Episode #9

Juwi berucap sambil menunjukkan wajah kesal karena dirinya sudah dituduh beralasan. Sementara Satya, dia yang sudah membelakangi Juwi malah langsung memutar tubuh dengan cepat. Mendekatkan wajahnya ke arah Juwi dengan tiba-tiba. Yang langsung membuat Juwi terpaku seketika.

"Kamu yakin?"

Juwi yang gugup tentu saja tidak bisa langsung menjawab. Ia butuh waktu untuk menenangkan hati. Mengalihkan pandangan, Juwita baru bisa berucap beberapa patah kata.

"Te-- tentu saja aku yakin."

"Oh, baiklah kalau begitu."

Usai berucap, Satya malah mengalihkan pandangannya kembali. Ia juga menarik diri dengan cepat, lalu beranjak dari tempat ia berdiri sebelumnya. Meninggalkan Juwita sendiri tanpa memberikan ia sedikitpun ajakan untuk masuk.

"Eh ... sikap apa ini? Tidak bersahabat sama sekali." Juwi bergumam pelan.

Namun, Satya yang punya pendengaran yang tajam tentu saja bisa mendengar gumaman itu dengan sangat baik. Ia pun langsung menghentikan kakinya dengan cepat.

"Apakah yang datang tanpa diundang harus nunggu undangan juga saat akan masuk ke dalam? Perasaan, tadi sama sekali tidak membutuhkan ajakan ku ketika datang diam-diam."

"Hah? A-- anu, sepertinya aku harus kembali."

"Siapa yang mengizinkan kamu kembali, Gusti putri?"

"Hei, katanya aku datang tidak diundang. Jadi kenapa aku pulang harus menunggu izin?"

"Justru karena kamu datang tanpa undangan, makanya kamu pulang harus mendapatkan izin dari ku terlebih dahulu."

Pada akhirnya, Juwi terpaksa masuk ke dalam kamar Satya lebih jauh lagi. Bahkan, terpaksa mengikuti Satya ke ruangan kerja yang ada di sebelah kamar tidur ini.

"Duduk. Temani aku menyelesaikan beberapa pekerjaan terlebih dahulu. Setelah itu, baru kamu mendapatkan izin pulang dari aku."

"Hah? Haruskah begitu?"

"Tentu saja."

"Eh."

"Tidak ada penolakan. Jika tidak, kamu tidak akan aku izinkan kembali ke istanamu."

Tidak asa jawaban dari Juwi. Sebaliknya, wajah cemberut ia perlihatkan. Wajah yang membuat Satya ingin tersenyum karena menurutnya, wajah ini sangat lucu.

Kebersamaan ini membuat Satya lupa akan masa lalu. Lupa seperti apa Juwi sebelumnya. Karena keadaan saat ini benar-benar membuat Satya menikmati kebersamannya dengan orang yang ia cintai.

Jika pun orang ini punya maksud tersembunyi padanya, Satya tetap tidak ingin mengingat maksud itu. Dia akan menganggap apa yang terjadi saat ini sebagai mimpi. Mimpi indah yang selama ini selalu ia bayangkan.

Mereka duduk di ruangan yang sama. Mata Juwi menyapu sekeliling. Lalu, matanya menangkap sepiring kue yang ada di atas meja tak jauh dari tempat ia duduk.

Juwi melirik Satya sesaat. Lalu, ia lihat lagi kue yang sedang memancing niat ngemil malamnya kambuh. Si pecinta makanan manis ini tidak bisa menahan diri lagi sekarang. Niat untuk menikmati makanan itu lebih besar dari rasa malu yang ia punya.

"Ee ... Gusti adipati. Bisakah ... bisakah aku minta kue mu satu?"

Pertanyaan Juwi langsung mengalihkan pandangan Satya. Ia lihat Juwita dengan pandangan lekat. Lalu, ia lirik kue yang ada di atas meja. Kue yang sudah ia cicipi sebelumnya.

Sementara itu, Juwi yang tahu kalau dirinya sedikit memalukan langsung berucap.

"Hanya satu, Yang Mulia. Tidak akan lebih."

Lagi, tatapan lekat Satya berikan. Sungguh, hal yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya, saat ini sedang terjadi.

"Anda yakin ingin makan kue itu, Putri Juwita?"

"Ya ... ya ... ya tentu saja saya yakin, Yang Mulia. Karena sepertinya, kue itu sangat lezat."

"Tunggu! Apa kue itu tidak boleh di makan? Atau, kue itu tidak boleh saya makan, Yang mulia?"

Ekspresi terkejut plus tak percaya yang Juwi perlihatkan membuat Satya merasa tidak tahan. Ia pun memilih bangun dari duduknya sekarang.

"Kuenya bukan tidak boleh di makan, Tuan Putri. Tapi, kuenya sudah saya cicipi sebelumnya. Gusti putri masih bersedia makan makanan yang sudah saya makan?"

Wajah bingung terus Juwi perlihatkan. Dia pun kini ikut bangun dari duduknya. Membalas tatapan Satya yang sebelumnya sudah menatap dirinya dengan mata yang agak menggoda.

"Apa yang salah dengan kue yang sudah Yang mulai cicipi? Kue di atas sana masih utuh sekarang."

"Ah, tunggu! Jika tidak ingin berbagi, katakan saja dengan jelas. Yang Mulia tidak perlu memberikan alasan yang tidak akurat seperti barusan," ucap Juwi lagi.

Satya langsung menarik tangan Juwi cepat. Tarikan keras membuat tubuh Juwi terhuyung jatuh ke dalam pelukan Satya.

"Untuk yang kesekian kalinya anda bersikap aneh pada saya, Gusti putri. Anda benar-benar seperti bukan Putri Juwita Sari yang sebelumnya. Karena Putri Juwita tidak pernah bersedia makan makanan yang sudah saya sentuh. Jangankan memakan makanan yang sudah saya sentuh. Piring yang sudah pernah meletakkan makanan saya saja dia tidak akan pernah mau menyentuhnya."

Sontak. Mata Juwi membulat karena ucapan Satya barusan. Dirinya memang bukan Juwita yang sebelumnya. Bagaimana mungkin ia akan bersikap layaknya si Juwita pemilik tubuh asli?

"Katakan padaku, Tuan putri! Apa rencana yang sedang putri susun sekarang? Jangan memainkan trik yang terlalu mencolok. Karena aku sudah cukup hafal setiap gerakan anda, tuan putri."

"He .... " Juwi malah nyengir kuda sekarang.

"It-- itu ... aku ... hanya ingin makan kue. Eh, bukan. Maksudku, aku hanya ingin berbaikan dengan Gusti adipati. Hanya ingin berubah. Aku hanya ingin berusaha berdamai dengan Yang mulia. Itu saja. Tidak ada trik apapun. Apakah anda percaya?"

Hening sesaat. Satya yang menatap tajam ke arah Juwi, membuat Juwi merasa merinding. Tapi anehnya, dia juga merasa nyaman akan dekapan hangat dari Satya.

"Apakah anda dapat saya percaya, tuan putri?" Satya malah balik bertanya.

Hal tersebut sedikit menimbulkan rasa kesal dalam hati Juwi. "Saya tidak akan memaksa, Yang Mulia. Penilaian untuk mempercayai saya ada pada anda."

"Ah! Maaf, bisakah Gusti melepaskan hamba? Rasanya ... rasanya agak sesak," ucap Juwita dengan wajah yang tidak enak.

Satya melepas pelukannya tanpa berucap. Lalu, ia memutar tubuh, berjalan kembali menuju kursinya. Tapi sebelum ia duduk, dia sempatkan untuk memberikan izin pada Juwi terlebih dahulu.

"Jika ingin makan makanan itu, makan saja. Tidak ada racun di dalamnya. Aku jamin kamu akan baik-baik saja. Karena kuenya sudah aku cicipi sebelumnya."

Juwi tidak langsung menanggapi. Diam sesaat, tapi hati merasa bahagia. Ia pun mengangguk kecil, lalu beranjak menuju kue kering di atas meja.

Si pecinta makanan manis terutama kue seperti Juwi, kini sudah disibukkan dengan makanan favoritnya sekarang. Satya yang ada di ruangan yang sama seakan tidak terlihat lagi oleh Juwi. Dia sibuk menikmati makanan nya dengan penuh semangat.

Singkatnya, malam ini Satya tidak bekerja dengan baik. Karena dirinya sibuk memperhatikan Juwita yang datang ke sisinya tanpa diundang. Menimbulkan keributan, tapi sangat membahagiakan hati Satya. Tidak sedikitpun gerakan Juwi yang lepas dari perhatian Satya.

Malam ini, Satya tak ubah pengawas yang sedang mengawasi seseorang. Bukannya bekerja, perhatiannya terus saja ia tumpukan pada Juwita hingga wanita itu tanpa sengaja tertidur di samping meja setelah menikmati kue kering milik Satya.

Terpopuler

Comments

nacho

nacho

bahgia nya d cintai begitu dalam😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘

2024-03-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!