keadaan medan perang

Dalam tengah-tengah kekacauan perang, suasana semakin memanas seiring berjalannya waktu.

Pertempuran menjadi semakin intens dengan semakin banyak pasukan yang terlibat. Suara gemuruh senjata dan jeritan prajurit semakin menggema di medan perang, menciptakan suasana yang mencekam dan tegang.

Tidak hanya di garis depan, tetapi juga di barisan belakang terjadi kerusuhan dan kekacauan. Pasukan pengepungan atau sabotase dari dalam membuat situasi semakin rumit dan membingungkan, menambah tekanan bagi kedua belah pihak yang bertempur.

Namun seiring berjalan nya perang, banyak prajurit yang mulai merasa kelelahan. Mereka mengalami lemas, gemetar. Bahkan mereka juga mengalami kesulitan untuk melakukan gerakan-gerakan sederhana.

kedua prajurit tadi juga sudah mengalami penurunan stamina karena terlalu banyak melakukan gerakan seperti mengayun kan pedang, menangkis, dan menghindari serangan lawan.

Sambil bertumpu pada pedang yang menancap di tanah dengan sikap berlutut, salah satu dari mereka berkata sambil mengusap keringat yang menetes dari dagu nya dengan punggung tangan kanan nya. "huh, huh, huh, kau cukup tangguh juga ya. sampai-sampai kau membuat ku kehabisan tenaga seperti ini."

"Tentu saja, huh, huh, huh. karena aku tidak ingin kalian memenang kan peperangan ini. Aku juga tidak ingin membuat raja ku kecewa." Jawab nya sambil memegang gagang pedang yang tertancap di tanah.

"Hmm... Begitu... Aku mengerti perasaan mu... Tetapi, aku juga tidak ingin mengecewakan raja ku. Jadi, jalan satu- satu nya adalah kami harus memenang kan peperangan ini bagaimana pun cara nya."

Dia hanya tersenyum, dia tidak mengira ada yang memiliki pemikiran sepertinya. Dia pikir hanya dia lah yang memiliki pemikiran seperti itu. Tetapi dia salah.

Dia kemudian berdiri dengan tubuh yang masih gemetar karena masih lelah. Dia memaksa tubuh nya untuk berdiri dengan sekuat tenaga secara perlahan-lahan.

Namun, saat dia mencoba untuk berdiri dengan bertumpu pada pedang nya yang menancap di tanah, tubuh nya kembali terjatuh ke tanah. Dia terbaring lemas karena sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berdiri. Penglihatan nya mulai berangsur-angsur menghilang.

Mata nya sudah memunculkan tanda-tanda akan pingsan karena kehabisan tenaga.

Sesaat sebelum akan pingsan, dia bergumam pada dirinya sendiri. "Huh... Apakah ini akhir dari hidup ku...? Pingsan di medan perang adalah kesalahan yang sangat fatal.

Tetapi tidak apa, seenggaknya aku sudah berusaha semampu ku."

Dia kemudian melihat ke arah teman-teman seperjuangan nya yang sedang berperang dengan musuh lain nya sambil tersenyum.

"Sisanya akan ku serahkan pada kalian. Tolong dapatkan lah kemenangan untuk raja kita. Jangan buat dia kecewa..."

Setelah mengatakan itu, dia kemudian melihat ke arah langit yang penuh dengan debu. Namun, meskipun langit yang dia lihat penuh dengan debu, dia masih bisa melihat warna biru langit dia antara celah-celah debu.

"Mungkin ini adalah terakhir kalinya aku melihat langit, selamat tinggal semua nya..."

Secara bersamaan, muncul sosok hitam yang sedang mengarahkan pedang kearah nya. Seolah-olah dia akan memenggal kepala nya.

Dan benar saja, sosok hitam yang di lihat nya adalah lawan bertarung nya tadi.

Dia mengangkat pedang nya setinggi bahu untuk bersiap memenggal kepala nya.

Sesaat sebelum dia akan memenggal kepala nya, dia berkata kepada lawan nya. "Maaf, sebenarnya aku tidak tega untuk melakukan ini pada lawan ku yang sudah tak berdaya. Tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah di perintahkan untuk membunuh semua musuh tanpa pandang bulu. Jadi maafkan aku, beristirahat lah dengan tenang."

Dia kemudian mulai menusukkan pedang nya ke arah dada lawan, hingga akhirnya dada lawan mengeluarkan darah.

Sesaat setelah dia menusuk kan pedang nya ke dada lawan, dia mendengar suara yang terdengar dari arah lawan. "Kenapa kau meminta maaf?" Ucap nya. "Bukan kah aku pernah bilang... aku siap mati bahkan sebelum aku berangkat ke medan perang? Jadi kenapa kau masih meminta maaf?"

Setelah mengatakan itu, kesadaran nya mulai berangsur-angsur menghilang. Hingga akhirnya dia gugur dalam pertempuran.

Kematian adalah suatu hal yang sudah di tentukan bahkan sebelum manusia itu lahir. Dan akhirnya hari ini kematian pun datang menghampiri nya.

Setelah menyadari lawan nya telah gugur, mata nya mengeluarkan sedikit air mata. Namun dia mencoba untuk menahan air mata nya agar tidak keluar. Dia tidak ingin dicap sebagai penghianat karena menangisi lawan yang sudah meninggal.

Dia kemudian berdiri dan berjalan pergi meninggalkan mayat lawan nya untuk pergi mencari lawan yang lain lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!