Bab 2

Hima turun dari angkot di perempatan jalan yang dekat dengan tempat ia bekerja. Sebenarnya kalau di sebut minimarket bahan bangunan, tidak lah cocok. Lebih tepatnya supermarket!

Karena gudang yang menjadi tanggung jawab Hima tak tanggung-tanggung stok nya. Bahkan Supermarket itu juga supplier untuk beberapa toko-toko di ibu kota tersebut.

Jam tujuh pagi, supermarket itu belum di buka. Akan tetapi, Hima yang merupakan seorang pegawai gudang selalu datang lebih awal tapi pulang belakangan.

Kenapa???

Dia harus memisahkan surat jalan dan rute-rute yang akan supir tuju. Padahal seharusnya ada bagian khusus yang melakukan hal itu. Sayangnya, mereka terlalu berkuasa dan menerapkan senioritas dalam bekerja.

Hima memasukkan kartu absennya. Di susul kemudian rekan-rekannya para lelaki kuat di belakangnya yang melakukan hal serupa.

Usai absensi, Hima dan teman-teman laki-laki nya berjalan ke gudang tempat mereka bekerja. Hima satu-satunya pegawai perempuan yang di tempatkan di gudang tersebut. Beberapa waktu lalu ada teman perempuannya, tapi ...dia sudah keluar!

"Neng Hima!", panggil salah seorang rekannya yang biasa di sebut anak lori.

"Heum?!", gumam Hima.

"Nanti tolong bilangin dong sama Mas Bayu, aku mau kasbon!", katanya. Hima menghentikan langkahnya lalu menoleh pada rekannya tersebut.

"Kenapa harus lewat aku, ngomong langsung aja kenapa?", tanya Hima.

"Takut ngomel Ma, kaya ngga tahu aja! Tapi kan kalo sama mantan terindah mah ngga bakal ngomel. Hehehe!", ledeknya.

Hima memutar bola matanya dengan malas. Lalu sesampainya di gudang ternyata lima supir dan beberapa anak lori sudah ada di sana. Mereka datang jam berapa????

"Pagi neng Hima!!", sapa anak-anak kompak. Hima hanya menanggapi mereka dengan tersenyum.

Hima memang ramah dan mudah bergaul. Hanya saja, untuk urusan dekat dengan lawan jenis masih cukup ia hindari.

Apalagi rumor yang beredar tentang kedekatannya dengan Bayu, sudah menjadi konsumsi bagi karyawan di tempat itu.

Sebenarnya, Hima sama sekali tak berpacaran dengan Bayu. Hanya saja, Bayu yang tak henti-hentinya mengejar-ngejar Hima. Sayangnya, Hima masih terpaku dengan masa lalunya yang mungkin tak akan pernah ia lupakan.

Dan, ia harap hanya Hima dan Tuhan yang tahu tentang urusan hatinya itu.

"Oh iya neng Hima!", sahut salah satu dari mereka.

"Apa?", tanya Hima.

"Di meja ada note! Dari mantan calon kakak ipar, minta buatin kartu ucapan buat di kotak nasi. Akekah anaknya mas Bayu sama Mona!", katanya.

"Mona? Asmunah, Diki!", aku membenarkan.

Mereka semua sontak tertawa. Ya, Mona alias Asmunah adalah rekan kerja ku di gudang ini. Sayangnya...dia harus keluar dari pekerjaan ini karena ia menikah dengan Mas Bayu. Alasannya? Hamidun!

Kejadian itu sempat menghebohkan Xxx. Karena yang mereka tahu, Bayu dekat dengan ku. Tapi kenapa malah berakhir dengan Mona!

"Mba Helga ngapain sih nyuruh aku! Dia sendiri juga bisa kok! Mau pamer kali ya?", Hima jadi ngedumel. Kalo dia menolak apa yang Helga perintahkan, pasti akan ada huru hara yang akan menjatuhkan Hima lagi.

"Mau manasin kamu kali, Ma!", kata salah seorang supir yang sudah dewasa. Hima tersenyum.

"Sayuran basi kali, minta di panasin!", celetuk Hima. Lagi-lagi sahutan Hima menjadi bahan tertawaan mereka.

Boro-boro Hima kepanasan, yang ada dia bersyukur bukan dia yang di hamili oleh Bayu. Karena memang dia dan Bayu tak pernah ngapa-ngapain.

"Dah lah, kerja! Jangan ngerumpi melulu!", kata Hima sambil memberikan masing-masing supir dengan surat jalan seusai rute.

"Jauh amat gue, Ma?", salah seorang supir mengeluh.

"Bang, situ kan yang paling muda di antara mereka. Belum punya istri lagi, ngga ada yang nungguin di rumah kan? Kalo pulang malam, wajar kan???", tanya Hima.

"Sia*** Lo, Ma! Lo aja mau ngga jadi bini gue??",tanya supir yang seumuran dengan Hima.

"Terimakasih sebelumnya ya bang!", kata Hima. Mereka semua menertawakan supir itu.

Lalu setelahnya, Hima meminta anak-anak lori untuk mengisi barang yang akan di kirim ke masing-masing truk.

Sambil menunggu anak-anak menaikkan barangnya, Hima mendudukkan dirinya di meja miliknya. Beberapa buku stok barang di tumpuk dengan rapi di sana.

Hima berkutat dengan beberapa bukunya untuk menghitung stok yang berjalan. Meski ia menggunakan sistem dan input di komputernya, tetap saja bukti real di lapangan adalah patokannya. Karena apa? Dengan menelusuri jejak barang keluar masuk ia jadi tahu jika ada kesalahan.

Salah seorang supir menghampiri Hima, ia mengatakan jika muat barangnya selesai. Hima pun menaiki truk yang sudah berisi muatan barang yang akan di kirim.

Setelah mengecek kesesuaian barang dengan surat jalan, Hima pun mempersilahkan pak supir untuk jalan lebih dulu.

Hal yang sama Hima lakukan sampai truk ke lima. Hampir jam sepuluh, sesi muat barang selesai.

"Neng Hima, mau nitip es teh sisri ngga? Haus nih!"

"Eum...ngga deh!", tolak Hima. Dan dia pun di sibukkan dengan stoknya.

Di sela kesibukannya, ponselnya berdering tiada henti. Siapa lagi kalo bukan SPG dan pramuniaga yang mejeng di supermarket sana.

Mereka akan berlomba-lomba mendapatkan konsumen yang banyak. Semakin banyak konsumen yang di dapatkan, bonus semakin besar.

Bagaimana Hima tahu???

Helga sering menyuruhnya untuk mengerjakan tugas menghitung bonus anak-anak SPG. Dan setelahnya, pekerjaan itu di akui oleh Helga.

Sebodoh itu Hima??? Tidak!

Hima hanya tak ingin mencari ribut. Hidupnya sudah berat dengan beban permasalahan di dalam keluarganya. Dan di tempat bekerja, sebisa mungkin ia tak ingin bermasalah.

Karena dengan bekerja, ia bisa mengalihkan pikirannya dari masalah yang sedang ia hadapi.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

"Berhubung bagian penjualan penuh, kamu bersedia di tempatkan di gudang?", tanya Bayu pada Ganin.

"Di gudang, Pak? Tapi bukankah...?!"

"Kalau bersedia silahkan, kalo tidak ya udah! Masih ada yang lebih membutuhkan pekerjaan itu!", kata Bayu.

Belum sempat Ganin menjawab seseorang masuk kedalam ruangan Bayu.

"Bay, mba udah kasih coretan buat Hima. Nanti dia yang bikin buat kartu di kotak nasi!", kata Helga.

"Kok Hima sih mba, kasian dong! Kerjaan Hima banyak!", sahut Bayu seolah mengabaikan Ganin yang masih duduk di hadapan Bayu.

Ngga profesional!!!

"Ckkkk...ngga enak apa sih? Mba kasih dia cepek, lumayan kan buat ongkos di balik. Dari pada pulang jalan kaki terus!", sahut Helga.

Jadi, Hima di bagian gudang? Mereka memperlakukan Hima seperti itu? Hima jalan kaki kalau pulang? Batin Ganin.

"Ehemmm!", Ganin berdehem untuk mengalihkan perhatian Bayu dan Helga.

Helga menatap sosok tampan dan muda yang ada di depan adiknya itu.

Ganteng juga nih brondong! Batin Helga.

"Baiklah pak Bayu, saya bersedia di tempatkan di gudang!", kata Ganin. Helga menaikan salah satu alisnya.

"Bagus, kamu bisa langsung masuk hari ini!", kata Bayu.

"Wait? Di gudang? Bay, lihat dong? Dia ganteng! Masa iya di gudang? Yang bener aja?!", tanya Helga.

"Ckkk apaan sih mba, udah sana kamu keluar. Ada petunjuk arah ke gudang. Langsung ke gudang temui satu-satunya pegawai perempuan namanya Hima!", pinta Bayu dengan memberikan kartu absen untuk Ganin.

"Siap pak, terimakasih! Kalau begitu, saya permisi!", pamit Ganin pada Bayu. Dia pun sedikit menganggukkan kepalanya pada Helga.

Sekeluarnya Ganin dari ruangan Bayu, lelaki tampan itu bergegas menuju ke gudang yang di maksud. Ganin memasukkan kartu absennya lebih dulu.

Wajah Ganin yang tampan cukup menyita perhatian karyawan Xxx tersebut.

"Lha??? Kok ke arah gudang sih? Anak baru ya? Sayang amat ganteng gitu masuk gudang! Kenapa ngga di sini aja sih, lumayan buat cuci mata", celetuk salah satu SPG.

"Ckkk...ganteng apanya sih, biasa aja!", sahut salah satu pegawai laki-laki.

Kasak kusuk itu sempat di dengar oleh Ganindra, tapi ya memilih melanjutkan untuk ke gudang untuk bertemu dengan tetangga kost nya.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Bab ke dua y gaes... belum ada gregetnya 🤭🤭🤭

Terimakasih 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

adining kartika

adining kartika

semangat thor, untuk berkarya selalu..

2024-04-25

1

🌺zahro🌺

🌺zahro🌺

semoga aku gak syibukkk biar bisa baca karya mak othor lagi😁

2024-03-09

1

muthia

muthia

pas banget judulnya dg keadaanku yg yg lelah🥲🥲

2024-02-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 52
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 52
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!