Part 12

Dinda yang tiba - tiba datang ke kantor hanya menyusul Alister.. menerobos masuk ke ruangan suaminya meskipun Agus sudah melarang itu sampai satpam pun membantunya tidak bisa mengalahkan Dinda yang keras kepala dan penuh ancaman . Sesampainya di ruangan Alister suami yang ia cari tidak ada. Sampai pada akhirnya Dinda memutuskan mengetuk pintu kamar dimana tempat Alister sering istirahat.

"Agus........Aku sudah katakan padamu-" Alister memotong ucapan nya, menatap kearah wanita yang kini berada di hadapan nya.

"Alister kenapa kamu tidak membawaku ke kantor juga bersama mu....?!" Dinda memeluk Alister sampai pria itu terbatuk karena Dinda memeluknya begitu erat.

"Kalian......kenapa dia bisa ada di sini....?" Ujar Alister melihat keberadaan Dinda ada di kantor nya. Padahal ia sudah menugaskan pada Agus untuk melarang Dinda datang ke kantor nya apalagi sampai masuk ke ruangan nya.

"Maaf tuan... kalau begitu saya permisi ada meeting beberapa menit lagi..." Agus pergi dengan cepat dari hadapan Alister, sebelum tuannya menerkamnya .

"Ada keperluan apa kamu ke sini...? Bukan karena kamu kehabisan uang...?" Alister berjalan ke arah kursi kerjanya.

"Tidak.. Aku hanya ingin bersamamu saja...." Dengan kepala nya masuk dari arah pintu kamar itu . Tidak ada siapapun ia lihat di sana.

"Kamu sedang apa di sana...?!" Ujar Alister dengan kening mengerut.

"Ah, tidak ada. Aku kira gadis itu ada di sini..." Ujar Dinda berjalan ke arah Alister dan duduk di pangkuan suaminya itu. Ia bergelayut manja dileher Alister, sementara Alister yang mendapat perlakuan seperti itu membuat nya merasa risih.

"Katakan apa tujuanmu ke sini...?" Tanya Alister dengan wajah datar tanpa ekspresi. Ia malas meladeni Dinda yang berusaha menarik perhatian dirinya.

"Apa menemani suamiku saja tidak boleh... ?" Langsung mencium bibir Alister dengan penuh nafsu nya.

"Much...." Alister langsung melepaskan ciuman Dinda .

"Al, aku sangat menginginkan sentuhanmu itu, apakah kau tidak merindukan ciuman panas kita.." Dinda melihat Alister hanya terdiam tanpa bereaksi apapun langsung saja mencium kembali bibir Alister.

Alister pun menikmati ciuman tersebut dengan suara dencapan antara bibir mereka beradu terdengar sangat panas di ruangan itu. lalu Dinda beralih turun, menciumi leher Alister dengan penuh rasa nafsu.

Nabilla yang baru keluar dari dalam toilet lalu memutuskan ingin kembali ke pekerjaan nya.. seketika matanya terbuka sangat lebar, menatap pemandangan baginya sangat intim untuk kedua kalinya.

"Ekhem... ekhem..." Nabilla terbatuk.

Alister yang tersadar langsung mendorong tubuh Dinda dan memperbaiki pakaian nya sedikit acak - acakan.

Suasana diruangan itu sedikit kaku, kecuali Dinda yang merasa menang.. bagaimana melihat ekspresi wajah Nabilla yang memerah.

"Aku... aku akan keluar untuk bertemu teman... kalian lanjutkan lah." Ujar Nabilla yang memilih terburu - buru keluar dari ruangan itu.

"Nabilla tunggu...!" Alister menahan lengan Nabilla. "Ada apa lagi?" Tanya Nabilla tidak suka tangannya di pegang oleh orang yang ia tidak suka.

"Temanmu itu wanita atau pria...?" Tanya Alister dengan penuh selidik.

"Wanita ataupun pria itu bukan urusan mu... jadi lepaskan aku...! Dan urus istri mu itu....!" Nabilla menghempaskan tangan Alister dan memilih pergi menyisakan Alister dengan Dinda yang tersenyum bahagia.

"Wow... Nabilla benar - benar pemberani ya, aku saja yang istri pertama Alister tidak berani bersikap kasar padamu... rupanya kau salah memilih wanita untuk dijadikan istri...!" Sindir Dinda, yang tak ia sadari sekarang ekspresi wajah Alister sudah menahan amarahnya tetapi itu hanya berlaku sebentar digantikan senyuman tersungging di bibirnya.