Seiring berjalan waktu, perang dunia pun mulai mereda dan muncul tanda-tanda perjanjian damai.
Akhirnya, tepat pada empat hari sebelum kalender suci, perang dunia akhirnya berakhir. Para penduduk pun senang karena penderitaan akibat perang dunia akhirnya berakhir.
Namun, dari sepuluh negara yang terlibat dalam perang Dunia, hanya empat negara saja yang masih bertahan. Enam negara lain nya sudah runtuh akibat perang dunia yang telah berlangsung selama sepuluh tahun. Wilayah dari enam negara itu sudah di bagi rata untuk menjadi bagian dari negara yang masih bertahan.
Nama dari keempat negara itu adalah Ivy, Iris, Tengu, dan negara yang terakhir adalah Steva.
Wilayah dari ke empat negara itu telah di bagi rata sesuai dengan arah mata angin. Yakni Ivy berada di bagian barat, Iris berada di bagian selatan, Steva berada di bagian utara, dan yang terakhir yaitu Tengu yang berada di bagian timur.
***
Empat jam sebelum kalender suci.
Semua orang berkumpul di ibu kota Ivy, untuk melihat acara perjanjian damai antara Empat Negara secara langsung.
Di jalan-jalan kota, suara riuh rendah dan gemuruh ramai memenuhi udara. Suara suara musik, tepuk tangan, dan sorakan dari penonton memenuhi jalanan yang dipenuhi dengan orang-orang yang bersorak-sorai.
Orang-orang berkumpul di pinggir jalan, mengibarkan bendera-bendera dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan atau lagu-lagu yang meriah. Sorakan-sorakan dan tawa riang memenuhi udara, menciptakan suasana kegembiraan yang menggetarkan hati.
Pemimpin negara Ivy juga mengadakan pawai berkuda untuk menyambut pemimpin negara lainnya.
Peserta pawai mengenakan kostum-kostum yang mencolok dan berwarna-warni, dengan hiasan-hiasan yang mengilap dan bersinar di bawah sinar matahari. Kendaraan-kendaraan hias yang dihias dengan bunga, lampu-lampu, dan ornamen-ornamen fantastis melintas di jalanan.
Bau-bau harum dari makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan menggoda penciuman para penonton. Aroma manis dari kue-kue, pedas dari makanan berbumbu, dan segar dari minuman dingin menyatu dengan bau bunga dan rempah-rempah.
Di antara peserta pawai, terdapat sosok-sosok fantastis seperti peri, elf, ksatria, dan makhluk-makhluk mitos lainnya. Mereka berjalan di tengah-tengah kerumunan dengan anggun dan keanggunan yang memikat, menambahkan nuansa magis pada pawai tersebut.
Saat pawai sampai ke tempat para penduduk berada, para pendukung langsung menyambutnya dengan hangat dan perasaan senang.
"Wow, mereka akhirnya datang." Ucap salah satu penduduk setelah melihat pawai sampai ke tempat nya berdiri.
"Kau benar, mereka akhirnya datang."
Tetapi, memang benar kalau mayoritas penduduk menyambut nya dengan hangat. Namun, tidak banyak dari mereka yang menentang perjanjian damai itu.
Terlihat sosok sekelompok orang yang sedang berdiri di pinggir tiang lampu dengan memakai mantel berwarna hitam dan tudung yang menutupi kepala dan wajah mereka sedang menyuarakan ketidak setujuan mereka terhadap perjanjian damai yang akan datang.
"Cih! Sia-sia kalian merayakan kemenangan palsu! Apakah Kalian tidak tahun kalau sebenarnya kalian hanya di tipu? Kalian pasti akan menyesal setelah menandatangani perjanjian damai ini."
Melihat teman nya yang sedang marah, orang yang berada di belakang nya langsung menepuk pundak nya dengan tangan kanan nya. "Sabar bung. Aku tahu kau marah. Tapi tolong jangan disini. Jika kau membuat masalah di sini."
Dia kemudian berbalik dan berkata. "Aku tahu itu! Sekarang semua nya ayo kita pergi."
"Baik!" Jawab teman-teman nya secara kompak.
***
Para pemimpin negara berkumpul di dalam sebuah ruangan tertutup untuk mulai melakukan penandatangan perjanjian damai. Mereka duduk di sebuah kursi yang terlihat cukup mewah dengan posisi duduk yang melingkar.
Di depan mereka, terdapat sebuah meja yang di atas nya terdapat peta dunia yang sudah di bagi rata menjadi empat bagian.
Para pemimpin negara datang dengan membawa pengawal terbaik mereka untuk berjaga-jaga apabila terjadi Hal-hal yang tidak terduga.
Suasana di ruang perundingan sangat hening dan terasa menyelubungi. Hening tersebut tidak menyiratkan kedamaian, melainkan memunculkan kekhawatiran dan antisipasi akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Gestur tubuh para perunding menunjukkan ketegangan yang mereka rasakan. Mereka mungkin merapatkan tubuh mereka, menyilangkan tangan di dadanya, atau menggigit bibir mereka dengan tegang.
Namun, berbeda dengan para pemimpin lain nya. Pemimpin negara Ivy terlihat sangat tenang dan tidak gugup sedikit pun.
Dia hanya duduk sambil menyilangkan tangan di dada nya, hingga akhirnya dia berdiri dan berkata setelah melihat wajah para pemimpin lain yang sedang tegang. "Baiklah semua, untuk mempersingkat waktu, mari kita mulai penandatangan perjanjian damai ini." Ucap nya.
Dia kemudian melihat ke arah asisten nya seolah-olah mengatakan. "Silakan di mulai acara nya."
Asisten yang berdiri di samping nya kemudian mulai membagikan kertas yang ada di tangan nya kepada para pemimpin negara.
Setelah membagikan kertas, dia kemudian berkata sambil sedikit membungkukkan badan nya. "Pertama-tama biar saya memperkenalkan diri dulu, Nama saya adalah Vivy. Saya adalah asisten dari pemimpin negara Ivy. Mohon bantuan nya."
Vivy tidak terlihat gugup sama sekali—tidak bukan gugup, lebih tepat nya tanpa ekspresi.
"Baiklah, silahkan kalian bisa membaca kertas yang saya bagikan. Isi dari kertas itu adalah syarat dan keuntungan jika kita melakukan perjanjian damai." Ucap Vivy dengan wajah datar.
Para pemimpin negara kemudian mulai membaca kertas yang telah di bagikan oleh Vivy dengan seksama agar mereka tahu keuntungan apa yang mereka dapatkan jika mereka menyetujui berjanjian damai ini.
Setelah membaca kertas itu, pemimpin negara mulai berpikir dengan keras—apakah mereka akan menyetujui nya atau tidak.
Hingga akhirnya pemimpin negara Iris angkat bicara dengan mengangkat tangan kan nya. "Sebelum nya ada yang ingin saya tanyakan. Apakah benar kalau ini adalah keuntungan yang kita dapatkan kalau melakukan perjanjian damai ini?"
"Tentu saja, semua keuntungan yang tertulis di situ adalah nyata, tidak kurang dan tidak lebih." Ucap Vivy tanpa ragu.
"Hmm... Begitu... Kalau begitu aku menyetujui perjanjian damai ini."
"Ya, aku juga." Ucap pemimpin negara Tengu.
"Yah mau bagaimana lagi, keuntungan nya juga sangat menggiurkan. Kalau begitu aku juga menyetujui nya." Ucap pemimpin negara Steva.
Mereka kemudian mulai menandatangani kertas perjanjian damai.
Setelah menandatangani kertas perjanjian damai, mereka kemudian membuat sistem penanggalan yang di namai "kalender suci" Sebagai tanda perjanjian damai antara ke empat negara yang masih bertahan dari perang Dunia.
Maka dengan ini tanggal 1 Januari tahun 0 kalender suci adalah hari dimana perjanjian damai akhirnya tercapai.
kemudian dari sini lah kisah Shido di mulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments