yang di maksud oleh warga.

"Nak, Max. Rajam itu adalah hukum dalam Islam bagi para pelaku zina. Pelaku dari perbuatan tersebut akan di kubur sebatas kepala di dalam tanah lalu di lempari dengan batu."

"Damn it! Hukuman apa itu!" batin Max kaget bukan kepalang.

"Ternyata, mereka semua lebih barbar daripada sekelompok anggota mafia," batin Max, lagi sambil menelan ludahnya susah. Karena, Max sudah tau apa makna di rajam yang sesungguhnya. Tentu saja, Max tidak mau mati konyol.

Max, merasa terjebak. Max saat ini tidak tau apa yang harus dia lakukan. Menolak sekuat hati pun tak bisa. Karena, itu artinya ia bersedia menerima hukuman yang mungkin bisa mengancam nyawanya. Jika dirinya di arak keliling kampung itu artinya, keberadaannya akan di ketahui oleh musuhnya nanti.

Max, hanya bisa mengeratkan kepalan tangannya. Kedua matanya terpejam pasrah menerima keadaan yang mau tak mau harus ia jalani.

"Iyakan saja. Nanti aku tinggal buat perjanjian dengan gadis itu," batin Max dengan segala niat liciknya.

Max, yang notabene adalah ketua mafia terkuat, mana mungkin terima kejadian ini begitu saja. Hidup bersama dengan gadis yang baru ia temui. Apalagi, menikah tidak masuk ke dalam rencana masa depannya.

"Arumi, kamu terima kan keputusan ini?" tanya Pak RT.

Panggilan itu, membuat Arumi seketika mendongak dengan tatapan sendu. Ia menghela napasnya lebih dulu kemudian mengangguk pelan.

Arumi tak habis pikir apa rencana Allah untuknya. Sehingga dirinya harus menikah dengan cara seperti ini. Bahkan dengan pria yang tidak ia kenal, meskipun sekedar nama mau pun asal-usulnya sekalipun.

"Baiklah, kalau begitu. Kalian berdua akan menikah secara agama. "Apa anda ingin menghubungi keluarga terlebih dahulu?" tanya pak RT pada Max.

"Tidak!" jawabnya cepat.

"Aku tidak mungkin memberitahukan hal memalukan ini pada siapapun," batin Max.

"Saya, perlu bicara berdua dengan gadis itu," pinta Max. Ucapannya barusan membuat Arumi menatap kearahnya penuh tanya.

"Sebentar lagi adzan subuh. Sebaiknya, Pak Mustafa sebagai wali dari Arumi segera menikahkan saja. Setelah itu kita bisa solat berjamaah di masjid dengan tenang," titah Pak RT, pada Mustafa, paman Arumi. Secara tak langsung ia menolak permintaan dari Max.

Beberapa saat kemudian.

Pernikahan siap di laksanakan dengan sangat sederhana.

Tak ada riasan dan tanpa persiapan apapun. Juga tanpa raut kebahagian dari kedua pasang pengantin.

Miris.

Max, bahkan tanpa alas kaki ketika melakukan pernikahannya ini.

"Kamu sudah hafal belum nama lengkap calon istrimu itu?" tanya pak RT.

Max langsung menoleh ke arah Arumi dan menatapnya tajam.

"Arumi Nasha Razeta, binti Muhammad Furqon," ucap pelan gadis dengan niqob yang menutupi sebagian besar wajahnya itu.

"Sial kuadrat! Takdir apa ini! Sehingga aku harus terjebak menikahi wanita macam ninja begini. Apa jangan-jangan wajahnya itu cacat sehingga dia sembunyikan dengan selembar kain penutup?" batin Max, bertanya-tanya akan kenyataan buruk di hadapannya.

Terpopuler

Comments

Maple🍁

Maple🍁

Rajam? Pertayaan yg bru mau gue tanyai ama Othor ehh ternyata udh di wakilin ama si Max Hehe maklum Thor msih ngak ngerti soal yg bgituan entar😁

2024-04-22

1

Nur Lizza

Nur Lizza

entr jatuh cinta kamu max SM arumi

2024-04-22

0

Mrs. Agus

Mrs. Agus

maaf kak kalau RT itu rukun tetangga bukan rukun warga (RW) hehehe

2024-04-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!