sebuah kutukan

Aku, Sora dan Emily sedang berjalan di kota setelah kami mendapat kan pedang pemberian dari seorang nenek yang entah mengapa memberikan pedang mendiang suaminya kepada ku.

Suasana kota saat ini terlihat sangat ramai meskipun matahari sudah berada tepat di atas kepala serta suhu nya yang panas.

Saat sedang berjalan melewati pasar yang cukup ramai, Aku mulai bertanya kepada Sora dan Emily sambil terus berjalan di jalanan pasar yang cukup ramai itu. "Hey Emily, Sora. Apakah kalian tahu alasan nenek tadi memberikan pedang suaminya kepada kita? Apakah ini ini benar-benar tidak apa-apa? Kau tahu, aku merasa di berikan tanggung jawab yang sangat berat ketika menerima pedang ini."

Menurut ku, saat nenek tadi memberikan pedang ini kepada ku, aku merasakan sensasi menyengat yang berasal dari pedang ini melewati tangan ku.

Dan mungkin saja, ada sebuah kutukan yang terdapat dalam pedang ini.

Tentu saja aku tidak ingin mencurigai nenek yang sudah berbaik hati memberikan pedang ini secara cuma-cuma — aku hanya berjaga-jaga saja.

Emily dan Sora kemudian melihat ke arah ku dan menjawab. "Hmm, aku juga tidak tahu kenapa nenek itu memberikan pedang milik suaminya kepada kita, tapi yang lebih penting karena kau sudah memiliki sebuah pedang bagaimana kalau kita mengambil misi di guild?" Ucap Sora untuk meyakinkan ku.

"Itu benar, Shido. Seperti yang nona Sora katakan, yang terpenting kau sudah mendapatkan pedang yang cukup bagus." Jawab Emily dengan suara lirih.

Meskipun saat Emily mengatakan itu dengan suara lirih, aku bisa merasakan perasaan khawatir dari nya. Begitu juga dengan Sora.

Aku kemudian mulai berpikir untuk memberi tahu mereka atau tidak. Dan setelah berpikir sebentar, aku memutuskan untuk memberi tahu mereka.

"Hmm... Kalian benar. Sekarang aku sudah memiliki pedang. Tetapi, saat aku memegang pedang ini, aku merasakan sensasi menyengat yang mengalir ke tangan ku."

"Benarkah itu, Shido?" Tanya Sora.

"Iya, benar."

Seperti nya, saat aku mengatakan hal yang sebenarnya kepada Sora dan Emily, Emily terlihat sedang menundukkan kepalanya ke tanah seperti sedang memikirkan sesuatu.

Dan saat aku melihat ke arah nya, Tiba-tiba Emily mengangkat kepalanya dan memegang tangan ku. "Shido, tolong tenang sebentar. Ada yang ingin aku periksa."

Kemudian, terlihat cahaya berwarna kuning mulai bersinar di tangan ku dan tangan Emily yang sedang memegang tangan ku.

Kupikir, itu adalah sihir milik Emily — jadi aku tidak perlu khawatir.

Saat cahaya berwarna kuning bersinar di tangan kami, Emily terus memejamkan mata nya. Hingga akhirnya, cahaya yang berwarna kuning itu perlahan-lahan meredup hingga akhirnya menghilang.

"Sudah kuduga..." Ucap Emily setelah cahya itu menghilang.

"A-apa maksud mu Emily?"

"Shido, aku mohon tunggu dulu sebentar."

"Baiklah."

Aku langsung menuruti perkataan Emily dan membiarkan nya untuk mengurusi urusan nya dengan tangan ku.

Kemudian, cahaya mulai bersinar lagi di tangan ku. Namun ada yang berbeda. Cahaya yang sebelum nya berwarna kuning kini kembali bersinar dengan warna yang berbeda, yakni berwarna merah terang.

Saat cahaya itu mulai muncul dan merambat hingga ke pundak ku, Emily mengucapkan sesuatu yang seperti nya adalah nama dari sebuah sihir. "Curse Breaker."

Setelahnya, cahaya yang merambat sampai ke pundak ku mulai masuk kedalam mu secara perlahan-lahan sampai menghilang.

Saat cahaya nya sudah menghilang, aku merasa kalau tangan ku lebih ringan dari sebelum nya. Seolah-olah, semua beban yang ada di tangan ku mulai hilang dalam sekejap.

Aku kemudian mulai mengayunkan tangan ku ke kanan dan ke kiri untuk memastikan apakah benar kalau tangan ku ini lebih ringan dari sebelumnya atau tidak.

Dan benar saja, tangan ku ini terasa lebih ringan dari sebelum nya. Sebelum nya aku merasa kalau tangan ku ini seperti ditarik oleh sosok tak kasat mata sampai membuat aku kesusahan untuk mengangkat tangan ku.

"Bagaimana Shido? Apakah kau merasakan adanya perubahan?"

"Ya, aku merasa kalau tangan ku merasa lebih ringan dari sebelum nya.".

"Benarkah? Syukur lah kalau begitu."

"Tu-tunggu tunggu tunggu!. Tolong tunggu sebentar! Apa maksudnya merasa lebih baik? Dan cahaya yang ada di tangan kalian tadi itu apa?" Tanya Sora dengan nada sangat penasaran.

Sebenarnya, aku juga penasaran kenapa Emily memakai sihir nya kepada ku. Ya, aku mungkin tidak ingin menolak pertolongan dari gadis cantik seperti Emily — aku hanya penasaran saja.

Emily kemudian mulai menjelaskan. "Begini, sebenarnya, saat Shido mengatakan kalau dia merasakan sensasi menyengat saat memegang pedang nya, aku mulai berpikir kalau itu adalah sebuah kutukan."

"Kutukan? Kutukan apa itu?" Tanya ku.

"Ya benar, kutukan apa yang kau maksud." Lanjut Sora.

"Kutukan yang ku maksud ialah sebuah kutukan yang cukup mematikan.

"Me-mematikan?" Ucap Sora dengan wajah ketakutan.

Aku kemudahan menelan ludah ku dan bersiap untuk mendengar lanjutan perkataan Emily.

"Ya, mematikan. Racun itu dapat membunuh mu secara perlahan-lahan hingga membuat orang yang terkena kutukan itu mati."

"Ja-jadi, untuk apa nenek itu memberikan pedang yang ada kutukan itu kepada Shido?" Tanya Sora.

Setelah mendengar cerita Emily, Sira sepertinya tambah penasaran dengan lanjutan nya. Begitu pun juga dengan ku.

"Maaf, kalau itu aku tidak tahu."

"Benarkah? Kalau begitu..."

Sora kemudian melihat ke arah ku dan berusaha untuk mencari topik lain. "Shido, kau bilang ingin mengajak kita untuk makan siang kan?"

"Eh? Kapan aku bilang begitu?" Jawab ku dengan nada kaget.

Tentu saja aku kaget. Sebelum nya aku belum pernah mengatakan kepada mereka kalau aku ingin mengajak mereka berdua untuk pergi makan siang — meskipun aku berniat mengajak mereka — tapi aku belum bilang kepada mereka sedikit pun.

Sora kemudian menempel-nempelkan siku nya ke tangan ku sambil berkata dengan nada bergurau. "Ayo lah... Kau pernah mengatakan itu kepada kami bukan...?"

Sora kemudian memberi ku sebuah kode dengan menggunakan mulut nya. Aku pun mulai memahami maksud Sora dan langsung berkata. "Ka-kau benar, aku mengatakan nya—"

Aku kemudian melihat ke arah Emily dan melanjutkan perkataan ku. "Bagaimana Emily, apakah kau mau?"

"Hmm, Benar juga, kita terlalu fokus untuk mencari pedang hingga lupa untuk makan siang, perutku juga sudah berbunyi" Emily mengatakan itu sambil memegang perut nya yang sedang mengeluarkan suara karena merasa lapar.

"Benarkan? Kalau begitu ayo...!" Ajak ku

"Ayo...!" Jawab Sora.

"A-ayo." Jawab Emily.

Kamu pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke restoran yang di rekomendasi kan oleh Sora dan sepertinya berjarak 100 m dari tempat kami berdiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!