Rain sudah mencoba membangunkan istrinya tetapi belum sadar juga. Rain segera menelpon dokter pribadinya untuk segera datang. Setelah menelpon dokter, Rain berlari turun ke lantai satu mancari bibi di dapur.
Kebetulan bibi ada di dapur sedang menyiapkan makan malam.
"Bi, Mikha pingsan minta air hangat ya bi, sama minyak gosok di mana ya bi?"
"Nona Mikha pingsan den, biar saya urut kakinya ya den, saya juga udah selesai masak buat makan malam den,"
"Baik bi, tolong ya bi, saya juga sudah memanggil dokter bi, sebentar lagi datang,"
"Baiklah den, ini biar bibi aja yang bawa den air hangatnya,"
"Gak usah bi, biar saya aja yang bawa, bibi bawa kotak obat aja ke kamar,"
"Baiklah den," Bibi berjalan di belakang Rain yang berjalan dengan kaki panjangnya.
Rain sangat menyayangi Mikha sebagai adiknya, saat sekarang Mikha sakit Rain sangat khawatir. Sebagai seorang suami wajar jika ia khawatir dengan keadaan Mikha tetapi khawatirnya Rain sebatas sebagai adik bukan sebagai istri.
Rain memasuki kamar mereka dilihatnya Mikha sudah mulai siuman. Rain memperlebar jalannya mendekati Mikha.
Mikha mengerjapkan matanya. Bibi segera menghambat Mikha.
"Non, bibi urut-urut ya kakinya, apa nona Mikha belum makan dari siang?" tanya bibi yang tau Mikha memilki riwayat sakit magh.
Mikha mengingat-ingat, bukannya Mikha memang belum makan dari tadi pagi.
Pintu diketuk dari luar, Rain berjalan ke pintu membukakan pintu kamarnya.
"Masuk Dav," Rain mempersilahkan Davi dokter pribadinya masuk ke kamar.
"Siapa yang sakit?"
"Istri gue,"
"Lo sudah menikah? Kok gue kagak tau?"
"Udah jangan bawel, periksa istri gue kenapa tiba-tiba bisa pingsan?"
"Enak aja di bilang bawel,"
Rain dan Davi mendekati kasur Mikha.
"Hallo cantik, kenalkan saya Davi dokter pribadi suami kamu, apa yang kamu rasakan? Pusing karena belum makan? Atau ada hal lainnya?"
"Istri gue tidak sedang hamil Davi, cepat periksa dulu kenapa istri gue pingsan,"
"Baiklah, baiklah tuan Rain yang terhormat," Davi mencebikkan bibirnya.
Davi merupakan sahabat Rain dari sekolah dasar. Mereka bertetangga jaman mereka kecil dulu. Davi paling sering jahil ke temannya termasuk jahilin kembarannya Nanda, Dhita.
Davi segera memeriksa nadi Mikha di pergelangan tangan Mikha. Davi memakai alat stetoskopnya memeriksa Mikha. Setelah selesai memeriksa Davi mencoba bertanya-tanya ke Mikha.
" Kamu belum makan ya?" tanya Dav ke Mikha.
Mikha menggelengkan kepalanya.
"Rain, istri lo belum makan, kenapa gak di kasih makan istri lo?".
"Jangan sok teu deh, sudah periksanya?"
"Astaga Rain tadi aja lo telpon gue panik, sekarang malah mau ngusir," Davi mencebikkan bibirnya.
"Bukan gitu Dav, lo jangan cosplay jadi cewek deh Dav, jangan baperan, dah tua," Rain terkekeh.
"Hah?! Apaan cosplay jadi cewek?"
"Ya kali aja lo jadi kepo gitu,"
Rain sambil membuka akun rekening di ponselnya ia segera men-transfer biaya pengobatannya Mikha ke Davi.
"Sudah gue transfer biayanya, ngomong sama lo gak ada habis-habisnya, jadi gimana keadaan istriku, Dav?" tanya Zio tak sabaran.
"Istri lo hanya kelelahan saja, belum makan pasti perutnya jadi kembung, jangan sampai lo gak kasih makan istri lo, Rain sampai pingsan begini, kasihan," Davi memandangi wajah cantik Mikha yang memejamkan matanya.
"Oh ya?" Rain mengernyitkan matanya.
"Iya, ini aku kasih resep obat bisa di tebus di apotik, apa ada sesuatu yang istri lo pikirkan sehingga dirinya bisa drop seperti itu, lihat saja cekung di matanya nampak kurang tidurnya,"
"Ya, memang seorang bos yang sangat baik harus seperti itu, terimakasih sudah di transfer, bos,"
"Hillih udah di transfer aja panggilnya bos, matre juga lo,"
"Matre ya harus lah, gak matre ntar gak ada duit buat nikahi anak orang bos,"
"Sudah kan Dav, biarkan Mikha istirahat, bi jangan lupa bawakan makan malam Mikha ke kamar ya bi, saya ke bawah dulu,"
"Baik den," bibi menjawab sambil memijat kaki Mikha.
Rain dan Davi keluar dari kamar.
"Bibi ambil makan nona dulu ya, bibi tinggal ke bawah,"
"Iya bi," jawab Mikha lirih.
Ponsel di dalam tasnya berdering.
"Tolong ambilkan tas saya ya bi,"
"Baik, non," bibi mengambil tas Mikha dan memberikannya ke Mikha.
Mikha mengambil ponsel di dalam tasnya.
081xxxxxxxxx is calling...
Mikha tidak mengenal nomor tersebut, ia mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam," jawab di seberang sana.
Terdengar suara berat seorang lelaki yang Mikha kenal.
"Maaf Mikha mengganggu waktunya, ini dengan Alkha,"
Deg..
Mikha kaget, Alka menelponnya?
"I-iya, Alka," Mikha menjawab dengan suara lirih.
"Kamu kenapa? Kok lemas gitu? Sakit ya?"
Mikha terdiam.
Rain masuk ke kamar.
"Siapa yang menelpon Kha?" tanya Rain sudah berada di depan Mikha.
Di seberang sana Alkha yang mendengar suara laki-laki kaget.
Alkha segera mematikan telponnya.
Mikha menatap ke Rain.
"Pelanggan toko bunga Rain, yang tadi sore pesan buket bunga,"
"Ohh, ini aku bawakan makan malam mu, ayo makan dulu, kenapa gak makan siang Kha, kamu ada magh gak makan, bisa kambuh maghnya,"
Mikha memandangi wajah tampan suaminya ini, hatinya masih berdebar jika berada di dekat suaminya. Kakak angkat yang membuatnya jatuh cinta dari masa remajanya.
"Kok malah mandangi gitu, melamun?"
"Kakak mau menikah minggu depan, ceraikan aku kak," pinta Mikha tidak ingin dirinya di madu.
"Mikha stop membicarakan itu, kamu sedang sakit, ayo makan dulu, aku siapkan ya,"
Mikha menggelengkan kepalanya.
"Buka mulut mu," Rain menyuapkan Mikha makan meski istrinya itu menggelengkan kepalanya.
Mikha akhirnya membuka mulutnya. Ternyata perutnya memang minta di isi, baru terasa lapar dirinya setelah mengunyah makanan.
Rain tersenyum melihat Mikha makan dengan lahap. Mangkok sup di tangannya habis.
"Pintar, habis makannya," Rain mengacak rambut Mikha yang bersandar di headboard ranjang.
"Rain, aku mohon ceraikan aku, kamu akan menikah aku tidak apa-apa Rain, jangan jadikan aku beban buat hidupmu, pikirkan baik-baik, pernikahan kita juga masih baru, kamu bebas meniikah dengan Yara, biarkan aku dengan hidupku, kamu tidak perlu bertanggungjawab dengan diriku, aku akan baik-baik saja Rain,"
Mikha bicara dengan sesak di dadanya, tidak pernah dia bayangkan pernikahannya akan seperti ini, hatinya hancur, hatinya sedih, tapi keputusan harus tetap dibuat. Rain akan menikah dengan Yara minggu depan dan dirinya harus keluar dari lingkaran Rain dan Yara.
Mikha bicara dengan Rain dengan menahan airmatanya agar tidak keluar, hatinya yang menjerit. Rain cinta pertamanya tapi kakak angkatnya itu hanya menganggapnya sebagai adik yang harus dijaga dan di lindungi.
Rain yang mendengar kata-kata dari Mikha istrinya, terdiam, ia menarik napas, wajahnya menegang, Mikha memintanya menceraikan dirinya.
Apakah Rain akan mengabulkan permintaan Mikha, bagaimana Rain harus bicara ke mami angkatnya, mami kandung Mikha. Ia tidak mencintai Yara, sama seperti ia tidak mencintai Mikha, apakah ia mampu menjalani rumah tangganya dengan Yara nanti tanpa ada rasa cinta.
Rain tidak menjawab omongan Mikha, ia pergi dari hadapan Mikha. Rain galau, ia tidak tau harus melakukan apa saat ini, berkas pernikahannya dengan Yara sudah selesai. Rain belum bicara ke mami angkatnya, maminya Mikha, bagaimanapun ia harus memberitahukan ke maminya.
Rain pergi keluar rumah melajukan mobilnya dengan kencang di jalan raya, dirinya butuh minuman yang memabukkan malam ini, Rain pergi ke club, ingin melupakan persolaan hidupnya sesaat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
ₐᵤgᵤ𝘴𝚝
Malah cari mabok dia... emang masalah bisa beres dengan sebotol minuman... Rain...Rain...
2025-04-17
16
ƈɧơı ʂąŋ'ʂ ʂɛƈཞɛɬ Ɩơ۷ɛཞ
CK...CK...CK... cowok lemah kamu Rain, ada masalah tuh diselesaikan bukan lari ke minuman
2025-04-17
14
ɔɐɹɯǝu
Ya iya lah gak hamil, kayak mana mau hamil, orang suaminya macam kamu Rain
2025-04-17
8