Bab 12

Hima sudah bersiap dengan seragam andalannya. Dia pikir Ganin sudah standby di depan karena semalam dia sudah berjanji akan makan kue itu bersama. Akan tetapi saat ia keluar dari kamarnya, pintu kamar Ganin tertutup rapat. Pun saat ia mandi tadi, kamar lelaki itu masih belum di buka.

Hima menunggu beberapa saat, barang kali tetangga juga rekan kerja yang mungkin di dalam pikiran Hima seumuran dengan adik lelakinya. Ya... mungkin cuma beda setahun dari Andra.

Tapi setelah menunggu, ternyata Ganin tak muncul juga. Mau mengetuk pintu kamar Ganin pun, Hima segan.

Akhirnya Hima berjalan pelan menuju ke pintu gerbang. Ternyata motor milik Ganin tidak ada di tempat biasanya.

Oh...Ganin pergi!

Hima memasukkan kembali kue tart yang semalam Ganin beri. Ia menyimpannya di dalam wadah makanan miliknya.

Gadis itu berjalan sambil menekan aplikasi ojek online. Angkot langganannya sudah lewat karena Hima tadi sempat menunggu di depan kamar Ganin.

Tapi ternyata jam sibuk membuat Hima agak kesulitan mendapatkan ojek online dari dua aplikasi hijau berlambang O & G.

Hima berdiri di pinggir jalan, tapi tiba-tiba seorang pengendara motor berhenti di depan Hima. Hima memundurkan tubuhnya agar tak terserempet pengendara motor tersebut.

Pengendara motor itu membuka helm full face nya. Hima cukup mengenali pemilik wajah di balik helm tersebut.

"Yuk!", ajak pengendara motor itu yang tak lain Ganin.

"Ganindra?", tanya Hima. Tanpa peduli keterkejutan Hima, Ganin turun dan memasang helm di kepala Hima.

"Ayok, keburu telat!", kata Ganin yang langsung duduk di jok motornya. Hima pun akhirnya menaiki motor besar itu sedikit kesulitan. Ganin pun membantu Hima untuk berpegangan di bahu Ganin lebih dulu.

"Lo ngerampok motor siapa sih pagi-pagi gini? Mana ngajak-ngajak gue ,susah lagi naiknya!", protes Hima.

"Ish...bawel deh kaya emak-emak. Di mana-mana cewek tuh seneng naik motor beginian. Berasa keren tahu!", celetuk Ganindra.

"Ya...itu cewek-ceweknya Lo kali, gue ngga!", sahut Hima ngga mau kalah.

Setelah Hima nyaman duduk, Ganin langsung tancap gas karena jam mereka masuk kerja sudah mepet.

"Pelan-pelan Ganindra!!", pekik Hima memukul pundak Ganin karena lelaki itu mengajaknya ngebut seperti terbang.

Ganin tertawa lepas di balik helm yang kacanya terbuka. Hima yang tadi takut pun mau tak mau memeluk pinggang Ganin dengan erat. Tapi di traffic light, mereka kebagian lampu merah.

Keduanya mengobrol sambil sesekali tertawa lepas karena di mata Ganin, Hima sangat menggemaskan.

Ternyata keakraban di antara mereka berdua menarik perhatian salah seorang pengemudi mobil yang berada di samping motor Ganin.

Seseorang itu membuka kaca mobilnya dan akan memanggil Ganin. Sayangnya lampu sudah keburu hijau, alhasil ia tak jadi memanggil Ganin.

Motor yang Ganin kendarai melesat cepat seperti halnya pengendara lain.

Siapa gadis yang bersama Ganindra? Mereka seakrab itu? Apa Ganin sudah benar-benar move on? Monolog orang itu.

🌾🌾🌾🌾

Ganin dan Hima tiba di tempat kerja mereka dan buru-buru memasang kartu absen mereka. Beruntung mereka tak sampai telat. Andai telat satu menit, sudah di pastikan Bayu akan mengoceh. Bukan karena telatnya Hima, akan tetapi telat bersama Ganin pasti akan jadi masalah besar untuk Hima yang akan mendengarkan ceramah Bayu.

Yang katanya cemburu! Ngga ingat kalau sudah punya istri di rumah!

Keduanya langsung masuk ke gudang di mana anak-anak sudah standby di depan. Hima membuka rolling door yang mengarah ke mejanya. Sisanya, anak lori yang membukanya. Karena di seberang jalan sudah ada mobil pabrik yang mengirim barang.

Hima menyiapkan surat jalan untuk para supir seperti biasanya. Ia tinggal mengeprint data yang di kirim oleh atasannya.

Semua bekerja sesuai tugas yang diberikan. Ari dan Ganin bertugas mengambil barang bersama-sama.

''Nin, Lo tahu ngga kalo supir kemarin kena razia polisi dan ketangkap bawa sabu!", kata Ari.

"Masa sih, Bang!?", Ganin pura-pura terkejut.

"Heum, yang lebih parah ada anak Pa yang juga teman se-tim nya."

"Pa? Apaan ya?", pura-pura tak tahu lagi si Ganin.

"Pramuniaga, anak depan !", jawab Ari. Ganin mengangguk.

Ya, Ganin tentu saja tahu. Semalam setelah memberi kue untuk Hima ia kembali ke kantor dan mendapati laporan bahwa supir itu mengakui dan menyebutkan nama rekannya tersebut. Dia tak mau mati konyol sendirian.

"Dia pengedar sabu juga bang?", tanya Ganin bisik-bisik.

"Ya mungkin! Tapi kayaknya ada bos di atas mereka deh. Tapi...ngga tahu juga sih, siapa!", Ari mengedikan bahunya.

Ganin pun masih berusaha mencari tahu. Sayangnya anak Pa tak mau mengakui siapa sosok perempuan yang di gagahi bersama supir itu.

Anak Pa di ringkus di kost nya disaat dirinya sedang kedapatan menggunakan benda haram tersebut dengan beberapa temannya. Tapi bukan berasal dari supermarket Xxx.

"Udah lah, bukan urusan kita Nin. Kerja yang lempeng-lempeng aja. Biar sedikit yang penting halal dan berkah!", kata Ari. Ganin mengangguk setuju. Tapi dia tak sepenuhnya sependapat dengan Ari. Karena memang tugas Ganindra memang sedang mencari tahu.

"Iya bang!", sahut Ganin.

Anak lori bilang, bang Ari senior yang susah di deketin. Tapi kenapa dengan ku, dia kaya welcome gitu ya?

"Udah penuh lorinya, bawa ke depan!", pinta Ari. Ganin pun mengangkat lori berisi keramik itu dan di bawah ke truk yang memuat barang yang ada di catatannya.

Setelah semua mobil berangkat, anak-anak sudah mulia beristirahat. Ganin ingat tentang kue tart yang dia berikan pada Hima.

"Hima, kue yang semalam mana? Masih ngga? Bagi dong?", kata Ganin. Anak-anak lori melongo mendengar Ganin yang seperti meminta sesuatu pada kakak atau ibunya.

"Ini, gue bawa! Lo aja yang kabur duluan!", Hima membuka kotak makanan tersebut. Meski kecil, Hima memang sudah memotong kue itu agar rata di makan bersama anak-anak yang lain.

"Wah... kita kebagian ngga nih?", anak lori maju mengintip kotak makanan Hima.

"Dapet sih, tapi dikit-dikit ngga apa-apa ya? Soal nya yang beliin juga milihnya kue nya kecil!", kata Hima tanpa beban dan melirik Ganin yang sedang mengunyah makanannya.

Anak-anak lori tak ada yang keberatan, mereka tampak menikmati meski hanya sekali suap sudah habis.

"Keren nih, pagi-pagi sudah pesta!", Helga masuk ke dalam gudang.

"Iya dong mba Helga! Namanya habis jadian wajar kalo makan-makan! Ya ngga Hima, Ganin!", celetuk salah satu anak lori.

Hima ternganga tak percaya tapi Ganin tampak santai menanggapi ucapan temannya.

"Lo berdua pacaran?", tanya Helga. Hima menggeleng cepat, tapi Ganin tak menjawab. Ganin sedang mengingat-ingat postur tubuh dan suara Helga yang ia pikir mirip dengan perempuan yang main di belakang bersama supir dan anak Pa.

Helga kesal karena Ganin tak menjawab pertanyaannya, justru lelaki tampan itu seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Ngga usah ngada-ngada deh! Mba Helga ngga usah dengerin mereka! Maaf ,mba Helga ada keperluan apa ya sampai ke sini?", tanya Ganin mencoba mengalihkan pembahasan mereka.

"Nomor kamu ngga aktif, tadi Bayu hubungi nomor kamu."

Hima baru ingat jika ia lupa mengisi daya ponselnya. Ia justru mengisi ponsel jadulnya.

"Eh...maaf lupa mba, tapi kan bisa pakai telpon!", jawab Hima.

"Ngeles aja Lo! Kebanyakkan pacaran sih, Lo!", kata Helga kesal. Lalu ia pun meninggalkan gudang tanpa mengatakan apapun.

"Lha??? Aneh tuh orang! Tujuan utamanya apa ke sini? Bilang ke gue nomor gue ngga aktif atas perintah Bayu gitu???", monolog Hima.

Anak-anak kembali meledek dan suara-suara tawa bahagia terdengar di gudang. Ganin dan Hima yang jadi bahan ledekan mereka.

Tapi Ganin yang sibuk dengan laporan di ponselnya pun hanya sesekali ikut tersenyum menanggapi mereka.

Hima memilih untuk duduk di depan komputernya lalu mengerjakan pekerjaan utama nya yaitu stok gudang yang ada di hadapannya.

"Nin!", panggil salah satu rekannya.

"Iya, bang?!"

"Di luluhin pake apa tuh nona es batu? Bisa cair gitu sama, Lo! Padahal baru kenal kemarin-kemarin!", tanya yang lain.

"Bang, kita emang ngga ada apa-apa kok. Ya ... untuk sekarang sih?", kata Ganin.

"Jadi ada kemungkinan buat jadian dong? Wiiihhh...emak kita dapat brondong glowing hahaha!"

Tawa mereka menggema membuat Hima yang sedang konsentrasi terganggu.

"Bisa diem ngga?!", teriak Hima. Sontak anak-anak terdiam. Hima kalau sedang mode serius seperti itu, anak-anak akan memilih diam dari pada di omeli oleh emak mereka. Kenapa emak? Karena Hima satu-satunya perempuan di gudang tersebut.

Ponsel Ganin berdenting, ada pesan balasan dari rekannya di kantor. Lalu Ganin tersenyum saat membaca balasan chat tersebut.

Coba kita lihat hari ini, apa dia masih bisa mengelak!! Dan semoga untuk terakhir kalinya, dia tak seenak jidatnya menyuruh-nyuruh orang lain lagi!

Obrolan Ganin dan anak lori pun berlanjut. Ganin masih menikmati perannya menjadi remaja sembilan belas tahun padahal justru ia jauh lebih tua sepuluh tahun dari umur yang mereka perkirakan untuknya.

🌾🌾🌾🌾🌾

Terimakasih 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

29 tahun

2024-03-29

0

🌺zahro🌺

🌺zahro🌺

wahhhh umurnya 29 thn ,

2024-03-10

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

wah sepeetiy helga mau di ciduk ni

2024-02-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 52
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 52
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!