Bab 15 Tiba Di kota P, Dan Bertemu Kakak Sepupu Citra

"bangun nak! Sudah pagi."

"Pah!" Sahutnya dengan mengucek mata yang terasa berat terbuka.

"Sayang, ngompol di kasur ya?"

"Ma-af Pah. Dilla, gak tahu. Dilla tidurnya nyenyak sekali."

"Bangun dan siap-siap mandi nak. Papa akan bersihkan, sisa ngompol mu."

"Apa Kakek-Nenek, akan marah pah?"

"Tidak sayang, hanya saja kita yang mengotori, harus membersihkan, sebelum meninggalkannya."

"Pah, ternyata menginap itu tidak mudah."

"Begitulah nak."

"Seperti sekarang, Dilla menyusahkan papah."

"Tidak apa-apa. Lain kali, kalau mau kencing bangunkan papa. Ok."

"Baik papah."

"Tunggu sebentar disini, papa bawa dulu kasur ke depan untuk dijemur, setelahnya kita akan ke sumur untuk mandi."

"Hmm."

Di sumur mereka membasuh seluruh badan dengan sabun dan air yang cukup banyak. Pakaian yang sempat dikencingi Dilla pun, dicuci dengan bersih.

"Apa mandinya sudah cukup nak?"

"Belum pah, masih enak dengan airnya yang segar."

"Nak, kita tidak bisa bermain air disini."

"Kenapa pah?"

"Sumur ini dipakai untuk umum nak. Semua warga akan antri mandi disini."

"Begitu ya pah?"

"Dilla, yuk! selesaikan mandinya. Sebentar lagi, kita akan berangkat ke kota P.

"Baik Pah." Dengan lincahnya menyudahi acara mandinya, dengan dililitkan handuk menutupi tubuhnya.

"Kalian ternyata sudah bangun dan mandi pagi-pagi."

"Iya om."

"Pantas tante cari, cucu Oma gak ada dikamar."

"Maaf tan, kami berburu waktu agar lekas berangkat ke kota P."

"Jadi, kalian akan berangkat hari ini?"

"Iya tan, kami sudah berencana akan lanjutkan perjalanan ke kota P."

"Ya udah kalian, sarapan dulu." Ujar Om Hasyim.

"Baik om."

Makan bersama dengan disertai obrolan-obrolan seru, dan disuguhi teh hangat dan cemilan untuk menambah keakraban mereka dan terjalinnya hubungan antara mereka sebagai keluarga besar.

"Hasyim, pamit dulu om, tante." Menyalami mereka dengan takzim.

"Baik, kalian baik-baik dijalan." ujar Om Hasyim, dengan menampilkan senyum gigi palsunya.

"Jaga cucuku dengan baik Hasyim. Jangan sesekali memarahinya, kalau alasannya sepele." tutur tantenya.

"Baik tan, akan Hasyim jaga Dilla dengan sangat baik."

"Salim Kakek-Nenek sayang!" Langkah kecil Dilla, menimbulkan bunyi dari sepatu yang dikenakannya.

"Ini buat cucu Oma." Meraih tangan kecil Dilla, dan memberi bingkisan buah jeruk yang manis.

"Kenapa Oma, beri Dilla jeruk?"

"Biar Dilla, bisa makan dijalan nak."

"Tapi, bahaya Oma makan dijalan."

"Dilla, bisa makannya setelah singgah ditempat peristirahatan."

"Oma, ini jeruknya banyak."

"Kan bisa, dibagi sama papamu."

"Oma baik deh."

"Siapa dulu?"

"Oma..!"

"Omanya siapa coba?"

"Oma Dilla tersayang."

"Hahaha." mengecup pipi kanan-kiri Dilla.

"Oma iih, bikin Dilla geli tahu!

"Maaf,maaf. Oma gemes sama Dilla."

"Ibu, jangan usil pada cucu opa, kasihan kan dia jadi ngambek."

"Iya deh pa, Oma hanya sangat gembira melihat Dilla."

"Baik, kami pamit berangkat om, tante."

"Kalian hati-hatilah dijalan."

Kendaraan melaju dengan sedang, Dilla dengan pemandangan dilihatnya di pagi hari, membuat seketika hatinya sangat ceria. Banyak pohon karet dilewatinya, ada pohon sawit juga, dan itu membuat Dilla bertanya-tanya dalam hati. Pohon apa yang dilihatnya tadi, seperti pohon kelapa tapi buahnya berbeda dan tinggi pohon pendek, tidak seperti pohon kelapa pada umumnya.

"Pah."

"Apa sayang?" Menoleh pada anaknya dan bertanya apa yang diinginkan anaknya.

"Itu pah."

"Apa itu sayang?"

"Coba deh, papah berhenti sebentar, dan lihat apa yang Dilla tunjukkan pada papah."

"Iya papa, menepi dulu nak."

"Ini pah."

"Kenapa nak?"

"Ini pohon, apa ya pah?"

"Ini pohon sawit nak."

"Sawit?"

"Iya."

"Kok mirip pohon kelapa?"

"Iya memang mirip tapi beda jenis buahnya."

"Itu juga Dilla, berpikir buahnya beda."

"Sawit gunanya apa pah?"

"Sawit bisa dibuat minyak goreng, bahan mentah untuk minyak bumi."

"Apa papah, tidak haus?"

"Dilla haus pah."

"Maaf sayang, warung dari sini masih jauh nak."

"Tidak apa-apa pah. Ada jeruk dari Oma. Kita makan sama-sama ya."

"Mana jeruknya? Papa kupas."

"Ini pah." Memberi bingkisan jeruknya pada papahnya.

"Tunggu nak! Ada uang dalam bingkisan jeruknya. Ini uang siapa nak?"

"Mana Dilla tahu pah! Apa uang itu dari Oma?"

"Apa Oma mu, memberikan uang ini dengan diam-diam dan uang ini untuk Dilla?"

"Apa papah akan membuangnya?"

"Tidak, papa akan menyimpan untukmu."

"Papah, ayo lanjutkan perjalanan ke kota P."

"Baik, putri raja papa."

Waktu makan siang, tepat pukul 12.15. papah berhenti disebuah rumah sederhana, bertembok batu bata, dan rumah berbentuk kubus serta mengandeng tangan kecilku, menuju rumah itu untuk singgah dan bertamu.

"Pah, rumah siapa ini?"

"Rumah om Yayah, sayang."

"Om siapa lagi itu pah? Kok kita tidak kerumah papa di kota P?"

"Dilla, rumah papa masih jauh dari sini. Kita singgah kesini untuk makan, sayang."

"Pah, kita kan bisa singgah makan di warung."

"Papa, sekalian singgah disini istirahat, sayang."

"Tapi, Dilla malu pah."

"Tidak usah malu, sayang. Om Yayah itu, sahabat papa."

"Benarkah?"

"Iya sayang."

"Kapan papah, bersahabat dengan? Siapa lagi nama omnya pah?"

"Om Yayah."

"Om Yayah."

"Ya sudahi obrolan dulu nak, kita masuk dulu kerumah Om Yayah."

"Baik pah."

"Assalamualaikum." ucap papa disertai mengetuk pintu rumah Om Yayah.

"Waalaikumsalam, sebentar saya buka." Balasan salam dari tuan rumah, menyambut tamu, tidak lain papah sendiri.

"Hasyim! Kapan datang sob?"

"Ini barusan sob."

"Silakan masuk. Bentar, siapa si kecil ini?"

"Dia Dilla, anakku sob."

"Cantiknya, rambutnya indah dan pirang lagi, sob anakmu seperti keturunan Belanda."

"Bisa saja kamu, memuji anakku."

"Masuk sob, dan ajak si kecil cantik ini." menuntun masuk dalam ruangan tamu dan menemui istrinya didalam dapur.

"Ma, tolong buatkan teh hangat tiga cangkir dan cemilan juga dibawa keruangan tamu.

"Siapa yang datang pa?"

"Hasyim dan anaknya."

"Anak cowoknya yang SMA itu?"

"Bukan ma, si kecil cantik berambut pirang."

"Anak perempuan Hasyim yang sering diceritakan itu pa?"

"Iya ma."

"Baik, mama akan buatkan teh hangat buat mereka."

Berlalu menuju ruangan tamu, menemui sobatnya dan berbincang-bincang mengenai kehidupan masing-masing selama berada di kota yang berbeda.

"Sobat, apa kabar istrimu?"

"Istriku, sehat dan baik-baik sob."

"Oh, gimana kehidupan kalian dikampung?"

"Ya damai sob, apalagi kami dikelilingi keluarga besar.

"Kirain kalian akan rindu tinggal di kota P."

"Ada sih! Pikiran untuk kembali ke kota P. Tapi, kami tidak bisa jauh dari keluarga masing-masing juga sih!"

"Jujur kami sangat merindukan kalian."

"Kami pun sama sob, merindukan kalian."

Istri Yayah meletakkan teh hangat untuk mereka, dan duduk disamping sang suami, dengan ikut berbincang hangat dengan mereka.

"Syim, apa kabarmu? Lama tak jumpa."

"Alhamdulillah baik kak."

"Si kecil ini, namanya siapa Syim?"

"Dilla, kak."

"Benar ya kata suamiku. Anakmu seperti anak keturunan belanda. Aku aja yang memandangi dia dari tadi, seperti terhipnotis."

"Kakak Firda bisa saja."

"Apa aku bisa memeluknya Syim?"

"Boleh kok kak."

"Sayang, sini dekat tante." mengulurkan tangan, untuk mengajak Dilla duduk disampingnya.

"Dilla sayang, yuk duduk dekat tante Firda!" memandangi wajah papahnya, dengan wajah imut yang sedikit murung dengan permintaan papanya.

"Baik pah." Berlalu ketempat duduk disamping tante Firda.

"Dilla, sukanya makan apa nak?" tanya tante Firda dengan gemesnya.

"Dilla, suka makan ayam tante."

"Kalau tante, kasih ayam. Apa Dilla mau bawa ayamnya?"

"Ayam masak tante?" tanya balik Dilla antusias.

"Iya sayang. Apa Dilla mau?"

"Horee, iya Dilla mau tante."

"Sebentar tante, siapkan untuk Dilla."

"Baik tan, Dilla tunggu."

"Sob, apa kamu akan menginap, malam ini dirumah kami?"

"Tidak sob, kami akan melanjutkan perjalanan ke kota P."

"Kirain kamu, akan menginap satu malam."

"Maaf sob, banyak kerjaan juga."

"Ya sudah, hati-hati saja dijalan. Jangan bawa motor, yang kencang, ingat Dilla si kecil."

"Iya sob, nanti aku mengendarai seperti keong."

"Jangan juga seperti itu, malah akan makin lama sampai di kota P."

"Iyaa deh."

"Hahaha, lucu kamu Hasyim."

Setelah dua jam berlalu.. berhentilah motor kami didepan rumah sederhana, sama seperti rumah kami dikampung. Namun, yang membedakan rumah ini memiliki pekarangan luas dan pagar tembok. Dan tak menunggu lama, kami pun memasuki area rumah dan mencoba mengetuk pintu rumah dengan disertai ucapan salam.

"Assalamualaikum." ucap papa, dengan aku yang mengintip celah masuk pintu rumah.

"Waalaikumsalam." balasan ucap salam dari dalam rumah.

"Om Hasyim! masuk om." seorang gadis remaja yang membuka pintu dan mempersilakan masuk.

"Baik nak." Papa masuk dengan mengandeng tangan kecilku.

"Ma, Om Hasyim sudah tiba dirumah."

"Mama, akan siap-siap dulu dan berganti pakaian daster."

"Baik ma, aku ke depan bawa teh hangatnya."

"Hmm."

"Om, barusan tiba?"

"Iya nak."

"Siapa dia om?"

"Adikmu, anak om bernama Dilla."

"Ooh."

"Dilla, ini kakakmu citra."

"Dilla, kak." mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Aku citra." meraih tangan mungil Dilla, dan memeluknya.

"Citra, om minta tolong bawa Dilla istirahat dikamar nak!"

"Baik, om."

"Dan sesudahnya, tolong panggilkan mamamu! Om mau bicara."

"Iya om.

Berlalu dan mengandeng tangan kecil Dilla, menuntunnya masuk ke kamarnya.

Episodes
1 Bab 1 Niat Sekolah
2 Bab 2 bertemu kepsek
3 Bab 3 Tes Masuk Sekolah Oleh Pak Kepsek
4 Bab 4 Masa Lalu Ortu (POV MAMA)
5 Bab 5 Hari Pertama Sekolah
6 Bab 6 Mengenal Satu Sama Lain
7 Bab 7 Empat Gadis Imut, Adalah Bestie!
8 Bab 8 Papah pulang!
9 Bab 9 Belajar Membaca, oleh Abang Ari laksmana
10 Bab 10 Masa Lalu Ortu (POV PAPA)
11 Bab 11 lulus Membaca, Dan Besti Bersambut Riang
12 Bab 12 Rencana berlibur, ikut papah ke kota
13 Bab 13 Satu Minggu Sudah Liburnya, Aku Pun Ikut Papah Ke Kota P
14 Bab 14 Singgah Dirumah Kakek-Nenek Tua
15 Bab 15 Tiba Di kota P, Dan Bertemu Kakak Sepupu Citra
16 Bab 16 Pagi Di Kota P, Dilla Dibawa Keliling Pasar
17 Bab 17 Dua Hari Di kota P, Dilla Bosan Dan Rindu Kepada Bestie
18 Bab 18 Upah Cokelat Dibagi Papah, Dilla Hanya Dapat Bagian Kecil
19 Bab 19 Malam Terakhir Di Kota P, Paginya Kami Pulang Kampung
20 Bab 20 (POV) Citra Lusia
21 Bab 21 Tiba Dirumah, Mamah, Adik-Adik Menyambut Gembira
22 Bab 22 Hadiah Dari Tante Mita, Aku Dan Adikku Membukanya
23 Bab 23 Dilla Kelas Empat SD, Nila Baru Masuk SD
24 Bab 24 Kelas Baru dan Guru Baru
25 Bab 25 Bertemu Ibu Guru Baru, Belajar Masih Momen Libur
26 Bab 26 Seminggu Hanya Absensi Guru Dan Belajar Mandiri Di Kelas
27 Bab 27 Papah Ke Jakarta?
28 Bab 28 Mata Pelajaran Matematika, Solusi Adalah Kalkulator.
29 Bab 29 Hadiah Dari Jakarta Oleh Papah
30 Bab 30 Tas Baru Dan Sorakan Meriah Bestie-bestie
31 Bab 31 Mata Pelajaran Agama, Oleh Bapak Baskoro Ayahanda Abdil
32 Bab 32 Ceritaku Pada Mamah, Setelah Pulang Sekolah
33 Bab 33 Kakek Datang Ke Rumah, Mamah Malah Bercerita Masa Kecilku
34 Bab 34 Malam Senin Penuh Rasa Luka
35 Bab 35 Tibalah Mapel Matematika? Aku Dan Bestie Dapat Seratus
36 Bab 36 Dua mapel sekarang, PKN dan IPA setelah dua Minggu Lalu
37 Bab 37 Bernyanyi Seru Bareng Bestie, Menyambut Mapel Masuk
38 Bab 38 Menunggu Jam Mapel Terakhir Masuk Dan Bergosip
39 Bab 39 Marilah Kita, Belajar Bahasa Indonesia, Teman-teman
40 Bab 40 Pulang Ke Rumah Masing-Masing, Dilla Dan Rasti Berbeda
41 Bab 41 Mapel Jumat Diganti Dengan Gotong Royong Bersih-Bersih
42 Bab 42 Berolahraga Ria Di Pagi Hari
43 Bab 43 Rasti Mengajak Bermain Di Pelabuhan Labuang
44 Bab 44 Pulang Sekolah, Di Rumah Rasti Dan Membahas Matematika
45 45 Malam Hari Yang Mencemaskan Di Empat Rumah
46 Bab 46 Mari Kita Hadapi Bersama-sama
47 Bab 47 Agama Penting, Dan Setoran Doa Untuk Guru Agama Di Kelas
48 Bab 48 Belajar IPS Dan saling tanya jawab antar teman
49 Bab 49 Mari Teman2, Kita Sama2 Bercerita Perubahan Tahun Ketahun
50 Bab 50 Gotong Royong Membersihkan Halaman Sekolah, Rasti Dilla?
51 Bab 51 Olahraga Lagi, Dan Bertemu Siswa Di Sekolah Sebelah
52 Bab 52 Kak Ari Pekerja Di Pelabuhan Kapal Dan Kak Handi Juga
53 Bab 53 Menguntit Abang Sampai Ke Pelabuhan Kapal
54 Bab 54 Aku Belajar Di Kesunyian Malam
55 Bab 55 Amukan Ibu Guru Oleh Kecurangan Kami Murid-Muridnya
56 Bab 56 Berdiskusi Di Pohon Mangga, Rasa Menyesal Berbuat Curang
57 Bab 57 Belajar Mengenal Pemerintahan Desa Dan kecamatan Sendiri
58 Bab 58 Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
59 Bab 59 Pulang Sekolah Aku Dapati Si Kecil Ferdi Ngompol Nangis
60 Bab 60 Belajar Bahasa INA Dengan Memahami Cerita Dan Menjawabnya
61 Bab 61 Makan Es Kelapa Buatan Kak Ari, Di Siang Hari Panas-panas
62 Bab 62 Menanam Bunga-Bunga Cantik Di Pekarangan Sekolah
63 Bab 63 Adu Kekuatan Di Pagi Hari
64 Bab 64 Sepulang Dari Sekolah, Erwin Di Marahi Mamanya
65 Bab 65 Tamu Di Malam Hari, Datang Temui Papah Dengan Mobil Taksi
66 Bab 66 Membawa Adik Kecil Ke Sekolah
67 Bab 67 Ketahuan Ibu Guru, Bawa Bayi Kecil Dalam Tas
68 Bab 68 Cerita Setelah Ketahuan Oleh Ibu Guru
69 Bab 69 Cerita Mama Setelah Pulang Sekolah, Katanya Ferdi Nakal
70 Bab 70 Ujian Semester Ganjil Berakhir, Kami Bersenandung Riang
71 Bab 71 Papah Pulang Dari Kota, Ketika Di Hari Ke Empat Libur Sekolah
72 Bab 72 Malam Yang Tak Biasanya
73 Bab 73 Murka Handi, Aku Mendapati Masa Lampau Buruk Dan Berduka
74 Bab 74 Dilla Dipaksa Untuk Jujur
75 Bab 75 Kekecewaan Dan Amarah Besar Kedua Orang Tua
76 Bab 76 POVE Ari Laksmana
77 Bab 77 Murka Papah Yang Tidak Tertahan Lagi
78 Bab 78 Handi Mendapat Pelajaran Dari Papahnya
79 Bab 79 POVE PAPAH!
80 Bab 80 Desakan Mama Kepada Handi
81 Bab 81 POVE MAMA!
82 Bab 82 Dapat Teman Baru Di Kelas Dari Kalimantan
83 Bab 83 Sisi Lemah Mino Dihadapan Kami Berempat
84 Bab 84 Pertama Kali Berkemah, Kami Bersorak Gembira Menyambut
85 Bab 85 Hari Pertama Di Perkemahan Tepat Di Atas Gunung
86 Bab 86 Berburu Bendera Merah Putih Untuk Menjawab Teka-Teki
87 Bab 87 Tepar Nya Kami Sepulangnya Dari Perkemahan
88 Bab 88 Pamit Mino Sebelum Pulang Ke Kalimantan
89 Bab 89 Paman Pinjam Motor, Kenapa Marah?
90 Bab 90 Kemarahan Nenek Oleh Aduan Paman
91 Bab 91 Luapan Air Mata Di Rumah Tetangga
92 Bab 92 Lebaran Fitri Pertama Bagiku
93 Bab 93 Ujian Semester Genap
94 Bab 94 Tragedi Naik Kelas Lima
95 Bab 95 Amir Pulang Ke Rumahnya
96 Bab 96 Kabar Amir Pindah Sekolah
97 Bab 97 Patah Hati, Amir Pindah Sekolah
98 Bab 98 Ibu Guru Mungil, Ramping, Dan Cantik
99 Bab 99 Perkenalan Pertama Ibu Guru Cantik, Senyuman Gigi Kelinci
100 Bab 100 POVE Guru Cantik
101 Bab 101 Cerita Kami Di Pelabuhan
102 Bab 102 Dilla Melamun Di Teras Rumah
103 Bab 103 Jadwal Mata Pelajaran Kelas Lima
104 Bab 104 Tema Peta Konsep Terkait Hiburan
105 Bab 105 Bernyanyi Bareng Nila Dan Ferdi
106 Bab 106 Tugas Berat Bagi Kami Semua
107 Bab 107 Nila Kegirangan Melihat Bintang Jatuh
108 Bab 108 Alat Pernapasan Manusia
109 Bab 109 Malam Yang Penuh Nyamuk
110 Bab 110 Bertemu Ibu Guru Cantik
111 Bab 111 Tanya jawab Peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam
112 Bab 112 Nila Batuk-batuk Dan Ferdi Juga Demam Tinggi
113 Bab 113 Mamah Merasa Capek Dari Sekolah
114 Bab 114 Yuk Belajar Matematika
115 Bab 115 Erwin Heran Dengan Kedatangan Kami
116 Bab 116 Menulis Surat at-Tin.
117 Bab 117 Pencuri Kecil Di Pelabuhan (Jeruk Cina)
118 Bab 118 Kebohongan Kecil Rasti Menyelamatkanku
119 Bab 119 Menyimak Cerita Tokoh Srikandi Tari
120 Bab 120 peraturan perundang-undangan
121 Bab 121 Rasa Malas Dilla Setelah Sekolah
122 Bab 122 Malam Bersenda Gurau
123 Bab 123 Tumbuhan Hijau
124 Bab 124 Kangen Papah!
125 Bab 125 Keragaman kenampakan dan pembagian wilayah waktu di Indonesia
126 Bab 126 Ferdi Menangis Minta Bertemu Papah
127 Bab 127 Belajar dan Menyimak
128 Bab 128 Main Jingkrak Disamping Rumah Rasti
129 Bab 129 Setoran At-Tin
130 Bab 130 Rasti Jatuh Cinta?
131 Bab 131 Nur Aini?
132 Bab 132 Kapal Berlabuh Indah Dilautan
133 Bab 133 Semester Genap
134 Bab 134 Syakillah Ada Pacar?
135 Bab 135 Musim Buah Mangga
136 Bab 136 Bermain Ketapel
137 Bab 137 Mangga Depan Rumah
138 Bab 138 Teguran Main Di Samping Rumah
139 Bab 139 Cerita Luka Keluarga
140 Bab 140 Sekolah Dirobohkan?
141 Bab 141 Berita Amir Sekolah
142 Bab 142 Kami Numpang Belajar
143 Bab 143 Masuk Siang
144 Bab 144 Rezeki Ikan Pagi
145 Bab 145 Aku Kerja Di Sekolah
146 Bab 146 Menyambut Bulan Suci
147 Bab 147 Hasil Kerjaku Di Bulan Suci
148 Bab 148 Hari Kemenangan Bersama
149 Bab 149 Amir Berulah Di Sekolah Kami
150 Bab 150 Sanksi Untuk Amir
151 Bab 151 Abang Handi Di Sengat Ikan Pari
152 Bab 152 Abang Handi Terbaring Lemah
153 Bab 153 POVE MAMA!
154 Bab 154 Abang Handi Kesakitan
155 Bab 155 POVE Rasti!
156 Bab 156 Abang Handi Pulih Total
157 Bab 157 Penamatan Qur'an Sekampung
158 Bab 158 Patah hati, Bu Syakillah!
159 Bab 159 POVE Syakillah!
160 Bab 160 Kemarahan Untuk Bu Syakillah!
161 Bab 161 Menjelang Ujian Nasional
162 Bab 162 POVE HANDI!
163 Bab 163 Ujian Nasional
164 Bab 164 Nilai Ujian Nasional Tinggi
165 Bab 165 Sisi lain ibu Rasti!
166 Bab 166 Perpisahan Sekolah
167 Bab 167 Kabar Bu Syakillah menikah!
168 Bab 168 Mata Haru Papah!
169 Bab 169 POVE PAPAH!
170 Bab 170 POVE MAMA!
171 Bab 171 Akhir Sebuah Kisah!
Episodes

Updated 171 Episodes

1
Bab 1 Niat Sekolah
2
Bab 2 bertemu kepsek
3
Bab 3 Tes Masuk Sekolah Oleh Pak Kepsek
4
Bab 4 Masa Lalu Ortu (POV MAMA)
5
Bab 5 Hari Pertama Sekolah
6
Bab 6 Mengenal Satu Sama Lain
7
Bab 7 Empat Gadis Imut, Adalah Bestie!
8
Bab 8 Papah pulang!
9
Bab 9 Belajar Membaca, oleh Abang Ari laksmana
10
Bab 10 Masa Lalu Ortu (POV PAPA)
11
Bab 11 lulus Membaca, Dan Besti Bersambut Riang
12
Bab 12 Rencana berlibur, ikut papah ke kota
13
Bab 13 Satu Minggu Sudah Liburnya, Aku Pun Ikut Papah Ke Kota P
14
Bab 14 Singgah Dirumah Kakek-Nenek Tua
15
Bab 15 Tiba Di kota P, Dan Bertemu Kakak Sepupu Citra
16
Bab 16 Pagi Di Kota P, Dilla Dibawa Keliling Pasar
17
Bab 17 Dua Hari Di kota P, Dilla Bosan Dan Rindu Kepada Bestie
18
Bab 18 Upah Cokelat Dibagi Papah, Dilla Hanya Dapat Bagian Kecil
19
Bab 19 Malam Terakhir Di Kota P, Paginya Kami Pulang Kampung
20
Bab 20 (POV) Citra Lusia
21
Bab 21 Tiba Dirumah, Mamah, Adik-Adik Menyambut Gembira
22
Bab 22 Hadiah Dari Tante Mita, Aku Dan Adikku Membukanya
23
Bab 23 Dilla Kelas Empat SD, Nila Baru Masuk SD
24
Bab 24 Kelas Baru dan Guru Baru
25
Bab 25 Bertemu Ibu Guru Baru, Belajar Masih Momen Libur
26
Bab 26 Seminggu Hanya Absensi Guru Dan Belajar Mandiri Di Kelas
27
Bab 27 Papah Ke Jakarta?
28
Bab 28 Mata Pelajaran Matematika, Solusi Adalah Kalkulator.
29
Bab 29 Hadiah Dari Jakarta Oleh Papah
30
Bab 30 Tas Baru Dan Sorakan Meriah Bestie-bestie
31
Bab 31 Mata Pelajaran Agama, Oleh Bapak Baskoro Ayahanda Abdil
32
Bab 32 Ceritaku Pada Mamah, Setelah Pulang Sekolah
33
Bab 33 Kakek Datang Ke Rumah, Mamah Malah Bercerita Masa Kecilku
34
Bab 34 Malam Senin Penuh Rasa Luka
35
Bab 35 Tibalah Mapel Matematika? Aku Dan Bestie Dapat Seratus
36
Bab 36 Dua mapel sekarang, PKN dan IPA setelah dua Minggu Lalu
37
Bab 37 Bernyanyi Seru Bareng Bestie, Menyambut Mapel Masuk
38
Bab 38 Menunggu Jam Mapel Terakhir Masuk Dan Bergosip
39
Bab 39 Marilah Kita, Belajar Bahasa Indonesia, Teman-teman
40
Bab 40 Pulang Ke Rumah Masing-Masing, Dilla Dan Rasti Berbeda
41
Bab 41 Mapel Jumat Diganti Dengan Gotong Royong Bersih-Bersih
42
Bab 42 Berolahraga Ria Di Pagi Hari
43
Bab 43 Rasti Mengajak Bermain Di Pelabuhan Labuang
44
Bab 44 Pulang Sekolah, Di Rumah Rasti Dan Membahas Matematika
45
45 Malam Hari Yang Mencemaskan Di Empat Rumah
46
Bab 46 Mari Kita Hadapi Bersama-sama
47
Bab 47 Agama Penting, Dan Setoran Doa Untuk Guru Agama Di Kelas
48
Bab 48 Belajar IPS Dan saling tanya jawab antar teman
49
Bab 49 Mari Teman2, Kita Sama2 Bercerita Perubahan Tahun Ketahun
50
Bab 50 Gotong Royong Membersihkan Halaman Sekolah, Rasti Dilla?
51
Bab 51 Olahraga Lagi, Dan Bertemu Siswa Di Sekolah Sebelah
52
Bab 52 Kak Ari Pekerja Di Pelabuhan Kapal Dan Kak Handi Juga
53
Bab 53 Menguntit Abang Sampai Ke Pelabuhan Kapal
54
Bab 54 Aku Belajar Di Kesunyian Malam
55
Bab 55 Amukan Ibu Guru Oleh Kecurangan Kami Murid-Muridnya
56
Bab 56 Berdiskusi Di Pohon Mangga, Rasa Menyesal Berbuat Curang
57
Bab 57 Belajar Mengenal Pemerintahan Desa Dan kecamatan Sendiri
58
Bab 58 Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
59
Bab 59 Pulang Sekolah Aku Dapati Si Kecil Ferdi Ngompol Nangis
60
Bab 60 Belajar Bahasa INA Dengan Memahami Cerita Dan Menjawabnya
61
Bab 61 Makan Es Kelapa Buatan Kak Ari, Di Siang Hari Panas-panas
62
Bab 62 Menanam Bunga-Bunga Cantik Di Pekarangan Sekolah
63
Bab 63 Adu Kekuatan Di Pagi Hari
64
Bab 64 Sepulang Dari Sekolah, Erwin Di Marahi Mamanya
65
Bab 65 Tamu Di Malam Hari, Datang Temui Papah Dengan Mobil Taksi
66
Bab 66 Membawa Adik Kecil Ke Sekolah
67
Bab 67 Ketahuan Ibu Guru, Bawa Bayi Kecil Dalam Tas
68
Bab 68 Cerita Setelah Ketahuan Oleh Ibu Guru
69
Bab 69 Cerita Mama Setelah Pulang Sekolah, Katanya Ferdi Nakal
70
Bab 70 Ujian Semester Ganjil Berakhir, Kami Bersenandung Riang
71
Bab 71 Papah Pulang Dari Kota, Ketika Di Hari Ke Empat Libur Sekolah
72
Bab 72 Malam Yang Tak Biasanya
73
Bab 73 Murka Handi, Aku Mendapati Masa Lampau Buruk Dan Berduka
74
Bab 74 Dilla Dipaksa Untuk Jujur
75
Bab 75 Kekecewaan Dan Amarah Besar Kedua Orang Tua
76
Bab 76 POVE Ari Laksmana
77
Bab 77 Murka Papah Yang Tidak Tertahan Lagi
78
Bab 78 Handi Mendapat Pelajaran Dari Papahnya
79
Bab 79 POVE PAPAH!
80
Bab 80 Desakan Mama Kepada Handi
81
Bab 81 POVE MAMA!
82
Bab 82 Dapat Teman Baru Di Kelas Dari Kalimantan
83
Bab 83 Sisi Lemah Mino Dihadapan Kami Berempat
84
Bab 84 Pertama Kali Berkemah, Kami Bersorak Gembira Menyambut
85
Bab 85 Hari Pertama Di Perkemahan Tepat Di Atas Gunung
86
Bab 86 Berburu Bendera Merah Putih Untuk Menjawab Teka-Teki
87
Bab 87 Tepar Nya Kami Sepulangnya Dari Perkemahan
88
Bab 88 Pamit Mino Sebelum Pulang Ke Kalimantan
89
Bab 89 Paman Pinjam Motor, Kenapa Marah?
90
Bab 90 Kemarahan Nenek Oleh Aduan Paman
91
Bab 91 Luapan Air Mata Di Rumah Tetangga
92
Bab 92 Lebaran Fitri Pertama Bagiku
93
Bab 93 Ujian Semester Genap
94
Bab 94 Tragedi Naik Kelas Lima
95
Bab 95 Amir Pulang Ke Rumahnya
96
Bab 96 Kabar Amir Pindah Sekolah
97
Bab 97 Patah Hati, Amir Pindah Sekolah
98
Bab 98 Ibu Guru Mungil, Ramping, Dan Cantik
99
Bab 99 Perkenalan Pertama Ibu Guru Cantik, Senyuman Gigi Kelinci
100
Bab 100 POVE Guru Cantik
101
Bab 101 Cerita Kami Di Pelabuhan
102
Bab 102 Dilla Melamun Di Teras Rumah
103
Bab 103 Jadwal Mata Pelajaran Kelas Lima
104
Bab 104 Tema Peta Konsep Terkait Hiburan
105
Bab 105 Bernyanyi Bareng Nila Dan Ferdi
106
Bab 106 Tugas Berat Bagi Kami Semua
107
Bab 107 Nila Kegirangan Melihat Bintang Jatuh
108
Bab 108 Alat Pernapasan Manusia
109
Bab 109 Malam Yang Penuh Nyamuk
110
Bab 110 Bertemu Ibu Guru Cantik
111
Bab 111 Tanya jawab Peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam
112
Bab 112 Nila Batuk-batuk Dan Ferdi Juga Demam Tinggi
113
Bab 113 Mamah Merasa Capek Dari Sekolah
114
Bab 114 Yuk Belajar Matematika
115
Bab 115 Erwin Heran Dengan Kedatangan Kami
116
Bab 116 Menulis Surat at-Tin.
117
Bab 117 Pencuri Kecil Di Pelabuhan (Jeruk Cina)
118
Bab 118 Kebohongan Kecil Rasti Menyelamatkanku
119
Bab 119 Menyimak Cerita Tokoh Srikandi Tari
120
Bab 120 peraturan perundang-undangan
121
Bab 121 Rasa Malas Dilla Setelah Sekolah
122
Bab 122 Malam Bersenda Gurau
123
Bab 123 Tumbuhan Hijau
124
Bab 124 Kangen Papah!
125
Bab 125 Keragaman kenampakan dan pembagian wilayah waktu di Indonesia
126
Bab 126 Ferdi Menangis Minta Bertemu Papah
127
Bab 127 Belajar dan Menyimak
128
Bab 128 Main Jingkrak Disamping Rumah Rasti
129
Bab 129 Setoran At-Tin
130
Bab 130 Rasti Jatuh Cinta?
131
Bab 131 Nur Aini?
132
Bab 132 Kapal Berlabuh Indah Dilautan
133
Bab 133 Semester Genap
134
Bab 134 Syakillah Ada Pacar?
135
Bab 135 Musim Buah Mangga
136
Bab 136 Bermain Ketapel
137
Bab 137 Mangga Depan Rumah
138
Bab 138 Teguran Main Di Samping Rumah
139
Bab 139 Cerita Luka Keluarga
140
Bab 140 Sekolah Dirobohkan?
141
Bab 141 Berita Amir Sekolah
142
Bab 142 Kami Numpang Belajar
143
Bab 143 Masuk Siang
144
Bab 144 Rezeki Ikan Pagi
145
Bab 145 Aku Kerja Di Sekolah
146
Bab 146 Menyambut Bulan Suci
147
Bab 147 Hasil Kerjaku Di Bulan Suci
148
Bab 148 Hari Kemenangan Bersama
149
Bab 149 Amir Berulah Di Sekolah Kami
150
Bab 150 Sanksi Untuk Amir
151
Bab 151 Abang Handi Di Sengat Ikan Pari
152
Bab 152 Abang Handi Terbaring Lemah
153
Bab 153 POVE MAMA!
154
Bab 154 Abang Handi Kesakitan
155
Bab 155 POVE Rasti!
156
Bab 156 Abang Handi Pulih Total
157
Bab 157 Penamatan Qur'an Sekampung
158
Bab 158 Patah hati, Bu Syakillah!
159
Bab 159 POVE Syakillah!
160
Bab 160 Kemarahan Untuk Bu Syakillah!
161
Bab 161 Menjelang Ujian Nasional
162
Bab 162 POVE HANDI!
163
Bab 163 Ujian Nasional
164
Bab 164 Nilai Ujian Nasional Tinggi
165
Bab 165 Sisi lain ibu Rasti!
166
Bab 166 Perpisahan Sekolah
167
Bab 167 Kabar Bu Syakillah menikah!
168
Bab 168 Mata Haru Papah!
169
Bab 169 POVE PAPAH!
170
Bab 170 POVE MAMA!
171
Bab 171 Akhir Sebuah Kisah!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!