bab 7

Dia benar-benar takut sekali pada sang ayah mertua, bukan takut karena apa-apa, tapi dia takut terbuai dalam bujuk rayunya. Walau sebenarnya dia menginginkan sentuhan pria itu.

"Kamu jangan tidur di ranjang...!"

"Lalu aku harus tidur di mana mas..?" Tanya orang Tania seperti orang bodoh.

"Tidur di sofa atau di lantai juga bisa terserah kamu.. Yang penting kamu jangan di dekatku, aku benar-benar sudah muak berada dekat dengan kamu..!" bentak Andra dan langsung berbalik badan dan memunggungi sang istri, dia melanjutkan lagi tidurnya yang sempat terganggu oleh Tania.

Dengan langkah gontai Tania mengambil sebuah bantal dan membawa ke sofa, Dia tidak mau menambah rasa kesal dalam hati Andra, sudah cukup dia marah-marah hari ini di tambah lagi Tania juga benar-benar merasa lelah.

Tidak lama kemudian dia mulai memejamkan matanya, dan hanyut dalam buaian mimpi.

Tiga bulan telah berlalu, Tania dan Andra juga masih tinggal menumpang di rumah Haris. Setiap hari perangai Andra semakin menjadi-jadi, pergi pagi dan tengah malam dia baru kembali. Jika di tanya, jawabnya mencari pekerjaan atau bertemu teman bisnis.

Tania bahkan sudah tidak dianggap lagi oleh Andra, kehadirannya di rumah ini hanya seperti sebuah kotoran yang amat sangat menjijikan dan tidak berarti sama sekali. Malam sudah larut dan Andra belum juga pulang, Tania yang tadinya menunggu di ruang tamu memutuskan untuk naik ke lantai atas, dan masuk kedalam kamarnya.

Sampai di depan kamar, dia bertemu dengan Haris yang rupanya ingin keluar. Mata mereka saling Berpandangan, sejak insiden di dapur di mana dia mendapatkan ciuman panas dari lelaki itu, Tania mencoba terus menghindarinya, dia masih menghargai Andra sebagai suaminya.

"Andra belum pulang?" Tanya Haris dengan wajah datar.

"Belum pah, permisi pah aku mau masuk dulu.." Tania mengangguk hormat sebelum akhirnya dia masuk ke dalam kamar.

Baru saja dia akan menutup pintu, ada dorongan dari luar dan ternyata itu Haris, Pria itu dengan lancang masuk dan mengunci pintu dari dalam.

"Pah, apa yang papa lakukan...?" ucap Tania yang saat ini begitu takut.

Tubuhnya bahkan gemetar seraya mundur perlahan, sedangkan Haris terus maju mendekati sang menantu.

"Jangan bohongi kata hatimu sendiri Tania. Aku tahu kamu tersiksa karena perasaan kamu sendiri, Andra tidak pantas untuk kamu tunggu." Haris terus maju hingga membuat langkah Tania berhenti dan kini dia terpojok di dinding.

Jantung wanita itu bahkan sudah berdebar begitu kencang dan mungkin nyaris melompat dari tempatnya. Haris menempelkan telapak tangannya pada dinding dan mengunci tubuh mungil sang menantu.

"Jangan jadi wanita bodoh Tan, aku tahu kamu bingung dan kalut. Suatu hari kamu akan tahu siapa sebenarnya suami mu itu..." Ujar Haris

Dia memiringkan kepalanya dan dengan lembut kembali mengecup bibir Tania. Bibir berwarna pink alami tanpa polesan lipstik dan sudah membuat Haris kecanduan dari sejak pertama kali dia mencicipinya.

Entah apa dia sudah gila bila saat ini dia kecanduan dengan bibir Tania, Haris mengecup lembut dan setelah yakin tidak ada perlawanan dari Tania, dia mengubah kecupannya menjadi ciuman panas.

Haris melumat bibir seksi Tania dan menyesap penuh hasrat, sedangkan Tania yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa hanya diam dan pasrah saja, karena menurutnya percuma saja dia melawan pesona seorang Haris. Jemari tangan Haris tampak meremas bokong sintal yang tersembunyi dari balik dress sederhana, tapi bisa begitu anggun dan cantik di tubuh Tania.

Dan kini bibir Haris mulai turun ke leher jenjang yang menguarkan aroma lembut dan Haris bahkan tidak tahu parfum merk apa yang di pakai oleh Tania hingga begitu seksi dan menggoda baginya.

"Aahh, pah..." Tania mendesah dan tanpa sadar mendongak.

Seakan-akan memberikan kesempatan kepada Haris untuk bisa lebih jauh menjelajahi setiap jengkal kulitnya. Memang tidak bisa di bohongi, jika Tania sudah lama tidak mendapat sentuhan dari Andra dan tentu saja sekarang dia malah terlena.

Haris yang mendengar desahan Tania semakin antusias, dia semakin bersemangat menyentuh setiap jengkal kulit mulus nan halus milik Tania.

"Kamu cantik sekali sayang, harusnya aku yang pertama kali bertemu dengan kamu." Lirih Haris.

 Kecupan nakal yang di berikan oleh pria itu di daun telinga Tania sontak saja membuat wanita itu mendesah kembali.

"Pah, cukup pah... Tolong lepaskan aku, aku istri mas Andra, aku menantu papah..." Tania akhirnya tersadar dan berusaha mendorong tubuh besar pria itu.

"Ayolah sayang, aku tahu kamu butuh aku.." Haris terus mencoba merayu.

Entah mengapa dia jadi sosok pria yang begitu mesum dan penuh gairah di depan sang menantu. Yang jelas saat ini Haris benar-benar menginginkan Tania.

"Cepat atau lambat kamu akan tahu siapa Andra yang sebenarnya."

"Maaf pah, selama aku masih menyandang status istri mas Andra tolong jangan ganggu aku." Mata Tania tiba-tiba berkaca-kaca.

Jujur saja saa ini hatinya begitu kalut, dia sebenarnya butuh sentuhan dan kehangatan yang Haris berikan, tapi dia juga tidak mau jadi seorang pengkhianat.

Tania mulai mundur beberapa langkah, di ikuti oleh tatapan penuh kecewa dari Haris. Pria itu hanya bisa menghela napas panjang dan membiarkan Tania menjauh dari dirinya.

Tanpa kata-kata lagi, Haris pun bergegas keluar dari kamar pribadi Andra dan juga Tania. Setelah sang ayah mertua pergi, tangis Tania akhirnya pecah juga, dia terduduk di tepi ranjang. Kini dia merasa dirinya sungguh sangat rendah dan hina, mendapatkan hinaan dan penolakan dari suaminya, dan kini malah mendapatkan sentuhan kelembutan dari ayah mertuanya.

Keesokan harinya, seperti biasa Tania membantu mbok Yun menyiapkan sarapan. Entah jam berapa suaminya pulang, yang jelas saat dia terbangun Andra sudah tidur di sebelahnya. Untung saja pria itu tidak menendangnya karena sudah tertidur di ranjang.

Setelah sarapan siap, Tania dan juga mbok Yun segera menyiapkannya di meja makan. Tidak lama Haris dan juga Andra turun, mereka pun duduk di kursi masing-masing.

Tania segera melayani mereka dengan diam, dia tidak berniat mengeluarkan kata-kata sepatah kata pun. Bahkan Haris pun tidak mau menatapnya walau hanya sekilas saja, mungin dia marah karena penolakannya semalam.

"Pah, aku mau kerja di kantor papah saja." Ucap Andra tiba-tiba dan membuat Haris serta Tania langsung menatapnya kearahnya.

Andra pun menoleh kepada Tania dan juga Haris yang kini sama-sama sedang menatapnya dengan heran. Pria itu pun mendengus sebal.

"Kalian ini kenapa, menatapku seperti itu..." ucap Andra kesal

"Papah hanya merasa heran saja, apa kamu salah minum obat atau apa... Hingga tiba-tiba ingin kerja di tempat papah." Sindiran halus di ucapkan oleh Haris.

.

Terpopuler

Comments

S

S

Menjijikkan seburuk buruk Andra tapi tidak dg papanya yg nafsu dg menantunya.Dan ya menantu bodohnya itu pasti juga sebenernya suka sama mertuanya. Ciihh...keluarga sakit smua

2024-04-25

5

Dewi Anggya

Dewi Anggya

smpai kapan tania bisa brthan dgn Andra

2024-05-02

1

Amid Eko

Amid Eko

suami bejat ketemu mertua kesepian.. kasihan Tania

2024-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!