Bab 7 Curahan Hati Kami

Jingbei melahap hamburger jumbonya di bangku dekat trotoar.

Dua tangannya saling menggenggam dua buah hamburger dan semuanya di lahapnya cepat.

Krauk... ! Krauk... ! Krauk... !

Jing-Shen yang berada di dekatnya hanya melirik pelan ke arah Jingbei dengan rakusnya memakan hamburger berukuran jumbo.

"Mmm... !?" gumam aktor muda itu seraya mengerling.

Remahan roti menempel pada sudut bibir Jingbei saat dia melahap hamburger miliknya.

"Kau suka hamburger !?" kata Jing-Shen.

"Yah... !?" sahut Jingbei.

"Kres...", di gigitnya ujung hamburger miliknya lalu Jing-Shen terdiam.

"Apa kamu tidak suka ?" tanya Jingbei.

"Suka...", sahut Jing-Shen.

"Jika kamu masih ingin tambah hamburger lagi, kamu bisa mengambil hamburger milikku yang masih tersisa satu bungkus", kata Jingbei.

"Terimakasih... Tapi, aku belum menghabiskan hamburger jumbo punyaku lalu bagaimana aku bisa menambah lagi !?'' sahut Jing-Shen.

Jing-Shen menolehkan kepalanya ke arah Jingbei yang duduk di sebelahnya dengan pandangan tertegun.

"Hmm !? Hamburger ini sangat lezat ! Aku suka sekali dengan rasa makanan ini !" kata Jingbei.

"Apa kamu belum pernah memakan hamburger ?" tanya Jing-Shen.

Jingbei dengan cepatnya menggelengkan kepalanya lalu menjawab.

"Belum ! Ini pertama kalinya aku memakan hamburger jumbo ! Jumbo ! Jumbo !" sahutnya.

"Pelan-pelan lah jika makan, nanti kamu tersedak", ucap Jing-Shen.

"Ya...", sahut Jingbei.

Sret... !

Jing-Shen mengulurkan sapu tangan miliknya ke arah sudut bibir Jingbei lalu dia membersihkan sisa remahan roti serta saus yang menempel.

Sret... ! Sret... ! Sret... !

Pandangan keduanya saling bertemu saat Jing-Shen mengarahkan sapu tangan miliknya ke muka Jingbei.

Mereka saling berpandangan lama tanpa mengucap sepatah katapun.

"Ehk !?" gumam Jingbei.

Jingbei menarik pelan wajahnya mundur kemudian kembali menatap ke arah hamburger yang tertinggal setengah potong di tangannya.

Termenung sesaat dengan pandangan tertunduk.

"Terimakasih...", ucap Jingbei.

"Tidak usah sungkan...", sahut Jing-Shen.

"Aku akan menghabiskan hamburger ini", ucap Jingbei.

"Ya, ya, ya..., baik, aku juga masih belum menghabiskan hamburger punyaku", kata Jing-Shen.

"Mmm... !?" gumam Jingbei.

Keheningan terbentuk diantara keduanya yang sama-sama saling terdiam dengan menyibukkan perhatian mereka masing-masing ke arah hamburger milik mereka.

Terutama Jing-Shen yang terlihat agak gugup dan berusaha menjaga konsentrasinya.

"Jing-Shen...", panggil Jingbei.

"YAAA... !!!" teriak Jing-Shen kaget.

Jingbei tertegun sejenak ketika melihat reaksi aktor tampan itu yang seperti terkejut kaget saat dirinya memanggil nama aktor itu.

"Kau baik-baik saja, Jing-Shen", ucap Jingbei.

"Ehk !? Ya... !?" sahutnya gemetaran.

Badan Jing-Shen kelihatan gemetar saat Jingbei memanggilnya tadi, membuat Jingbei mejadi bertambah tidak mengerti dengan perubahan sikap Jing-Shen.

"Apa kamu takut kepadaku ?" tanya Jingbei.

"Oh, tidak... Aku memang seperti ini jika berdekatan dengan seorang perempuan...", sahut Jing-Shen.

Jing-Shen memalingkan mukanya ke arah lain dengan raut wajah semburat merah.

"Apa yang dirumorkan itu memang benar jika kamu phobia pada seorang gadis ?" tanya Jingbei.

Jingbei masih melahap hamburger jumbo miliknya saat berbicara dengan aktor muda itu.

Pandangan Jing-Shen masih tetap menoleh ke samping tanpa berniat mengalihkannya kembali ke arah Jingbei.

"Jing-Shen... Kenapa kamu diam ?" tanya Jingbei.

"Ahk... !?", desah Jing-Shen. "Tidak semua yang dirumorkan di luar sana itu salah tapi memang sifatku tidak terlalu menyukai perempuan !"

"Astaga...", sahut Jingbei.

Jingbei semakin mempercepat gerakan tangannya saat dirinya sedang melahap dua hamburger jumbonya hingga habis lalu duduk dengan sikap penuh serius.

Terdiam sejenak kemudian melanjutkan ucapannya.

"Tapi kenapa kamu memilihku untuk menjadi pacarmu ? Bukankah kamu tidak menyukai perempuan mendekat kepadamu ?" sambungnya.

"Ahhh... Aku hanya tidak tahu caranya untuk menjadi sangat dekat atau akrab dengan seorang perempuan maupun memiliki sebuah hubungan serius", sahut Jing-Shen.

"Dan kenapa kamu berpacaran denganku ???" tanya Jingbei.

"Ehk !?" gumam Jing-Shen termenung diam.

Sekali lagi pandangan keduanya saling bertemu satu sama lainnya.

Terjadi keheningan kembali diantara mereka berdua saat mereka saling menatap dekat di bangku duduk.

"Karena aku menyukaimu...", sahut Jing-Shen.

"Hanya itu ?" tanya Jingbei.

"Ya, aku berpacaran denganmu sebab aku menyukaimu saat aku melihatmu di kelas tadi", sahut Jing-Shen.

"Dan apakah phobia akutmu akan lenyap karena kita berpacaran", kata Jingbei.

"Mungkin saja... Entahlah, aku juga tidak tahu pastinya mengenai phobia yang aku derita ini tapi saat aku dekat denganmu, aku tidak lagi merasakan phobia itu", sahut Jing-Shen.

"Mmm... Semoga saja aku dapat membantumu dalam mengatasi masalah phobiamu itu, Jing-Shen...", ucap Jingbei.

"Dan aku akan sangat berterimakasih atas semua itu, Jingbei", sahut Jing-Shen.

"Yah...", sambung Jingbei.

"Ya, ya, aku merasa beruntung dapat bertemu denganmu, sebenarnya aku juga tidak mengerti kenapa phobia ku terhadap perempuan langsung hilang saat bersamamu", kata Jing-Shen.

Jing-Shen menggaruk cepat kepalanya sembari tertawa.

Ekspresi cerah dari Jing-Shen yang tergambar di wajahnya, membuat Jingbei menjadi senang ketika melihat perubahan yang terjadi pada aktor muda itu.

"Kalau begitu aku adalah penawar bagimu serta obat mujarab akan phobia yang kamu alami", kata Jingbei.

"Ha... Ha... Ha...", tawa Jing-Shen kemudian menunduk malu.

"Kau suka bercanda juga, Jing-Shen... Lantas aku harus memanggilmu apa setelah kita resmi berpacaran sekarang...", kata Jingbei.

"Emm... !? Memanggilku apa ???" sahut Jing-Shen.

"Ya, benar, bukankah setiap pasangan yang berpacaran akan memiliki panggilan sayang kepada pasangannya", kata Jingbei.

"Haruskah itu !?" sahut Jing-Shen.

"Entahlah, aku sendiri juga baru kali ini berpacaran karena sebelumnya aku belum pernah menjalin hubungan dengan seseorang", kata Jingbei.

"Oh..., iya... !?" sahut Jing-Shen.

"Mungkin kita dipertemukan karena sebuah kesamaan diantara kita, hanya bedanya kondisi yang terjadi pada kita berbeda situasinya", kata Jingbei.

"Apa kamu belum memiliki pacar sebelumnya, Jingbei ?" tanya Jing-Shen.

"Belum... Aku belum pernah berpacaran dengan siapapun...", sahut Jingbei malu-malu.

"Apa kamu tidak suka laki-laki dekat denganmu ?'', tanya Jing-Shen.

"Tidak...", sahut Jingbei.

Raut wajah Jingbei langsung berubah muram seketika, jika mengingat kenangan yang pernah terjadi dalam hidupnya dahulu, saat dirinya belum bereinkarnasi kembali ke dalam tubuh robot AI ini.

Kenangan akan dirinya yang menderita penyakit langka serta mengharuskannya selalu bolak-balik rumah sakit untuk berobat melintas kembali pada pikiran Jingbei.

Dimana Jingbei yang bertubuh lemah terpaksa harus berbaring lemah di dalam rumah tanpa berkegiatan apapun karena penyakit yang dia derita dulu.

Semua penderitaan yang dirasakan oleh Jingbei semasa hidupnya dahulu, tentulah sangat membuat tekanan besar bagi kejiwaan Jingbei sebagai anak muda yang menginginkan berkegiatan penuh di lingkungannya.

Namun, Jingbei dulu harus terpaksa membuat semua angan-angannya serta impiannya terkubur dalam-dalam tanpa harus berkesempatan baginya memiliki masa depan cerah.

Seluruh kenangan-kenangan itu terlintas kembali dalam ingatannya lalu memudar pergi setelah dia kembali hidup baru dalam tubuh robot AI.

Tidak sebagai seorang manusia lagi seperti dahulu tetapi menjelma menjadi seorang baru dengan tubuh serta kehidupan baru sebagai robot yang kuat.

"Apa kamu pernah ditolak seorang pria sehingga sekarang ini kamu tidak memiliki seorangpun pacar ?" tanya Jing-Shen.

"Tidak, bukan karena itu aku tidak berpacaran sampai sekarang", sahut Jingbei.

Jingbei lalu menengadahkan pandangannya ke arah Jing-Shen sembari tersenyum lebar.

"Karena tidak ada laki-laki yang suka padaku", kata Jingbei seraya menggaruk kepalanya.

"Oh, iya... !?" sahut Jing-Shen.

Keduanya saling tertawa ceria saat mereka masing-masing mengeluarkan curahan isi hati yang mereka rasakan selama ini.

Terpopuler

Comments

horse win

horse win

Why Yolanda become Jingbe ??? Why ????

2024-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Jingbei
2 Bab 2 Identitas Baru Al
3 Bab 3 Menjadi Pacar Aktor
4 Bab 4 Aula Sekolah
5 Bab 5 Si Antagonis
6 Bab 6 Sebuah Kedai
7 Bab 7 Curahan Hati Kami
8 Bab 8 Bangku Di pinggir Trotoar
9 Bab 9 Cara Sampai Ke Lantai Atas
10 Bab 10 Tempat Tinggal Itu Tak Sama Lagi
11 Bab 11 Haruskah Ku Lakukan Itu
12 Bab 12 Ternyata Tidaklah Mudah
13 Bab 13 Pembicaraan Di Pagi Hari
14 Bab 14 Tak Sengaja Tergelincir
15 Bab 15 Kerjasama
16 Bab 16 Latihan Olah Vokal
17 Bab 17 Pesona Jing-Shen
18 Bab 18 Terkejutnya Jing-Shen
19 Bab 19 Dalam Sekejap Mata
20 Bab 20 Kemarahan Wanye
21 Bab 21 Tersulut Pertengkaran
22 Bab 22 Kekacauan Terjadi
23 Bab 23 Wanye Masih Marah
24 Bab 24 Melerai Mereka
25 Bab 25 Romantisnya Jing-Shen
26 Bab 26 Hari Yang Menyenangkan
27 Bab 27 Kejadian Di Hari Ini
28 Bab 28 Waktu Berlatih
29 Bab 29 Membantu Jing-Shen
30 Bab 30 Mulai Mengubah Gaya
31 Bab 31 Sesi Pemotretan Hari Ini
32 Bab 32 Kontrak Kerja Tak Terbatas
33 Bab 33 Bermain Keberuntungan
34 Bab 34 Pasar Batu Berharga
35 Bab 35 Keributan Kecil
36 Bab 36 Zamrud Langka
37 Bab 37 Biro Lelang
38 Bab 38 Pria Tambun
39 Bab 39 Tujuan Jingbei
40 Bab 40 Transaksi Rapi
41 Bab 41 Menjadi Kaya Raya
42 Bab 42 Rumah Baru
43 Bab 43 Hari Ulang tahun
44 Bab 44 Gedung Pasar Saham
45 Bab 45 Seperti Inilah Situasinya
46 Bab 46 Serbuan Para Fans
47 Bab 47 Mendapatkan Investor
48 Bab 48 Kencan Pertama Kalinya
49 Bab 49 Ungkapan Hati
50 Bab 50 Senyuman Indah Milik Jingbei
51 Bab 51 Kejadian Yang Mendekatkan
52 Bab 52 Fans Yang Menggila
53 Bab 53 Asisten Pribadi
54 Bab 54 Saingan Baru
55 Bab 55 Satu Bus
56 Bab 56 Ke Kota Hengdian
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Jingbei
2
Bab 2 Identitas Baru Al
3
Bab 3 Menjadi Pacar Aktor
4
Bab 4 Aula Sekolah
5
Bab 5 Si Antagonis
6
Bab 6 Sebuah Kedai
7
Bab 7 Curahan Hati Kami
8
Bab 8 Bangku Di pinggir Trotoar
9
Bab 9 Cara Sampai Ke Lantai Atas
10
Bab 10 Tempat Tinggal Itu Tak Sama Lagi
11
Bab 11 Haruskah Ku Lakukan Itu
12
Bab 12 Ternyata Tidaklah Mudah
13
Bab 13 Pembicaraan Di Pagi Hari
14
Bab 14 Tak Sengaja Tergelincir
15
Bab 15 Kerjasama
16
Bab 16 Latihan Olah Vokal
17
Bab 17 Pesona Jing-Shen
18
Bab 18 Terkejutnya Jing-Shen
19
Bab 19 Dalam Sekejap Mata
20
Bab 20 Kemarahan Wanye
21
Bab 21 Tersulut Pertengkaran
22
Bab 22 Kekacauan Terjadi
23
Bab 23 Wanye Masih Marah
24
Bab 24 Melerai Mereka
25
Bab 25 Romantisnya Jing-Shen
26
Bab 26 Hari Yang Menyenangkan
27
Bab 27 Kejadian Di Hari Ini
28
Bab 28 Waktu Berlatih
29
Bab 29 Membantu Jing-Shen
30
Bab 30 Mulai Mengubah Gaya
31
Bab 31 Sesi Pemotretan Hari Ini
32
Bab 32 Kontrak Kerja Tak Terbatas
33
Bab 33 Bermain Keberuntungan
34
Bab 34 Pasar Batu Berharga
35
Bab 35 Keributan Kecil
36
Bab 36 Zamrud Langka
37
Bab 37 Biro Lelang
38
Bab 38 Pria Tambun
39
Bab 39 Tujuan Jingbei
40
Bab 40 Transaksi Rapi
41
Bab 41 Menjadi Kaya Raya
42
Bab 42 Rumah Baru
43
Bab 43 Hari Ulang tahun
44
Bab 44 Gedung Pasar Saham
45
Bab 45 Seperti Inilah Situasinya
46
Bab 46 Serbuan Para Fans
47
Bab 47 Mendapatkan Investor
48
Bab 48 Kencan Pertama Kalinya
49
Bab 49 Ungkapan Hati
50
Bab 50 Senyuman Indah Milik Jingbei
51
Bab 51 Kejadian Yang Mendekatkan
52
Bab 52 Fans Yang Menggila
53
Bab 53 Asisten Pribadi
54
Bab 54 Saingan Baru
55
Bab 55 Satu Bus
56
Bab 56 Ke Kota Hengdian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!