Sebentar lagi mertua non Veronica datang Ani memasak makanan spesial untuknya.Seperti biasa Ani menyulap berbagai bahan masakan menjadi makanan yang terlihat mewah dan istimewa.
Ani menatanya dengan hati-hati,meskipun sudah sering memasak di rumah itu tapi kali ini terasa berbeda menurut Ani,Ani takut kalau mertuanya non Veronica tidak menyukai makanan yang dia hidangkan.
"Aduh kenapa jantungku ini terasa deg-degan ya"
Majikannya yang dari tadi melihat tingkah laku Ani yang gelisah dari atas pun turun.
"Kenapa kamu?"
"Ini tuan,saya..jantung saya rasanya gak karuan,saya takut orang tua tuan tidak menyukai makanan yang saya buat"
"Tenang saja,masakanmu kan enak pasti mereka suka"
"Mudah-mudahan aja tuan"
"Bilang pada Lusi kalau kami akan menjemput orang tuaku sekarang ya"
"Baik tuan"
Non Veronica pun sudah selesai berdandan,dia turun menghampiri suaminya.
"Ayo sayang,mereka sebentar lagi sampai ke bandara"
Non Veronica pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Mereka akhirnya berangkat ke bandara untuk menjemput orang tuanya.
Ani berjalan menuju Lusi yang sedang memberi makan ikan hias.
"Wah ikan hias nya besar-besar ya teh?"
"Iya cantik-cantik pula"
"Pasti harganya mahal ya teh?"
"Iya,ikan ini sangat mahal"
"Di kolamku juga banyak ikan teh?"
"Ikan apa?"
"Ikan lele,"kata Ani sambil tertawa
"Ani kamu itu ya.."
"eh teh Lusi,majikan kita sudah berangkat untuk menjemput orang tuanya"
"Iya,syukurlah pekerjaan kita sudah selesai semua,sekarang kita tinggal menunggu nya saja"
"Iya teh"
"Ayo kita makan dulu sebelum mereka datang!"
"Iya,nanti kan kita harus melayani mereka,biar kita makan sekarang saja sebelum kesibukan datang."kata Ani sambil tersenyum.
"Makan sudah,mandi sudah,sekarang kita ngapain ya teh?"
"Kita tunggu mereka di depan saja yu!"_
"Ayo"
Mereka berdua pun duduk di teras depan sambil ngobrol-ngobrol.
"Itu teh lihat, kita ini padahal berdekatan dengan tetangga tapi aku sama sekali tidak mengenal mereka"
"Ya iyalah,kita kan jarang keluar rumah"
"Iya,beda kaya di kampung ya teh,bukan hanya tetangga dekat saja yang kita tau,bahkan tetangga satu desa pun kita mengenalnya"
"Iya,tapi kadang kalau di kampung sekali saja kita berbuat salah maka habislah kita di omongin orang-orang"
"Kalau dulu waktu teh Lusi punya anak di omongin juga ya sama tetangga?"
"Nggak,karena mereka semua tidak ada yang tau"
"oh..pantesan"
"Setelah mengetahui aku hamil,orang tuaku membawaku ke rumah saudaranya di kampung"
Ani pun mengerti.
Ani dan Lusi sudah duduk lama di situ, tapi majikannya gak kunjung datang juga.
"Kok mereka lama ya teh?"
"Mungkin sebentar lagi mereka datang.Kita tunggu saja"
Benar saja tidak lama mereka pun datang.
Ani dan Lusi segera menuju ke mobil dan membukakan pintunya.
Seorang ibu pun turun dari mobil itu tubuhnya tinggi,dia tidak terlalu kurus dan tidak gemuk juga.Tubuhnya terlihat sangat ideal.
Kemudian turun juga bapak-bapak yang tubuhnya tinggi besar
"Selamat datang tuan dan nyonya!"
Ani dan Lusi menundukkan kepalanya dan menyapa mereka.
"Iya terima kasih,tolong kalian turunin barang-barang saya di belakang dan bawa masuk!"
"Baik nyonya" Ani dan Lusi serentak menjawab.Dan langsung mengerjakan perintahnya.
Ani dan Lusi mengikuti mereka dari belakang sambil membawa barang-barang milik tuan dan nyonya nya itu.
Barangnya kemudian mereka taruh di kamar.
Sambil duduk di kursi ibu dari majikan laki-laki nya itu memperhatikan Ani dan Lusi
"Tolong kalian bantu beresin barang-barang nya ya!"
"baik nyonya"
Ani dan Lusi mengeluarkan barang- barang tersebut,koper pertama berisi berbagai pakaian milik nyonya dan tuan itu.
"kalian sudah lama kerja di sini?"
"Belum nyonya,saya baru tiga bulan"
"Kalau saya baru tiga minggu nyonya"
"oh ternyata kalian masih pada baru kerja di sini"
"Iya,apa nyonya akan lama di sini?"
"Tidak,mungkin hanya beberapa hari saja"
"Loh kok sebentar banget nyonya?"
"Banyak pekerjaan yang kami tinggalin,jadi kami tidak mungkin lama-lama di sini"
"oh begitu"
Sambil mengobrol Ani dan Lusi menaruh baju-baju nya ke dalam lemari.
Sedangkan koper kedua berisi berbagai barang-barang antik yang mungkin harganya selangit
"Taruh itu semua ke dalam lemari kaca itu"
"Baik nyonya"
"Wah ini terlihat mewah sekali nyonya!"
"Iya itu salah satu koleksi barang antik yang saya beli di Eropa"
"Wah nyonya, seneng ya kalau kita bisa keliling dunia?Ani mah nyonya jangankan keliling dunia,keliling komplek ini juga gak pernah."Kata Ani sambil tertawa
"Masa kamu belum nyoba keluar dari sini"
"Belum,paling juga kalau keluar itu kami ke pasar"
"Ya sudah kapan-kapan aku ajak kalian mengelilingi komplek ini"
"Iya nyonya terima kasih"
Pekerjaan Ani dan Lusi pun sudah selesai kemudian mereka keluar menuju dapur
Malam hari nya
Semua telah selesai makan malam,Ani di suruh membereskan bekas mereka makan.Sedangkan majikan mereka menonton televisi sambil ngobrol-ngobrol.
"Kalian menikah sudah lama,Kapan kamu akan kasih saya cucu?"
Veronica terdiam bingung mau menjawab apa.Suaminya cepat menjawab pertanyaan ibunya
"Mungkin sebentar lagi bu,kata dokter sih tidak ada masalah apa-apa dengan rahim Veronica,hanya tinggal menunggu waktu nya saja"
"Baguslah kalau begitu,Kalian harus rutin memeriksa nya ke dokter,aku ini sudah tua,sudah pengen menimang cucu.Kamu anak laki-laki ibu satu-satunya harapan ibu untuk melanjutkan keturunan kita"
"Iya bu"
"Kamu masih ingat Doni gak?"
"Doni temenku waktu kecil bu?"
"Iya,kabarnya dia ditemukan meninggal dunia.Mayatnya di temukan dengan keadaan yang sangat tragis,tulang kepalanya sampai retak mungkin karna hantaman benda yang di pukulkan berkali-kali"
Mendengar perkataan mereka Ani sangat kaget,hampir saja piring yang dia pegang terjatuh tapi untungnya dengan cekatan Ani memegangnya kembali.
"Apa ada yang membunuh nya atau gimana pah?"
"Iya kemungkinan besar dia meninggal karena di bunuh,polisi kali ini sedang menyelidiki kematiannya"
"Aku ingat waktu itu aku berumur tujuh tahun, sedangkan Doni baru saja berumur tiga tahun.Kami bermain di dekat kolam ikan dan Doni tidak sengaja terpeleset dan jatuh ke kolam itu,aku menolongnya keluar dari kolam,eh bapak nya datang malah marahin aku bukannya berterima kasih"
"Iya Pak Bharata itu memang orang nya sangat tegas.Dia cepat marah walau dengan hal sepele untung saja waktu itu kita tidak lama tinggal di Jakarta Selatan ya pah.."
"Iya"
Ani merasa yakin kalau yang diomongin mereka itu Doni yang di cari Lusi,dia pun mempercepat membereskan piring-piring kotornya dan segera menemui Lusi untuk mengatakan semuanya.
"Nyonya tuan pekerjaan nya sudah beres,saya ijin ke belakang"
"Iya silahkan"
Terlihat Lusi sedang menyetrika,Ani menghampirinya.Tapi dia tidak tega untuk mengatakannya.
Akhirnya Ani mengalihkan dulu pembicaraannya ke arah lain
"Teh kirain nyonya itu badan nya gemuk"
"terus dia susah berjalan gitu kan bayangan mu?"Lusi memotong pembicaraan Ani
"Iya teh,eh ternyata badannya sangat ideal orangnya baik pula"
"Iya,kalau aku mikirnya waktu itu dia datang dengan ngomongnya yang berbahasa Inggris gitu,kan dia lama di luar negri"
"eh ternyata dugaan ku salah juga,mereka pasih berbahasa Indonesia"
Ani dan Lusi pun tertawa,ternyata tebakan mereka berdua salah.
Ani duduk mendekati Lusi
"Eh teh sebenernya ada yang mau aku omongin"
"Apa? Kamu gak biasanya serius banget"
"Ini,mengenai mas Doni"
"Kenapa?Apa kamu punya informasi tentang dia?"
Ani pun menganggukkan kepalanya.
"Apa?"
Lusi terlihat serius mau mendengarkan Ani.
"Tadi aku mendengar pembicaraan antara nyonya dan tuan muda,mereka membicarakan yang namanya Doni sahabat kecil tuan muda dulu"
"Apa yang mereka bicarakan?"
Lusi tidak sabar ingin mendengar apa yang mereka bicarakan
"Katanya..katanya.."
"Katanya apa Ani,ngomongnya kok gak di terusin"
"Ini kan belum tentu mas Doni yang di cari teh Lusi"
"Gak apa-apa katakanlah!"
"Katanya mas Doni ditemukan tewas di bunuh"
"Apa?"
"Dia tewas dengan kepala yang retak,mungkin terkena hantaman benda keras katanya"
"Astaghfirullah.."
"Apakah yang mereka katakan itu mas Doni ku?Tidak.. tidak mungkin dia.."
Lusi hampir saja terjatuh namun Ani menahannya.
"Tenang teh yang namanya Doni itu banyak,mungkin saja dia bukan mas Doni yang teteh maksud"
"Ada benar nya juga perkataan Ani,yang namanya Doni itu bukan hanya satu"
Lusi berbicara dalam hatinya dan mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Apa kamu mendengar lagi informasi lain?"
"Tadi Ani dengar nama ayah Doni itu?"
"Siapa? Sebutkan namanya?"
"Nama bapak Doni yang tewas yaitu Pak Bharata"
"Siapa?"
"Bharata teh"
Lusi semakin Syok mendengar nama Bharata
"Ani,itu kan nama ayah mas Doni,jangan-jangan yang mereka maksud itu benar dia mas Doni yang ku cari"
Lusi menangis dia menyimpulkan kalau orang yang di bicarakan majikannya itu mas Doni ayah kandung dari Syifa.
Sementara di tempat lain polisi sedang mengurus jenazah laki-laki yang di KTP nya tertulis namanya Doni Bharata Kusuma.
Kemudian Polisi memberi taukan ayah nya Doni,bahwa Doni di temukan sudah tewas di lokasi kejadian.
Terlihat lukanya sangat parah,kepalanya retak,mukanya sudah tidak bisa di kenali lagi. Kemudian mayat itu di bawa ke rumah sakit untuk di autopsi.
Pak Bharata pun segera datang ke Rumah Sakit,dia akan membuktikan kalau itu benar anaknya atau bukan.
Beliau membuka kain putih yang menutupi wajah putranya itu.
Mukanya terlihat sudah hancur,sulit untuk Pak Bharata mengenali siapa dia,tapi kemudian Pak Bharata melihat kalung yang ada di leher mayat itu,
Sebuah kalung yang dia berikan pada anaknya dulu.
Pak Bharata pun mengambil kalung itu dan memegangnya dengan erat.
Nada bicaranya terdengar sangat marah.
"Jika saja aku tidak terlambat menolongnya..ah..sialan.."
"Temukan sampai dapat siapa pembunuh anak ku"
"Baik pak"
"Lakukan secepatnya"
Dan polisi pun segera mengusut kasusnya
Jenazah Doni pun segera di bawa pulang,dan akan segera di makamkan secepatnya.
Sekarang berita kematian Doni sudah tersebar,bahkan orang tua Lusi pun melihat beritanya di televisi
*Seorang anak pengusaha ternama Doni Bharata Kusuma,ditemukan tewas dengan kondisi yang sangat mengenaskan.Sekarang polisi sedang mengusut siapa dalang dari pembunuhnya
"Bu sini.."
"Apa pak?"
"Ini ada berita Doni Bharata tewas di bunuh,bukankah dia bajingan yang sudah menodai anak kita"
"Iya pak,Apa itu beneran dia pak?"
"Bapak gak tau,karena wajahnya sudah tidak bisa di kenali lagi"
"Bagaimana kalau Lusi tau berita ini pasti Lusi syok banget pa"
"Tapi tetap saja kita harus memberi tau nya bu"
"Iya terserah bapak saja"
"Coba bu ambilkan hp ku!"
Ibu Lusi pun segera membawa hp suaminya
"Ini pak hp nya"
Pak Rasyid pun segera menelpon Lusi,Lusi pun kebetulan langsung mengangkat hp nya
"Assalamu'alaikum pak.."
"Wa'alaikumsalam..Apa kamu sudah mendengar berita hari ini?"
"Iya pak, "Lusi pun menangis
"Jangan sedih itu sudah takdirnya,doakan saja dia mudah-mudahan Alloh mengampuni segala dosanya"
"Iya pak,Aamiin"
"Bagaimana pekerjaan mu di sana?"
"Alhamdulillah lancar pa,Aku dapat majikan yang baik,pekerjaanku juga tidak terlalu sulit"
"Syukurlah kalau begitu,hati-hati kamu di sana"
"Iya pak,Pak tolong bapak telpon bu Asih,tanyain keadaan Syifa sekarang!"
"Iya nanti bapak akan menelpon nya"
"Lusi kerja lagi ya pak,Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumsalam.."
Lusi pun menutup telponnya.
Di kantor polisi.
Seorang komandan polisi berbicara pada anak buahnya
"Kita selidiki semua orang yang dekat dengan Doni Bharata.Bawa mereka ke kantor,kita interogasi semuanya"
"Baik laksanakan Pak!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments